25.6 C
Medan
Sunday, June 2, 2024

Kadhafi Mohon Obama Akhiri Serbuan Udara

Pemimpin Libya Surati Pemimpin AS

WASHINGTON – Pemimpin Libya Muammar Kadhafi kembali menyurati Presiden AS Barack Obama. Dalam surat terbarunya, tokoh berusia 74 tahun tersebut secara langsung meminta supaya Obama menghentikan serangan udara pasukan koalisi ke negaranya.

Menurut Kadhafi, serangan udara oleh pasukan koalisi pimpinan AS, yang kemudian diserahkan kepada NATO, terhadap militer Libya sebagai “perang yang tidak adil dan sepadan.” Dalam suratnya itu, tokoh yang telah berkuasa lebih dari 41 tahun tersebut juga mendoakan agar Obama lolos dan sukses dalam pencalonannya pada pemilihan presiden (pilpres) tahun depan.

“Anda adalah orang yang memiliki cukup keberanian untuk membatalkan keputusan yang salah dan keliru itu,” tulis Kadhafi dalam surat sepanjang tiga lembar itu, seperti dilansir Associated Press. “Saya yakin Anda mampu memikul tanggung jawab tersebut,” lanjut Kadhafi.Gedung Putih membenarkan adanya surat dari Kadhafi tersebut. Tetapi, sejumlah pejabat penting AS mengabaikan surat itu. Sekretaris Pers Gedung Putih Jay Carney maupun Juru Bicara Deplu AS Mark Toner menolak membahas rincian surat tersebut.

“Saya kira sudah cukup jelas apa yang diharapkan Mr. Kadhafi saat ini,” tutur Menteri Luar Negeri AS Hillary Rodham Clinton. Dia justru mengulangi tuntutan AS dan NATO bahwa pasukan Kadhafi harus ditarik mundur dan menghentikan serangan atas oposisi dan warga sipil Libya. Clinton memperbarui tuntutan bahwa Kadhafi harus menyerahkan kekuasaannya dan meninggalkan Libya.  “Perlu ada gencatan senjata. Pasukannya harus ditarik dari kota-kota yang mereka rebut secara paksa dengan kekerasan dan korban manusia,” papar Clinton. “Lantas, perlu dibuat sebuah keputusan tentang kepergiaannya dari kekuasaan. Dia harus pergi dari Libya,” lanjutnya.

Gerilyawan oposisi, yang dibantu oleh serangan udara pasukan koalisi PBB, telah mengambil alih kontrol seluruh wilayah di timur Libya. Kubu Kadhafi tetap menguasai wilayah barat. Kadhafi telah beberapa kali menyatakan keinginannya untuk melakukan gencatan senjata, namun dia tetap menolak untuk mundur.

Lewat suratnya, Kadhafi memohon agar Obama segera menghentikan serangan udara koalisi di bawah pimpinan NATO (Pakta Pertahanan Atlantik Utara). Kadhafi berdalih serangan itu sebagai perang yang tidak adil terhadap rakyat dari sebuah negara kecil dan sedang berkembang. “Negeri ini telah menderita karena embargo dan berbagai sanksi. Libya juga menjadi korban agresi militer AS pemerintahan Ronald  Reagan,” tulisnya.

Kadhafi mengingatkan Obama bahwa masyarakat yang demokratis tidak bisa dibangun secara paksa melalui serangan rudal dan pesawat tempur. Dia mengulangi bahwa para pemberontak itu adalah anggota jaringan teroris Al Qaidah.
Dalam suratnya, Kadhafi memanggil Obama sebagai “anak kami” dan “yang mulia”. Surat itu ditulis dalam bahasa Inggris formal, tapi kaku. Ada beberapa kesalahan ejaan dan tata bahasa atau gramatika). Misalnya, dia salah menulis ejaan nama Obama, yakni Baraka Hussein Abu Oumamma.

“Anak kami yang terhormat, Yang Mulia Baraka Hussein Abu Oumama, intervensi Anda atas nama USA (AS) adalah sebuah keharusan. Karena itu, Nato (NATO) akhirnya akan mundur dari masalah Libya. Libya harus dibiarkan berada di tangan rakyat Libya dalam kerangka persatuan Afrika,” papar Kadhafi.

Meski membeber banyak keluhan atas kondisi terakhir di negaranya, Kadhafi sama sekali tidak menyatakan sakit hati kepada Obama. Surat tersebut ditulis di Tripoli tertanggal 5 April 2011 dan ditandatangani oleh “Mu’aumer Qaddaffi, Pemimpin Revolusi”.

“Selama ini kami jelas jauh lebih terluka secara moral daripada secara fisik karena baik tindakan maupun kata-kata (oleh pemerintahan) Anda,” kata Kadhafi. “Meski begitu, Anda akan selalu tetap menjadi anak kami apapun yang terjadi. Kami terus berdoa agar Anda terus menjadi presiden AS. Kami berikhtiar dan berharap Anda bakal meraih kemenangan dalam kampanye pilpres mendatang,” tambah Kadhafi.

Sementara itu, mantan anggota Kongres Curt Weldon tiba di Tripoli pada Rabu lalu (7/4) atas undangan Kadhafi. Politikus Partai Republik dari Pennsylvania itu sebelumnya sudah dua kali berkunjung ke Libya. Weldon mengaku ke Libya untuk misi pribadi guna mendesak Kadhafi mundur.

Deplu AS mengabaikan kunjungan Weldon. Para pejabat AS menyatakan bahwa Weldon telah diperingatkan soal bahaya dari kepergiannya ke Libya. Deplu AS memastikan bahwa kunjungan itu bukan atas nama pemerintah dan juga tidak membawa pesan Washington bagi Kadhafi. (ap/cak/dwi/jpnn)

Pemimpin Libya Surati Pemimpin AS

WASHINGTON – Pemimpin Libya Muammar Kadhafi kembali menyurati Presiden AS Barack Obama. Dalam surat terbarunya, tokoh berusia 74 tahun tersebut secara langsung meminta supaya Obama menghentikan serangan udara pasukan koalisi ke negaranya.

Menurut Kadhafi, serangan udara oleh pasukan koalisi pimpinan AS, yang kemudian diserahkan kepada NATO, terhadap militer Libya sebagai “perang yang tidak adil dan sepadan.” Dalam suratnya itu, tokoh yang telah berkuasa lebih dari 41 tahun tersebut juga mendoakan agar Obama lolos dan sukses dalam pencalonannya pada pemilihan presiden (pilpres) tahun depan.

“Anda adalah orang yang memiliki cukup keberanian untuk membatalkan keputusan yang salah dan keliru itu,” tulis Kadhafi dalam surat sepanjang tiga lembar itu, seperti dilansir Associated Press. “Saya yakin Anda mampu memikul tanggung jawab tersebut,” lanjut Kadhafi.Gedung Putih membenarkan adanya surat dari Kadhafi tersebut. Tetapi, sejumlah pejabat penting AS mengabaikan surat itu. Sekretaris Pers Gedung Putih Jay Carney maupun Juru Bicara Deplu AS Mark Toner menolak membahas rincian surat tersebut.

“Saya kira sudah cukup jelas apa yang diharapkan Mr. Kadhafi saat ini,” tutur Menteri Luar Negeri AS Hillary Rodham Clinton. Dia justru mengulangi tuntutan AS dan NATO bahwa pasukan Kadhafi harus ditarik mundur dan menghentikan serangan atas oposisi dan warga sipil Libya. Clinton memperbarui tuntutan bahwa Kadhafi harus menyerahkan kekuasaannya dan meninggalkan Libya.  “Perlu ada gencatan senjata. Pasukannya harus ditarik dari kota-kota yang mereka rebut secara paksa dengan kekerasan dan korban manusia,” papar Clinton. “Lantas, perlu dibuat sebuah keputusan tentang kepergiaannya dari kekuasaan. Dia harus pergi dari Libya,” lanjutnya.

Gerilyawan oposisi, yang dibantu oleh serangan udara pasukan koalisi PBB, telah mengambil alih kontrol seluruh wilayah di timur Libya. Kubu Kadhafi tetap menguasai wilayah barat. Kadhafi telah beberapa kali menyatakan keinginannya untuk melakukan gencatan senjata, namun dia tetap menolak untuk mundur.

Lewat suratnya, Kadhafi memohon agar Obama segera menghentikan serangan udara koalisi di bawah pimpinan NATO (Pakta Pertahanan Atlantik Utara). Kadhafi berdalih serangan itu sebagai perang yang tidak adil terhadap rakyat dari sebuah negara kecil dan sedang berkembang. “Negeri ini telah menderita karena embargo dan berbagai sanksi. Libya juga menjadi korban agresi militer AS pemerintahan Ronald  Reagan,” tulisnya.

Kadhafi mengingatkan Obama bahwa masyarakat yang demokratis tidak bisa dibangun secara paksa melalui serangan rudal dan pesawat tempur. Dia mengulangi bahwa para pemberontak itu adalah anggota jaringan teroris Al Qaidah.
Dalam suratnya, Kadhafi memanggil Obama sebagai “anak kami” dan “yang mulia”. Surat itu ditulis dalam bahasa Inggris formal, tapi kaku. Ada beberapa kesalahan ejaan dan tata bahasa atau gramatika). Misalnya, dia salah menulis ejaan nama Obama, yakni Baraka Hussein Abu Oumamma.

“Anak kami yang terhormat, Yang Mulia Baraka Hussein Abu Oumama, intervensi Anda atas nama USA (AS) adalah sebuah keharusan. Karena itu, Nato (NATO) akhirnya akan mundur dari masalah Libya. Libya harus dibiarkan berada di tangan rakyat Libya dalam kerangka persatuan Afrika,” papar Kadhafi.

Meski membeber banyak keluhan atas kondisi terakhir di negaranya, Kadhafi sama sekali tidak menyatakan sakit hati kepada Obama. Surat tersebut ditulis di Tripoli tertanggal 5 April 2011 dan ditandatangani oleh “Mu’aumer Qaddaffi, Pemimpin Revolusi”.

“Selama ini kami jelas jauh lebih terluka secara moral daripada secara fisik karena baik tindakan maupun kata-kata (oleh pemerintahan) Anda,” kata Kadhafi. “Meski begitu, Anda akan selalu tetap menjadi anak kami apapun yang terjadi. Kami terus berdoa agar Anda terus menjadi presiden AS. Kami berikhtiar dan berharap Anda bakal meraih kemenangan dalam kampanye pilpres mendatang,” tambah Kadhafi.

Sementara itu, mantan anggota Kongres Curt Weldon tiba di Tripoli pada Rabu lalu (7/4) atas undangan Kadhafi. Politikus Partai Republik dari Pennsylvania itu sebelumnya sudah dua kali berkunjung ke Libya. Weldon mengaku ke Libya untuk misi pribadi guna mendesak Kadhafi mundur.

Deplu AS mengabaikan kunjungan Weldon. Para pejabat AS menyatakan bahwa Weldon telah diperingatkan soal bahaya dari kepergiannya ke Libya. Deplu AS memastikan bahwa kunjungan itu bukan atas nama pemerintah dan juga tidak membawa pesan Washington bagi Kadhafi. (ap/cak/dwi/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/