26.7 C
Medan
Sunday, April 28, 2024

Potong Rambut Bayar Pakai 5 Pisang dan 2 Telur

Warga saat pangkas di tengah krisis di Venezuela.

SUMUTPOS.CO – KEMBALI ke sistem barter. Itulah yang terjadi dalam perekonomian Venezuela sekarang. Dilansir dari The Economic Times, hiperinflasi di Venezuela yang berturut-turut menjadikan masyarakatnya menjalankan sistem barter untuk memenuhi kebutuhan pangan.

Pada Juli 2018, untuk memotong rambut warga Venezuela membayar dengan 5 pisang dan 2 telur atau dua bungkus tepung jagung. “Tidak ada uang tunai di sini, hanya barter,” kata Mileidy Lovera, 30.

Ia berharap bisa menjual ikannya untuk memberi makan empat anaknya, atau mendapatkan obat untuk mengobati epilepsi anaknya. Padahal, Venezuela dikenal sebagai negara terkaya di Amerika Latin. Venezuela merupakan negara yang memiliki cadangan minyak terbesar dunia. Sayangnya kini tengah menatap masa depan yang suram.

Untuk bertahan hidup, masyarakat juga harus rela berkutat dengan penjatahan air. Rutinitas ini seakan menjadi biasa di negara yang sedang dilanda krisis. Padahal Venezuela memiliki sumber air besar, tetapi infrastruktur nasional dalam kondisi yang sangat buruk.

Hal yang tidak kalah miris ialah kelangkaan uang tunai. Pembayaran untuk barang dan jasa yang paling murah sekalipun akan membutuhkan tumpukan uang kertas yang banyak, dan kebutuhan uang tidak seimbang dengan jumlah uang yang beredar.

Bahkan keruntuhan ekonomi, yang dimulai sejak pemerintahan Presiden Nicolas Maduro, telah mendorong hampir satu juta orang, 3 persen dari populasi, untuk beremigrasi antara 2015 dan 2017.

Maduro, terpilih kembali untuk masa jabatan enam tahun yang baru pada Mei dalam pemilu yang dikutuk oleh AS. Ia menyalahkan harga konsumen yang tak jelas dan kekurangan makanan dan obat-obatan secara konstan pada perang ekonomi yang dipimpin oleh oposisi dan Amerika Serikat. (ina/ce1/azw/JPC)

 

Warga saat pangkas di tengah krisis di Venezuela.

SUMUTPOS.CO – KEMBALI ke sistem barter. Itulah yang terjadi dalam perekonomian Venezuela sekarang. Dilansir dari The Economic Times, hiperinflasi di Venezuela yang berturut-turut menjadikan masyarakatnya menjalankan sistem barter untuk memenuhi kebutuhan pangan.

Pada Juli 2018, untuk memotong rambut warga Venezuela membayar dengan 5 pisang dan 2 telur atau dua bungkus tepung jagung. “Tidak ada uang tunai di sini, hanya barter,” kata Mileidy Lovera, 30.

Ia berharap bisa menjual ikannya untuk memberi makan empat anaknya, atau mendapatkan obat untuk mengobati epilepsi anaknya. Padahal, Venezuela dikenal sebagai negara terkaya di Amerika Latin. Venezuela merupakan negara yang memiliki cadangan minyak terbesar dunia. Sayangnya kini tengah menatap masa depan yang suram.

Untuk bertahan hidup, masyarakat juga harus rela berkutat dengan penjatahan air. Rutinitas ini seakan menjadi biasa di negara yang sedang dilanda krisis. Padahal Venezuela memiliki sumber air besar, tetapi infrastruktur nasional dalam kondisi yang sangat buruk.

Hal yang tidak kalah miris ialah kelangkaan uang tunai. Pembayaran untuk barang dan jasa yang paling murah sekalipun akan membutuhkan tumpukan uang kertas yang banyak, dan kebutuhan uang tidak seimbang dengan jumlah uang yang beredar.

Bahkan keruntuhan ekonomi, yang dimulai sejak pemerintahan Presiden Nicolas Maduro, telah mendorong hampir satu juta orang, 3 persen dari populasi, untuk beremigrasi antara 2015 dan 2017.

Maduro, terpilih kembali untuk masa jabatan enam tahun yang baru pada Mei dalam pemilu yang dikutuk oleh AS. Ia menyalahkan harga konsumen yang tak jelas dan kekurangan makanan dan obat-obatan secara konstan pada perang ekonomi yang dipimpin oleh oposisi dan Amerika Serikat. (ina/ce1/azw/JPC)

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/