30 C
Medan
Tuesday, May 28, 2024

Janjikan Era Berbeda

Suka Cita Sambut Penguasa Baru Libya

TRIPOLI-Pemerintahan baru Libya berjanji akan menciptakan sebuah negara demokrasi modern berdasarkan hukum Islam yang moderat. Pernyataan itu diungkapkan pemimpin Dewan Transisi Nasional (NTC) Mustafa Abdul Jalil saat menyampaikan pidato pertamanya pasca jatuhnya rezim Muammar Kadhafi di Lapangan Martir, pusat Kota Tripoli, Senin malam (12/9) waktu setempat.

Ribuan warga hadir dan menyambut suka cita pidato yang disampaikan selang dua hari setelah Jalil tiba di ibu kota dari Benghazi tersebut.

“Kita tak akan menerima ideologi ekstrem dalam bentuk apapun, kanan atau kiri. Kita adalah orang-orang muslim. Untuk Islam moderat, dan kita akan bertahan di jalur ini,” seru Jalil. “Kalian semua (rakyat) telah bersama kami dan terus mendukung kami. Kalian adalah senjata kami dalam melawan siapapun yang ingin membajak revolusi ini,” lanjut mantan menteri kehakiman di era Kadhafi sebelum bergabung dengan oposisi dan membentuk NTC itu.

Jalil juga menjanjikan hal yang berbeda di era Libya baru. Misalnya, dia menyebut bahwa kaum perempuan akan punya peran aktif di era baru. Dalam kesempatan itu, dia juga berterima kasih kepada seluruh negara yang telah mendukung NTC, termasuk Prancis dan Inggris.

Namun, dalam pidatonya itu, Jalil juga mengingatkan tentang bahaya sekularisme. Dia pun menegaskan bahwa Libya akan menjadi negara dengan menjadikan syariah Islam sebagai sumber hukum.

Pidato yang disiarkan langsung oleh televisi tersebut mendapatkan sambutan meriah dari warga. Pesta kembang api juga terlihat di sejumlah titik di Kota Tripoli. Langit ibu kota pun terlihat terang benderang malam tersebut.
Meski rezim baru Libya telah memindahkan markasnya dari Benghazi ke Tripoli, NTC belum sepenuhnya lepas dari bahaya perang. Sebab, perlawanan loyalis Kadhafi masih terjadi.

Sejumlah orang dekat Kadhafi dilaporkan bersembunyi di sejumlah negara tetangga Libya, seperti Aljazair dan Niger. Perdana Menteri (PM) Niger Brigi Rafini, Senin (12/9) menyatakan bahwa anak ketiga Kadhafi, Al-Saadi Kadhafi, dan tiga jenderal Libya berada di antara 32 orang yang menyeberangi perbatasan negara Afrika Tengah tersebut sejak 2 September.

Saat ini Saadi berada di negeri tetangga selatan Libya tersebut. Ibunya, Safia Farkas, beserta adik perempuannya, Aisha Kadhafi, dan sejumlah cucu Kadhafi mendapat perlindungan di Aljazair, tetangga barat Libya. (afp/ap/bbc/cak/dwi/jpnn)

Suka Cita Sambut Penguasa Baru Libya

TRIPOLI-Pemerintahan baru Libya berjanji akan menciptakan sebuah negara demokrasi modern berdasarkan hukum Islam yang moderat. Pernyataan itu diungkapkan pemimpin Dewan Transisi Nasional (NTC) Mustafa Abdul Jalil saat menyampaikan pidato pertamanya pasca jatuhnya rezim Muammar Kadhafi di Lapangan Martir, pusat Kota Tripoli, Senin malam (12/9) waktu setempat.

Ribuan warga hadir dan menyambut suka cita pidato yang disampaikan selang dua hari setelah Jalil tiba di ibu kota dari Benghazi tersebut.

“Kita tak akan menerima ideologi ekstrem dalam bentuk apapun, kanan atau kiri. Kita adalah orang-orang muslim. Untuk Islam moderat, dan kita akan bertahan di jalur ini,” seru Jalil. “Kalian semua (rakyat) telah bersama kami dan terus mendukung kami. Kalian adalah senjata kami dalam melawan siapapun yang ingin membajak revolusi ini,” lanjut mantan menteri kehakiman di era Kadhafi sebelum bergabung dengan oposisi dan membentuk NTC itu.

Jalil juga menjanjikan hal yang berbeda di era Libya baru. Misalnya, dia menyebut bahwa kaum perempuan akan punya peran aktif di era baru. Dalam kesempatan itu, dia juga berterima kasih kepada seluruh negara yang telah mendukung NTC, termasuk Prancis dan Inggris.

Namun, dalam pidatonya itu, Jalil juga mengingatkan tentang bahaya sekularisme. Dia pun menegaskan bahwa Libya akan menjadi negara dengan menjadikan syariah Islam sebagai sumber hukum.

Pidato yang disiarkan langsung oleh televisi tersebut mendapatkan sambutan meriah dari warga. Pesta kembang api juga terlihat di sejumlah titik di Kota Tripoli. Langit ibu kota pun terlihat terang benderang malam tersebut.
Meski rezim baru Libya telah memindahkan markasnya dari Benghazi ke Tripoli, NTC belum sepenuhnya lepas dari bahaya perang. Sebab, perlawanan loyalis Kadhafi masih terjadi.

Sejumlah orang dekat Kadhafi dilaporkan bersembunyi di sejumlah negara tetangga Libya, seperti Aljazair dan Niger. Perdana Menteri (PM) Niger Brigi Rafini, Senin (12/9) menyatakan bahwa anak ketiga Kadhafi, Al-Saadi Kadhafi, dan tiga jenderal Libya berada di antara 32 orang yang menyeberangi perbatasan negara Afrika Tengah tersebut sejak 2 September.

Saat ini Saadi berada di negeri tetangga selatan Libya tersebut. Ibunya, Safia Farkas, beserta adik perempuannya, Aisha Kadhafi, dan sejumlah cucu Kadhafi mendapat perlindungan di Aljazair, tetangga barat Libya. (afp/ap/bbc/cak/dwi/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/