23.9 C
Medan
Sunday, June 23, 2024

Berobat ke Riyadh, Presiden Yaman Sulit Balik

Skenario AS-Arab Saudi Akhiri Kekuasaan Saleh

RIYADH- Presiden Yaman, Ali Abdullah Saleh memang belum mengundurkan diri. Tapi, kepergiannya ke Arab Saudi kemarin dengan alasan untuk berobat, sepertinya, hampir pasti akan mengakhiri kekuasaan yang digenggamnya sejak 1990.

Sebab, Arab Saudi diyakini bakal menekan Saleh agar tidak balik untuk memuluskan pemindahan kekuasaan di Yaman. Selama ini, bersama dengan negara-negara yang tergabung dalam Dewan Kerja Sama Teluk, Arab Saudi pula menawari mekanisme transfer kekuasaan di negeri itu.

Namun, tiga kali ditawari, tiga kali pula Saleh mengingkarinya pada menit-menit terakhir. Padahal, mekanisme itu menjamin lelaki kelahiran Sanaa pada 1942 tersebut tidak akan dituntut mundur, tak seperti dialami mantan Presiden Mesir Hosni Mubarak.

“Saya pikir, itu adalah akhir pertandingan,” kata Khalid Al Dakhil, analis politik Arab Saudi, seperti dikutip Daily Telegraph. “Arab Saudi tak akan berkompromi lagi dengan dia (Saleh, Red),” lanjut dia.

Riyadh memang sangat berkepentingan agar Saleh mundur. Harapannya, jika lelaki itu mundur, kondisi di Yaman bisa mereda. Sebagai negeri tetangga, Arab Saudi memang turut merasakan dampak huru-hara politik di negeri asal sebagian besar keturunan Arab di Indonesia tersebut.

Saleh menjalani pengobatan setelah menjadi korban serangan roket yang diduga dilakukan kelompok oposisi ke masjid di dalam kompleks istana kepresidenan. Mantan Presiden Yaman Utara (Yaman Utara dan Selatan reunifikasi pada 1990) itu mengalami luka di kepala dan leher.

Setelah serangan tersebut, juru bicara pemerintah memastikan luka Saleh ringan. Tapi, setiba di Arab Saudi, dijadwalkan menjalani operasi pengangkatan pecahan peluru sekaligus operasi plastik untuk mengembalikan bagian leher dan kepalanya terluka. Sumber itu menerangkan ke Reuters, memang jelas terlihat saat Saleh disertai rombongan dengan total 35 orang berjalan meninggalkan pesawat setiba di Riyadh. Bisa jadi berobat hanya alasan Saleh melarikan diri. Selama kepergiannya, Saleh menyerahkan kekuasaan ke Wakil Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi.  Sesaat setelah itu, Hadi langsung ditelepon, John O Brennan penasihat keamanan Presiden AS, Barack Obama.  Seperti dilansir New York Times, tak ada penjelasan dari Gedung Putih. (c11/ttg/jpnn)

Skenario AS-Arab Saudi Akhiri Kekuasaan Saleh

RIYADH- Presiden Yaman, Ali Abdullah Saleh memang belum mengundurkan diri. Tapi, kepergiannya ke Arab Saudi kemarin dengan alasan untuk berobat, sepertinya, hampir pasti akan mengakhiri kekuasaan yang digenggamnya sejak 1990.

Sebab, Arab Saudi diyakini bakal menekan Saleh agar tidak balik untuk memuluskan pemindahan kekuasaan di Yaman. Selama ini, bersama dengan negara-negara yang tergabung dalam Dewan Kerja Sama Teluk, Arab Saudi pula menawari mekanisme transfer kekuasaan di negeri itu.

Namun, tiga kali ditawari, tiga kali pula Saleh mengingkarinya pada menit-menit terakhir. Padahal, mekanisme itu menjamin lelaki kelahiran Sanaa pada 1942 tersebut tidak akan dituntut mundur, tak seperti dialami mantan Presiden Mesir Hosni Mubarak.

“Saya pikir, itu adalah akhir pertandingan,” kata Khalid Al Dakhil, analis politik Arab Saudi, seperti dikutip Daily Telegraph. “Arab Saudi tak akan berkompromi lagi dengan dia (Saleh, Red),” lanjut dia.

Riyadh memang sangat berkepentingan agar Saleh mundur. Harapannya, jika lelaki itu mundur, kondisi di Yaman bisa mereda. Sebagai negeri tetangga, Arab Saudi memang turut merasakan dampak huru-hara politik di negeri asal sebagian besar keturunan Arab di Indonesia tersebut.

Saleh menjalani pengobatan setelah menjadi korban serangan roket yang diduga dilakukan kelompok oposisi ke masjid di dalam kompleks istana kepresidenan. Mantan Presiden Yaman Utara (Yaman Utara dan Selatan reunifikasi pada 1990) itu mengalami luka di kepala dan leher.

Setelah serangan tersebut, juru bicara pemerintah memastikan luka Saleh ringan. Tapi, setiba di Arab Saudi, dijadwalkan menjalani operasi pengangkatan pecahan peluru sekaligus operasi plastik untuk mengembalikan bagian leher dan kepalanya terluka. Sumber itu menerangkan ke Reuters, memang jelas terlihat saat Saleh disertai rombongan dengan total 35 orang berjalan meninggalkan pesawat setiba di Riyadh. Bisa jadi berobat hanya alasan Saleh melarikan diri. Selama kepergiannya, Saleh menyerahkan kekuasaan ke Wakil Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi.  Sesaat setelah itu, Hadi langsung ditelepon, John O Brennan penasihat keamanan Presiden AS, Barack Obama.  Seperti dilansir New York Times, tak ada penjelasan dari Gedung Putih. (c11/ttg/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/