31 C
Medan
Sunday, June 30, 2024

Udara Beijing Mengandung Racun

Kabut abu-abu menyelimuti Kota Beijing, Kamis (16/1/2014).
Kabut abu-abu menyelimuti Kota Beijing, Kamis (16/1/2014).

BEIJING, SUMUTPOS.CO – Kabut abu-abu menyelimuti Kota Beijing kemarin (16/1). Tidak hanya membuat jarak pandang terbatas, kabut polusi yang mengandung partikel-partikel racun itu juga berbahaya bagi kesehatan warga. Kali ini tingkat polusi di ibu kota Tiongkok tersebut tercatat 25 kali lipat batas normal.

“Bau limbah industri yang terbakar memenuhi udara. Kandungan PM 2,5 (partikulat yang diameternya berkisar 2,5 mikrometer) mencapai 500 mikrogram per meter kubik,” terang pemerintah setempat mengutip data statistik.

Kemarin indeks kualitas udara Beijing menunjukkan skala 500. Itu merupakan angka tertinggi yang mengindikasikan bahwa kualitas udara sangat buruk.

Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) yang juga mengamati kualitas udara Beijing melaporkan bahwa tingkat polusi saat pagi tercatat mencapai lebih dari level 671. Namun, angka itu berangsur turun pada siang dan sore.

Padahal, sesuai dengan rekomendasi Badan Kesehatan Dunia (WHO), tingkat paparan partikulat di udara tidak boleh lebih dari level 25 tiap periode 24 jam.

“Saya tidak percaya dengan apa yang saya alami ini,” kata Richard Deutsch, turis AS yang berkunjung ke Lapangan Tiananmen kemarin.

Karena kabut polusi itu, dia tidak bisa menikmati pemandangan Tiananmen dengan leluasa. Richard menyatakan belum pernah terjebak dalam kabut polusi parah seperti kemarin. Bahkan, polusi udara di Los Angeles, menurut dia, masih lebih baik daripada Tiongkok.

Sebagai negara yang perekonomiannya sedang menggeliat, sektor industri Tiongkok memang menjadi prioritas. Bukan hanya Beijing, beberapa kota di Tiongkok memang tidak asing dengan kabut polusi seperti kemarin. Sebab, sebagian besar pabrik dan pembangkit listrik Negeri Panda tersebut menggunakan batu bara sebagai bahan bakar utama. Bahkan, beberapa jenis kendaraan berbahan bakar batu bara.

Lantaran kabut polusi yang sering menyelimuti Beijing, kunjungan wisatawan ke ibu kota turun sekitar 10 persen tahun lalu. Selain berdampak buruk bagi pendapatan dari sektor wisata, kabut polusi mengakibatkan ratusan warga meninggal lebih awal. Saat indeks kualitas udara menunjukkan angka yang tinggi, pemerintah setempat pun mewajibkan warga memakai masker jika beraktivitas di luar rumah. (AP/AFP/hep/c14/tia)

Kabut abu-abu menyelimuti Kota Beijing, Kamis (16/1/2014).
Kabut abu-abu menyelimuti Kota Beijing, Kamis (16/1/2014).

BEIJING, SUMUTPOS.CO – Kabut abu-abu menyelimuti Kota Beijing kemarin (16/1). Tidak hanya membuat jarak pandang terbatas, kabut polusi yang mengandung partikel-partikel racun itu juga berbahaya bagi kesehatan warga. Kali ini tingkat polusi di ibu kota Tiongkok tersebut tercatat 25 kali lipat batas normal.

“Bau limbah industri yang terbakar memenuhi udara. Kandungan PM 2,5 (partikulat yang diameternya berkisar 2,5 mikrometer) mencapai 500 mikrogram per meter kubik,” terang pemerintah setempat mengutip data statistik.

Kemarin indeks kualitas udara Beijing menunjukkan skala 500. Itu merupakan angka tertinggi yang mengindikasikan bahwa kualitas udara sangat buruk.

Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) yang juga mengamati kualitas udara Beijing melaporkan bahwa tingkat polusi saat pagi tercatat mencapai lebih dari level 671. Namun, angka itu berangsur turun pada siang dan sore.

Padahal, sesuai dengan rekomendasi Badan Kesehatan Dunia (WHO), tingkat paparan partikulat di udara tidak boleh lebih dari level 25 tiap periode 24 jam.

“Saya tidak percaya dengan apa yang saya alami ini,” kata Richard Deutsch, turis AS yang berkunjung ke Lapangan Tiananmen kemarin.

Karena kabut polusi itu, dia tidak bisa menikmati pemandangan Tiananmen dengan leluasa. Richard menyatakan belum pernah terjebak dalam kabut polusi parah seperti kemarin. Bahkan, polusi udara di Los Angeles, menurut dia, masih lebih baik daripada Tiongkok.

Sebagai negara yang perekonomiannya sedang menggeliat, sektor industri Tiongkok memang menjadi prioritas. Bukan hanya Beijing, beberapa kota di Tiongkok memang tidak asing dengan kabut polusi seperti kemarin. Sebab, sebagian besar pabrik dan pembangkit listrik Negeri Panda tersebut menggunakan batu bara sebagai bahan bakar utama. Bahkan, beberapa jenis kendaraan berbahan bakar batu bara.

Lantaran kabut polusi yang sering menyelimuti Beijing, kunjungan wisatawan ke ibu kota turun sekitar 10 persen tahun lalu. Selain berdampak buruk bagi pendapatan dari sektor wisata, kabut polusi mengakibatkan ratusan warga meninggal lebih awal. Saat indeks kualitas udara menunjukkan angka yang tinggi, pemerintah setempat pun mewajibkan warga memakai masker jika beraktivitas di luar rumah. (AP/AFP/hep/c14/tia)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/