26 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Astaga… Jumlah Perjaka Tingting di Jepang Meningkat, Mengapa?

Perjaka tingting di Jepang.
Perjaka tingting di Jepang.

SUMUTPOS.CO – Kaum Adam di Jepang tertekan akibat ekonomi yang stagnan. Mereka sibuk bekerja sehingga melupakan cara berhubungan dengan lawan jenis. Saat ini jumlah yaramiso alias perjaka tingting yang berusia di atas 30 tahun terus meningkat.

Salah satunya Takashi Sakai. Senyumnya menawan dan pekerjaannya juga bagus. Hanya satu yang menjadi masalah bagi Sakai. Saat ini usianya menginjak 41 tahun dan dia masih perjaka.

Dia adalah pria normal yang menyukai perempuan, namun seumur hidupnya Sakai tidak pernah merajut hubungan cinta dengan lawan jenisnya. Dia tidak tahu caranya mendekati perempuan.

“Saya tidak pernah memiliki pacar. Itu tidak pernah terjadi. Bukan karena saya tidak tertarik. Saya menyukai perempuan, tapi saya tidak tahu bagaimana caranya,” ujarnya saat diwawancarai, Senin (8/6).

Sakai tentu saja bukan satu-satunya pria matang yang masih perjaka di Jepang. Berdasar survei yang dilakukan penelitian populasi dan keamanan sosial Institut Nasional pada 2010, seperempat populasi pria berusia di atas 30 tahun yang tidak menikah di Jepang masih perjaka.

Hasil penelitian itu menunjukkan, 68 persen pria berusia 18-19 tahun di Jepang masih perjaka. Penelitian hampir serupa di Eropa menunjukkan bahwa keperjakaan pria yang berusia 15-20 tahun sangat rendah. Sebagai contoh, hanya kurang dari 20 persen pria di Jerman yang belum pernah berhubungan badan sebelum mereka menginjak usia 20 tahun. Di Turki jumlahnya hanya 37 persen.

Survei di Jepang tersebut menunjukkan peningkatan 3 persen jika dibandingkan dengan penelitian serupa pada 1992. Saat ini jumlahnya riilnya sangat mungkin lebih tinggi lagi. Kondisi itu tentu cukup aneh. Sebab, selama ini simbol-simbol seks di Jepang dapat ditemui dengan mudah. Komik hentai hingga film porno bisa diakses dengan mudah.

Banyaknya pria yang masih perjaka di Jepang disebabkan perekonomian di Jepang berjalan cukup lambat. Beberapa tahun belakangan ini, pertumbuhan ekonomi di Jepang loyo. Pukulan perekonomian tersebut tentu membuat peluang kerja di Negeri Sakura itu kian sempit. Imbasnya, para pria berusaha mati-matian untuk mencari pekerjaan tetap yang mapan.

“Banyak pria yang tampaknya kehilangan kepercayaan diri karena mereka kehilangan kekuatan secara ekonomi. Selama dua dekade belakangan ini, keadaan pria di Jepang sangat keras dan kompetitif,” ujar pakar perjodohan Yoko Itamoto.

Selain faktor ekonomi, banyak pria Jepang yang tampaknya tidak punya nyali ketika ditolak beberapa kali. Seorang arsitek 49 tahun yang tidak mau disebutkan namanya menyatakan pernah dua kali memiliki perasaan kepada perempuan. Yang pertama saat dia berusia pertengahan dua puluhan dan yang kedua dirasakan beberapa tahun lalu. Dua perempuan yang ditaksirnya itu menolak si arsitek.

“Itu sangat mengecewakan. Rasanya hidup saya hancur dan mengambil alasan saya untuk hidup,” ujarnya. Setiap kali patah hati, berat badannya turun drastis. Kini dia memutuskan untuk tetap perjaka dan hidup sendirian.

Tentu saja tidak semua orang memutuskan sendirian seperti si arsitek. Banyak di antaranya yang masih mau berusaha melangkah untuk mempelajari kaum hawa agar bisa segera menikah.

Mereka mengikuti program lembaga nonprofit White Hands yang disebut dengan Virgin Academia. Di akademi itu, banyak hal yang bisa dilakukan para pria single dan masih perjaka tersebut. Termasuk di antaranya kelas menggambar sketsa. Modelnya adalah perempuan cantik tanpa busana. Tujuannya mengerti tubuh perempuan.

“Saat saya pertama melakukannya musim gugur tahun lalu, saya begitu tercengang. Tubuh mereka (para model perempuan, Red) sangat indah,” ujar Sakai yang mengikuti program tersebut.

Dia merasa kelasnya di Virgin Academia itu sangat berguna. Meski begitu, Sakai tidak tahu apakah dirinya akan memiliki pasangan ataukah berakhir dengan tetap perjaka. “Tidak perlu pesimistis. Lagi pula, menjadi perjaka bukanlah sesuatu yang fatal,” ungkapnya. (AFP/sha/c6/ami)

Perjaka tingting di Jepang.
Perjaka tingting di Jepang.

SUMUTPOS.CO – Kaum Adam di Jepang tertekan akibat ekonomi yang stagnan. Mereka sibuk bekerja sehingga melupakan cara berhubungan dengan lawan jenis. Saat ini jumlah yaramiso alias perjaka tingting yang berusia di atas 30 tahun terus meningkat.

Salah satunya Takashi Sakai. Senyumnya menawan dan pekerjaannya juga bagus. Hanya satu yang menjadi masalah bagi Sakai. Saat ini usianya menginjak 41 tahun dan dia masih perjaka.

Dia adalah pria normal yang menyukai perempuan, namun seumur hidupnya Sakai tidak pernah merajut hubungan cinta dengan lawan jenisnya. Dia tidak tahu caranya mendekati perempuan.

“Saya tidak pernah memiliki pacar. Itu tidak pernah terjadi. Bukan karena saya tidak tertarik. Saya menyukai perempuan, tapi saya tidak tahu bagaimana caranya,” ujarnya saat diwawancarai, Senin (8/6).

Sakai tentu saja bukan satu-satunya pria matang yang masih perjaka di Jepang. Berdasar survei yang dilakukan penelitian populasi dan keamanan sosial Institut Nasional pada 2010, seperempat populasi pria berusia di atas 30 tahun yang tidak menikah di Jepang masih perjaka.

Hasil penelitian itu menunjukkan, 68 persen pria berusia 18-19 tahun di Jepang masih perjaka. Penelitian hampir serupa di Eropa menunjukkan bahwa keperjakaan pria yang berusia 15-20 tahun sangat rendah. Sebagai contoh, hanya kurang dari 20 persen pria di Jerman yang belum pernah berhubungan badan sebelum mereka menginjak usia 20 tahun. Di Turki jumlahnya hanya 37 persen.

Survei di Jepang tersebut menunjukkan peningkatan 3 persen jika dibandingkan dengan penelitian serupa pada 1992. Saat ini jumlahnya riilnya sangat mungkin lebih tinggi lagi. Kondisi itu tentu cukup aneh. Sebab, selama ini simbol-simbol seks di Jepang dapat ditemui dengan mudah. Komik hentai hingga film porno bisa diakses dengan mudah.

Banyaknya pria yang masih perjaka di Jepang disebabkan perekonomian di Jepang berjalan cukup lambat. Beberapa tahun belakangan ini, pertumbuhan ekonomi di Jepang loyo. Pukulan perekonomian tersebut tentu membuat peluang kerja di Negeri Sakura itu kian sempit. Imbasnya, para pria berusaha mati-matian untuk mencari pekerjaan tetap yang mapan.

“Banyak pria yang tampaknya kehilangan kepercayaan diri karena mereka kehilangan kekuatan secara ekonomi. Selama dua dekade belakangan ini, keadaan pria di Jepang sangat keras dan kompetitif,” ujar pakar perjodohan Yoko Itamoto.

Selain faktor ekonomi, banyak pria Jepang yang tampaknya tidak punya nyali ketika ditolak beberapa kali. Seorang arsitek 49 tahun yang tidak mau disebutkan namanya menyatakan pernah dua kali memiliki perasaan kepada perempuan. Yang pertama saat dia berusia pertengahan dua puluhan dan yang kedua dirasakan beberapa tahun lalu. Dua perempuan yang ditaksirnya itu menolak si arsitek.

“Itu sangat mengecewakan. Rasanya hidup saya hancur dan mengambil alasan saya untuk hidup,” ujarnya. Setiap kali patah hati, berat badannya turun drastis. Kini dia memutuskan untuk tetap perjaka dan hidup sendirian.

Tentu saja tidak semua orang memutuskan sendirian seperti si arsitek. Banyak di antaranya yang masih mau berusaha melangkah untuk mempelajari kaum hawa agar bisa segera menikah.

Mereka mengikuti program lembaga nonprofit White Hands yang disebut dengan Virgin Academia. Di akademi itu, banyak hal yang bisa dilakukan para pria single dan masih perjaka tersebut. Termasuk di antaranya kelas menggambar sketsa. Modelnya adalah perempuan cantik tanpa busana. Tujuannya mengerti tubuh perempuan.

“Saat saya pertama melakukannya musim gugur tahun lalu, saya begitu tercengang. Tubuh mereka (para model perempuan, Red) sangat indah,” ujar Sakai yang mengikuti program tersebut.

Dia merasa kelasnya di Virgin Academia itu sangat berguna. Meski begitu, Sakai tidak tahu apakah dirinya akan memiliki pasangan ataukah berakhir dengan tetap perjaka. “Tidak perlu pesimistis. Lagi pula, menjadi perjaka bukanlah sesuatu yang fatal,” ungkapnya. (AFP/sha/c6/ami)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/