25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Kairo Mencekam, Wakil PM Mundur

Pasca Kerusuhan Sektarian

KAIRO – Pemerintah sementara Mesir di bawah Dewan Tinggi Militer (SCAF) mulai melakukan penyelidikan atas bentrok dan kerusuhan sektarian yang menewaskan 26 orang pada Minggu (9/10). Tetapi, suasana Kota Kairo masih terasa mencekam kemarin (11/10). Warga, terutama komunitas Kristen Koptik, menuntut agar Perdana Menteri (PM) Essam Sharaf segera mundur dari jabatannya.

Meski aparat keamanan berjaga-jaga di sejumlah tempat dan berlaku jam malam atau larangan keluar rumah, demo mengecam rezim militer mulai muncul terang-terangan. Puluhan ribu warga Mesir menyuarakan secara berulang-ulangan kecaman dan penolakan mereka terhadap SCAF pada Senin malam (10/10) dan kemarin pagi. Itu terjadi saat prosesi pemakaman 17 pemeluk Kristen yang tewas dalam protes berdarah di Kairo pada Minggu lalu.

Massa mengikuti upacara pemakaman 17 rekan mereka di Katedral Koptik Kairo. Siaran televisi menunjukkan bahwa peti jenazah dibawa ke lokasi upacara dari sebuah rumah sakit milik komunitas Kristen Koptik di Kairo. Peti mati itu masing-masing diberi nama korban dan dihiasi bunga.

Sebelumnya, ratusan massa berkumpul di luar sebuah rumah sakit Kristen Koptik untuk memprotes SCAF dan pemimpinnya Jenderal Hussein Tantawi. “SOS (Save Our Soul): (Umat) Koptik sedang diserang oleh tentara Mesir,” bunyi salah satu poster yang dibawa demonstran.

Slogan maupun teriakan “Enyahlah kekuasaan militer” mewarnai prosesi pemakaman. Banyak warga menuding militer sebagai pihak yang paling bertanggung jawab atas rusuh sektarian yang menewaskan 26 orang dan melukai lebih dari 500 orang lainnya.

Kerusuhan, yang dipicu oleh bentrok aparat keamanan dan komunitas Kristen Koptik, itu merupakan insiden terburuk dan paling banyak menelan korban sejak revolusi yang menjatuhkan rezim Hosni Mubarak delapan bulan lalu.
Sejumlah warga Muslim mendukung kolega mereka dari komunitas Kristen. Mereka melancarkan puasa atau mogok makan sebagai solidaritas. Kampanye yang dinamai “Fast4Egypt” menyebar lewat situs jejaring sosial.

“Rakyat ingin menumbangkan panglima tertinggi,” seru para pelayat merujuk pada jenderal Hussein Tantawi selaku pimpinan SCAF, yang telah berkuasa sejak 11 Februari lalu setelah tumbangnya Mubarak. Pernyataan warga itu juga didukung laporan forensik bahwa kebanyakan korban tewas akibat tembakan senjata dan ditabrak kendaraan lapis baja militer.

Kendati begitu, militer telah mengeluarkan peringatan bahwa mereka akan menumpas habis setiap unjuk rasa di masa mendatang. SCAF juga menyatakan akan mengambil langkah untuk menstabilkan keamanan. SCAF juga telah memerintahkan PM Sharaf untuk membentuk tim pencari fakta kerusuhan yang terjadi di pusat Kota Kairo itu.
Saat ini penyidik militer memeriksa 25 tersangka yang diduga terlibat dalam bentrok itu. Jika terbukti bersalah, mereka akan menghadapi ancaman hukuman hingga seumur hidup.

Kerusuhan itu memaksa Menteri Keuangan dan Wakil PM Bidang Ekonomi Hazem Abdel Aziz Mohamed al-Beblawy mengundurkan diri. Beblawy mundur kemarin sebagai pertanggungjawaban pemerintah untuk menjamin ketenteraman warga Mesir.

“Meski tak secara langsung bertanggung jawab, tetapi tanggung jawab itu memang berada di tangan pemerintah,” ujar Beblawy seperti dirilis MENA. “Situasi terakhir sangat menyulitkan dan memerlukan pemikiran baru yang berbeda serta upaya lebih keras,” lanjutnya. (afp/rtr/cak/dwi/jpnn)

Pasca Kerusuhan Sektarian

KAIRO – Pemerintah sementara Mesir di bawah Dewan Tinggi Militer (SCAF) mulai melakukan penyelidikan atas bentrok dan kerusuhan sektarian yang menewaskan 26 orang pada Minggu (9/10). Tetapi, suasana Kota Kairo masih terasa mencekam kemarin (11/10). Warga, terutama komunitas Kristen Koptik, menuntut agar Perdana Menteri (PM) Essam Sharaf segera mundur dari jabatannya.

Meski aparat keamanan berjaga-jaga di sejumlah tempat dan berlaku jam malam atau larangan keluar rumah, demo mengecam rezim militer mulai muncul terang-terangan. Puluhan ribu warga Mesir menyuarakan secara berulang-ulangan kecaman dan penolakan mereka terhadap SCAF pada Senin malam (10/10) dan kemarin pagi. Itu terjadi saat prosesi pemakaman 17 pemeluk Kristen yang tewas dalam protes berdarah di Kairo pada Minggu lalu.

Massa mengikuti upacara pemakaman 17 rekan mereka di Katedral Koptik Kairo. Siaran televisi menunjukkan bahwa peti jenazah dibawa ke lokasi upacara dari sebuah rumah sakit milik komunitas Kristen Koptik di Kairo. Peti mati itu masing-masing diberi nama korban dan dihiasi bunga.

Sebelumnya, ratusan massa berkumpul di luar sebuah rumah sakit Kristen Koptik untuk memprotes SCAF dan pemimpinnya Jenderal Hussein Tantawi. “SOS (Save Our Soul): (Umat) Koptik sedang diserang oleh tentara Mesir,” bunyi salah satu poster yang dibawa demonstran.

Slogan maupun teriakan “Enyahlah kekuasaan militer” mewarnai prosesi pemakaman. Banyak warga menuding militer sebagai pihak yang paling bertanggung jawab atas rusuh sektarian yang menewaskan 26 orang dan melukai lebih dari 500 orang lainnya.

Kerusuhan, yang dipicu oleh bentrok aparat keamanan dan komunitas Kristen Koptik, itu merupakan insiden terburuk dan paling banyak menelan korban sejak revolusi yang menjatuhkan rezim Hosni Mubarak delapan bulan lalu.
Sejumlah warga Muslim mendukung kolega mereka dari komunitas Kristen. Mereka melancarkan puasa atau mogok makan sebagai solidaritas. Kampanye yang dinamai “Fast4Egypt” menyebar lewat situs jejaring sosial.

“Rakyat ingin menumbangkan panglima tertinggi,” seru para pelayat merujuk pada jenderal Hussein Tantawi selaku pimpinan SCAF, yang telah berkuasa sejak 11 Februari lalu setelah tumbangnya Mubarak. Pernyataan warga itu juga didukung laporan forensik bahwa kebanyakan korban tewas akibat tembakan senjata dan ditabrak kendaraan lapis baja militer.

Kendati begitu, militer telah mengeluarkan peringatan bahwa mereka akan menumpas habis setiap unjuk rasa di masa mendatang. SCAF juga menyatakan akan mengambil langkah untuk menstabilkan keamanan. SCAF juga telah memerintahkan PM Sharaf untuk membentuk tim pencari fakta kerusuhan yang terjadi di pusat Kota Kairo itu.
Saat ini penyidik militer memeriksa 25 tersangka yang diduga terlibat dalam bentrok itu. Jika terbukti bersalah, mereka akan menghadapi ancaman hukuman hingga seumur hidup.

Kerusuhan itu memaksa Menteri Keuangan dan Wakil PM Bidang Ekonomi Hazem Abdel Aziz Mohamed al-Beblawy mengundurkan diri. Beblawy mundur kemarin sebagai pertanggungjawaban pemerintah untuk menjamin ketenteraman warga Mesir.

“Meski tak secara langsung bertanggung jawab, tetapi tanggung jawab itu memang berada di tangan pemerintah,” ujar Beblawy seperti dirilis MENA. “Situasi terakhir sangat menyulitkan dan memerlukan pemikiran baru yang berbeda serta upaya lebih keras,” lanjutnya. (afp/rtr/cak/dwi/jpnn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/