26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Gencatan Senjata Batal, Perang Sipil Dimulai

Yaman Kembali Memanas

SANAA- Gencatan senjata antara pihak oposisi dengan Presiden Yaman, Ali Abdullah Saleh gagal terwujud, akibatnya perang sipil dimulai.  Hal itu ditunjukkan kondisidi negara itu semakin memanas. Lebih dari 50 orang tewas saat demonstrasi di Taiz, Yaman selatan.

“Perjanjian gencatan senjata telah berakhir,” ujar pejabat pemerintah tanpa memberi detail lebih jauh. Pengumuman itu muncul setelah bentrok satu malam di Sanaa, yang menewaskan banyak orang dan puluhan orang terluka.
Sejumlah sumber menyebutkan serangan peluru-peluru artileri kelas berat terjadi  di dekat gedung kementrian dalam negeri dan rumah seorang pemimpin suku anti presiden,  Sadiq al-Amar.

Mereka mengatakan pasukan yang loyal kepada Saleh mengalami tekanan dari pengunjuk rasa yang meminta presiden berhenti dan mengakhiri 33 tahun kepemimpinan. Pasukan Yaman menembakkan puluhan peluru roket dan rudal ke sebuah gunung dekat rumah al-Amar.

Seorang wartawan melaporkan terjadi pertempuran tersengit di dalam ibu kota. “Orang-orang pergi, beberapa rumah terbakar dan pasukan suku-suku mengambil alih sejumlah gedung pemerintah dan kantor polisi,” ujarnya.
Mereka berkata pasukan keamanan mencoba mencegah siapa pun berkumpul di dalam kota dan menembaki mereka yang mencoba melakukan itu. Pihak medis mengonfirmasi dua orang telah terbunuh dalam insiden tersebut.
Kabar banyaknya korban tewas itu diketahui ketika pengunjuk rasa memprotes dan menyebut pasukan keamanan menghalau pendudukan selama empat bulan di Taiz , Senin (31/5) waktu setempat, dan membunuh 21 orang.
Menurut laporan yang diterima PBB, lebih dari 50 pengunjuk rasa telah dibunuh di Taiz sejak Minggu (29/5). Kantor  hak asasi  PBB telah menerima banyak laporan, harus diverifikasi lagi sepenuhnya, bahwa lebih dari 50 orang dibunuh oleh  tentara Yaman, Garda Republik dan elemen lain yang memiliki afiliasi ke pemerintah,” ujar kepala bidang hak asasi PBB, Navy Pillay.

Kekerasan terakhir menewaskan 30 orang . Mereka dilaporkan terbunuh oleh serangan udara di Zinjibar, Yaman. Kawasan itu disebut dikuasi  pejuang yang masih terkait dengan Al Qaidah.Serangan udara Senin, sepertinya adalah balasan dari pengambilalihan kota oleh 300 pejuang yang diduga terkait Al Qaidah dan penyergapan semalam yang membunuh setidaknya 6 tentara Yaman serta melukai puluhan lagi.

“Rakyat sipil menemukan kendaraan militer dan kendaraan lapis baja. Mereka semua dihancurkan dan tubuh enam tentara ditemukan di sisi jalan,” kepala redaksi Attariq, koran oposisi utama, Ayman Mohammed Nasser.
Penguasa global itu telah menekan Saleh untuk meneken kesepakatan yang dimediasi negara-negara Teluk Arab, di bawah payung Dewan Kerjasama Teluk (GCC) untuk menyerahkan kekuasaannya.

Di bawah kesepakatan itu, Saleh akan mundur dari tampuk kekuasaan dalam 30 hari dan sebagai imbalan akan memiliki kekebalan dari tuntutan hukuman. Pihak oposisi telah menekan kesepakatan itu, namun Saleh menolak untuk menandatangani.

Dibawah Saleh, Yeman kini diambang kehancuran keuangan, dengan sekitar 40 persen populasi hidup dengan penghasilan kurang dari 2 dolar (Rp20 ribuan) per hari dan ketiga kalinya menghadapi kelaparan bertahun-tahun.
Paling tidak 320 orang telah tewas dalam pertempuran di Yaman, sejak protes yang menghendaki Saleh mengakhiri kepemimpinannya dimulai empat bulan lalu. Unjuk rasa itu terinspirasi oleh kebangkitan rakyat yang mengakhiri rezim lama di Tunisia dan Mesir. (bbs/jpnn)

Yaman Kembali Memanas

SANAA- Gencatan senjata antara pihak oposisi dengan Presiden Yaman, Ali Abdullah Saleh gagal terwujud, akibatnya perang sipil dimulai.  Hal itu ditunjukkan kondisidi negara itu semakin memanas. Lebih dari 50 orang tewas saat demonstrasi di Taiz, Yaman selatan.

“Perjanjian gencatan senjata telah berakhir,” ujar pejabat pemerintah tanpa memberi detail lebih jauh. Pengumuman itu muncul setelah bentrok satu malam di Sanaa, yang menewaskan banyak orang dan puluhan orang terluka.
Sejumlah sumber menyebutkan serangan peluru-peluru artileri kelas berat terjadi  di dekat gedung kementrian dalam negeri dan rumah seorang pemimpin suku anti presiden,  Sadiq al-Amar.

Mereka mengatakan pasukan yang loyal kepada Saleh mengalami tekanan dari pengunjuk rasa yang meminta presiden berhenti dan mengakhiri 33 tahun kepemimpinan. Pasukan Yaman menembakkan puluhan peluru roket dan rudal ke sebuah gunung dekat rumah al-Amar.

Seorang wartawan melaporkan terjadi pertempuran tersengit di dalam ibu kota. “Orang-orang pergi, beberapa rumah terbakar dan pasukan suku-suku mengambil alih sejumlah gedung pemerintah dan kantor polisi,” ujarnya.
Mereka berkata pasukan keamanan mencoba mencegah siapa pun berkumpul di dalam kota dan menembaki mereka yang mencoba melakukan itu. Pihak medis mengonfirmasi dua orang telah terbunuh dalam insiden tersebut.
Kabar banyaknya korban tewas itu diketahui ketika pengunjuk rasa memprotes dan menyebut pasukan keamanan menghalau pendudukan selama empat bulan di Taiz , Senin (31/5) waktu setempat, dan membunuh 21 orang.
Menurut laporan yang diterima PBB, lebih dari 50 pengunjuk rasa telah dibunuh di Taiz sejak Minggu (29/5). Kantor  hak asasi  PBB telah menerima banyak laporan, harus diverifikasi lagi sepenuhnya, bahwa lebih dari 50 orang dibunuh oleh  tentara Yaman, Garda Republik dan elemen lain yang memiliki afiliasi ke pemerintah,” ujar kepala bidang hak asasi PBB, Navy Pillay.

Kekerasan terakhir menewaskan 30 orang . Mereka dilaporkan terbunuh oleh serangan udara di Zinjibar, Yaman. Kawasan itu disebut dikuasi  pejuang yang masih terkait dengan Al Qaidah.Serangan udara Senin, sepertinya adalah balasan dari pengambilalihan kota oleh 300 pejuang yang diduga terkait Al Qaidah dan penyergapan semalam yang membunuh setidaknya 6 tentara Yaman serta melukai puluhan lagi.

“Rakyat sipil menemukan kendaraan militer dan kendaraan lapis baja. Mereka semua dihancurkan dan tubuh enam tentara ditemukan di sisi jalan,” kepala redaksi Attariq, koran oposisi utama, Ayman Mohammed Nasser.
Penguasa global itu telah menekan Saleh untuk meneken kesepakatan yang dimediasi negara-negara Teluk Arab, di bawah payung Dewan Kerjasama Teluk (GCC) untuk menyerahkan kekuasaannya.

Di bawah kesepakatan itu, Saleh akan mundur dari tampuk kekuasaan dalam 30 hari dan sebagai imbalan akan memiliki kekebalan dari tuntutan hukuman. Pihak oposisi telah menekan kesepakatan itu, namun Saleh menolak untuk menandatangani.

Dibawah Saleh, Yeman kini diambang kehancuran keuangan, dengan sekitar 40 persen populasi hidup dengan penghasilan kurang dari 2 dolar (Rp20 ribuan) per hari dan ketiga kalinya menghadapi kelaparan bertahun-tahun.
Paling tidak 320 orang telah tewas dalam pertempuran di Yaman, sejak protes yang menghendaki Saleh mengakhiri kepemimpinannya dimulai empat bulan lalu. Unjuk rasa itu terinspirasi oleh kebangkitan rakyat yang mengakhiri rezim lama di Tunisia dan Mesir. (bbs/jpnn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/