JENEWA, SUMUTPOS.CO – Krisis Ukraina telah mengakibatkan lebih dari setengah juta penduduk negeri pecahan bekas Uni Soviet itu telantar. Kemarin (2/9) UNHCR melaporkan bahwa invasi Rusia ke Ukraina sudah memantik migrasi warga. Sekitar 520.000 warga meninggalkan tempat tinggal mereka demi menghindari perang.
Jubir UNHCR Adrian Edwards menyebutkan, berdasar data PBB, sedikitnya 260.000 penduduk Ukraina telantar di dalam negeri. Mereka berusaha mencari tempat tinggal yang lebih aman setelah invasi Rusia memicu konflik di beberapa wilayah. ‘Sekitar 260.000 warga lainnya meninggalkan Ukraina dan sedang berusaha mendapat suaka di Rusia,’ katanya.
Badan PBB yang mengurusi pengungsi itu memperingatkan masyarakat internasional bahwa konflik di perbatasan Ukraina dan Rusia tersebut berpotensi memicu krisis regional. Bukan hanya perang, tetapi juga krisis kemanusiaan. Sebab, belakangan, pertempuran pasukan Ukraina dan separatis pro-Rusia yang didukung penuh oleh Moskow makin sering terjadi.
Bentrokan itu, menurut Edwards, membuat masyarakat Ukraina terserak. Dia yakin jumlah warga yang terpaksa telantar di dalam dan luar negeri jauh lebih banyak daripada data PBB. ‘Sebagian besar penduduk yang meninggalkan tempat tinggal mereka lebih memilih tinggal di rumah saudara atau teman dan tidak melaporkan diri kepada pemerintah setempat,’ ujarnya.
Di tempat terpisah, Antonio Guterres, pemimpin tertinggi UNHCR, menyatakan bahwa krisis di perbatasan Ukraina dan Rusia telah menewaskan sedikitnya 2.600 orang. Sejak ketegangan muncul pada pertengahan April lalu, ribuan nyawa melayang dalam bentrokan antara separatis dan pasukan Ukraina. Sebagian besar tewas karena pertempuran timpang antara pasukan Ukraina dan militer Rusia di perbatasan. (AFP/hep/c14/tia)
JENEWA, SUMUTPOS.CO – Krisis Ukraina telah mengakibatkan lebih dari setengah juta penduduk negeri pecahan bekas Uni Soviet itu telantar. Kemarin (2/9) UNHCR melaporkan bahwa invasi Rusia ke Ukraina sudah memantik migrasi warga. Sekitar 520.000 warga meninggalkan tempat tinggal mereka demi menghindari perang.
Jubir UNHCR Adrian Edwards menyebutkan, berdasar data PBB, sedikitnya 260.000 penduduk Ukraina telantar di dalam negeri. Mereka berusaha mencari tempat tinggal yang lebih aman setelah invasi Rusia memicu konflik di beberapa wilayah. ‘Sekitar 260.000 warga lainnya meninggalkan Ukraina dan sedang berusaha mendapat suaka di Rusia,’ katanya.
Badan PBB yang mengurusi pengungsi itu memperingatkan masyarakat internasional bahwa konflik di perbatasan Ukraina dan Rusia tersebut berpotensi memicu krisis regional. Bukan hanya perang, tetapi juga krisis kemanusiaan. Sebab, belakangan, pertempuran pasukan Ukraina dan separatis pro-Rusia yang didukung penuh oleh Moskow makin sering terjadi.
Bentrokan itu, menurut Edwards, membuat masyarakat Ukraina terserak. Dia yakin jumlah warga yang terpaksa telantar di dalam dan luar negeri jauh lebih banyak daripada data PBB. ‘Sebagian besar penduduk yang meninggalkan tempat tinggal mereka lebih memilih tinggal di rumah saudara atau teman dan tidak melaporkan diri kepada pemerintah setempat,’ ujarnya.
Di tempat terpisah, Antonio Guterres, pemimpin tertinggi UNHCR, menyatakan bahwa krisis di perbatasan Ukraina dan Rusia telah menewaskan sedikitnya 2.600 orang. Sejak ketegangan muncul pada pertengahan April lalu, ribuan nyawa melayang dalam bentrokan antara separatis dan pasukan Ukraina. Sebagian besar tewas karena pertempuran timpang antara pasukan Ukraina dan militer Rusia di perbatasan. (AFP/hep/c14/tia)