30 C
Medan
Wednesday, May 8, 2024

Erdogan: Turki Tak Bakal Tinggalkan Syria

TEGAS: Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan mengatakan, Turki tidak akan pernah meninggalkan Syria.

Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan mengatakan, Turki tidak akan pernah meninggalkan Syria. Hal itu akan ia lakukan hingga rakyat Syria mampu dan bisa mengadakan pemilihan umum sendiri.

“Kapanpun rakyat Syria bisa mengadakan pemilu, kami akan tinggalkan Syria ke pemiliknya,” tutur Erdogan, seperti dilansir Reuters, Jumat (5/10).

Erdogan setuju dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, bulan lalu, untuk membentuk zona demiliterisasi antara kelompok pemberontak dan Pemerintah Syria di utara. Ia juga memiliki andil di wilayah barat laut Afrin dan lebih ke timur, di sekitar Jarablus.

Erdogan mengatakan, Turki tidak mengalami kesulitan dalam melakukan pembicaraan dengan kelompok-kelompok radikal di Idlib, daerah kantong terbesar yang dikuasai pemberontak baru, di luar kendali Presiden Syria Bashar Al Assad.

Hayat Tahrir Al Sham, yang termasuk kelompok terkait Al Qaeda, sebelumnya dikenal sebagai Nusra Front, adalah aliansi jihad paling kuat di Idlib. Turki menunjuk kelompok itu sebagai organisasi teroris pada Agustus, sesuai dengan keputusan oleh PBB pada Juni lalu.

Bulan lalu, dalam KTT di Sochi, Erdogan dan Putin setuju untuk membuat zona demiliterisasi dengan jangkauan 15-20 kilometer, di situlah kelompok-kelompok radikal akan menarik diri pada 15 Oktober.

Kamis (4/10) lalu, Erdogan jugamengatakan, di samping 12 observasi yang diselenggarakan oleh Turki di wilayah tersebut, Rusia memiliki 10 titik pengamatan, dan Iran 6 titik pengamatan. “Mengamankan koridor ini berarti mengamankan Idlib. Dan kami telah mulai membentengi pos pengamatan kami,” pungkasnya. (iml/jpc/saz)

TEGAS: Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan mengatakan, Turki tidak akan pernah meninggalkan Syria.

Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan mengatakan, Turki tidak akan pernah meninggalkan Syria. Hal itu akan ia lakukan hingga rakyat Syria mampu dan bisa mengadakan pemilihan umum sendiri.

“Kapanpun rakyat Syria bisa mengadakan pemilu, kami akan tinggalkan Syria ke pemiliknya,” tutur Erdogan, seperti dilansir Reuters, Jumat (5/10).

Erdogan setuju dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, bulan lalu, untuk membentuk zona demiliterisasi antara kelompok pemberontak dan Pemerintah Syria di utara. Ia juga memiliki andil di wilayah barat laut Afrin dan lebih ke timur, di sekitar Jarablus.

Erdogan mengatakan, Turki tidak mengalami kesulitan dalam melakukan pembicaraan dengan kelompok-kelompok radikal di Idlib, daerah kantong terbesar yang dikuasai pemberontak baru, di luar kendali Presiden Syria Bashar Al Assad.

Hayat Tahrir Al Sham, yang termasuk kelompok terkait Al Qaeda, sebelumnya dikenal sebagai Nusra Front, adalah aliansi jihad paling kuat di Idlib. Turki menunjuk kelompok itu sebagai organisasi teroris pada Agustus, sesuai dengan keputusan oleh PBB pada Juni lalu.

Bulan lalu, dalam KTT di Sochi, Erdogan dan Putin setuju untuk membuat zona demiliterisasi dengan jangkauan 15-20 kilometer, di situlah kelompok-kelompok radikal akan menarik diri pada 15 Oktober.

Kamis (4/10) lalu, Erdogan jugamengatakan, di samping 12 observasi yang diselenggarakan oleh Turki di wilayah tersebut, Rusia memiliki 10 titik pengamatan, dan Iran 6 titik pengamatan. “Mengamankan koridor ini berarti mengamankan Idlib. Dan kami telah mulai membentengi pos pengamatan kami,” pungkasnya. (iml/jpc/saz)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/