Sejak awal pekan, menurut Anifah, pihaknya berkomunikasi intensif dengan delegasi Korut atas sepengetahuan Kang Chol. Dalam pertemuan Selasa (28/2), Wisma Putra –julukan Kemenlu negeri jiran– menegaskan bahwa Malaysia menuntut permintaan maaf tertulis dari Korut soal tudingan Kang Chol tentang konspirasi. Bukannya minta maaf, Korut malah membuat Malaysia kesal lewat kesaksian Ri Jong-chol.
”Menjadi catatan kami bahwa Dubes telah menuduh investigasi kematian warga Korut pada 13 Februari lalu sebagai rekayasa untuk menutupi kepentingan Malaysia,” kata Anifah. Karena tersinggung dengan kata-kata Kang Chol, Perdana Menteri (PM) Najib Razak pun sempat minta Korut memberikan penjelasan. Namun, Pyongyang yang ngambek setelah Malaysia nekat mengotopsi jasad korban bergeming.
Dari delapan warga Korut yang diburu polisi Malaysia karena diduga terlibat dalam pembunuhan Jong-nam, baru satu yang pernah tertangkap. Yakni, Ri Jong-chol yang kini sudah dideportasi. Sedangkan tujuh lainnya masih buron. Konon, dua di antaranya bersembunyi di Kedutaan Besar Korut di kawasan bergengsi Bukit Damansara. ”Kedutaan adalah persembunyian paling aman,” terang Wisma Putra.
Namun, Kang Chol tidak menanggapi tudingan tersebut. Dia lebih banyak bungkam. Demikian juga Pyongyang. Sejak Jong-nam tewas hingga kini jasadnya selesai diotopsi, Korut tidak bereaksi apa pun selain mengeluhkan otopsi yang dilakukan tanpa izin mereka. Bahkan, pemerintahan Kim Jong-un menyembunyikan kabar kematian kakaknya itu dari publik.
Bagi Roy Rogers, dosen hubungan internasional dan ilmu strategi di University of Malaya, cara Kang Chol menanggapi polemik itu agak janggal. Sebab, tidak biasanya Pyongyang tampil dalam lampu sorot. ”Korut selalu low profile. Agak tidak biasa jika saat ini mereka membiarkan dunia menyorot kedutaannya di Malaysia,” paparnya. (AFP/Reuters/thestar/freemalaysiatoday/hep/c10/sof/jpg/ril)