26 C
Medan
Tuesday, December 31, 2024
spot_img

Pertemuan Pemimpin Korsel dan Korut, Berharap Denuklirisasi dan Akhiri Perang

LAMBAIKAN TANGAN: Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un (kanan) dan Presiden Korea Selatan Moon jae-in melambaikan tangan menyapa warga di Pyongyang Selasa (18/9/2018). Moon memulai kunjungan selama tiga hari dengan denuklirisasi menjadi agenda utama.

SUMUTPOS.CO – Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong Un memiliki harapan banyak ketika bertemu Presiden Korea Selatan ( Korsel) Moon Jae-in. Keduanya akan membahas mengenai denuklirisasi dan mengakhiri Perang Korea.

Diwartakan Reuters via Channel News Asia Selasa (18/9), Kim berharap pertemuan selama tiga hari ke depan bisa “menghasilkan sesuatu yang besar dalam waktu cepat”. Setibanya di ibu kota Pyongyang, Moon disambut dengan jabat tangan dan pelukan dari Kim yang telah menunggu.

Mereka kemudian naik ke mobil terbuka, dan iring-iringan menuju Rumah Singgah Negara Paekhwawon, tempat Moon bakal menginap selama tiga hari ke depan.

Kepada Moon, Kim dengan merendah berkata Korut adalah negara yang ramah jika dibandingkan negara maju lain di seluruh dunia. “Mungkin tingkat akomodasi maupun jadwal yang kami berikan masih rendah. Namun, ini adalah usaha terbaik kami dari hati yang terdalam,” kata Kim kepada Moon.

Presiden 65 tahun itu berterima kasih atas keramahan yang diberikan Kim, dan berujar sudah saatnya “memetik buah yang ditanam”.

Di sepanjang jalan, mereka disambut sekitar 100.000 warga Korut yang memadati jalan, dan meneriakkan “Unifikasi” serta “Tanah Air”. Ketika iring-iringan memasuki Jalan Ryomyong, permukiman baru yang diluncurkan Kim di 2017, keduanya turun dari mobil, dan mengambil bunga dari warga setempat.

Kedua pemimpin dijadwalkan menonton pertunjukan musik dan makan malam di Mokrankwan, sebuah aula di mana Kim berselebrasi merayakan keberhasilan ilmuwannya membuat rudal balistik.

Pertemuan tiga hari di Pyongyang merupakan yang ketiga antara Kim dan Moon sepanjang 2018 ini, setelah sebelumnya terjadi di 27 April dan 26 Mei. Denuklirisasi menjadi agenda utama yang bakal dibawa Moon ke Pyongyang dikarenakan Amerika Serikat (AS) ingin melihat langkah konkret yang dilakukan Korut.

Melalui seorang penasihat, Presiden Donald Trump telah mendapuk Moon sebagai “negosiator” utama antara dirinya dengan Kim. Trump sebelumnya telah meminta Menteri Luar Negeri Mike Pompeo membatalkan kunjungan yang sedianya dilaksanakan Agustus lalu. “Jika saja dialog AS-Korut kembali terjadi setelah kunjungan ini, tentunya bakal menjadi berita yang bagus,” kata Moon sebelum bertolak ke Pyongyang.

Washington telah mendesak negara-negara lain mengikuti sanksi PBB dengan target menghentikan pendanaan program nuklir dan rudal balistik. Meski Korut mengklaim telah menghancurkan fasilitas uji coba mesin rudal dan nuklir utama, sejumlah laporan mengatakan sebaliknya. Duta Besar AS untuk PBB Nikki Haley pada Senin (17/9) menuduh Rusia telah mencurangi sanksi PBB untuk Korut.

Melalui kunjungan itu, Moon berharap bisa menyukseskan proposal kombinasi antara denuklirisasi Korut dengan pernyataan berakhirnya Perang Korea 1950-1953. (bbs/azw)

LAMBAIKAN TANGAN: Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un (kanan) dan Presiden Korea Selatan Moon jae-in melambaikan tangan menyapa warga di Pyongyang Selasa (18/9/2018). Moon memulai kunjungan selama tiga hari dengan denuklirisasi menjadi agenda utama.

SUMUTPOS.CO – Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong Un memiliki harapan banyak ketika bertemu Presiden Korea Selatan ( Korsel) Moon Jae-in. Keduanya akan membahas mengenai denuklirisasi dan mengakhiri Perang Korea.

Diwartakan Reuters via Channel News Asia Selasa (18/9), Kim berharap pertemuan selama tiga hari ke depan bisa “menghasilkan sesuatu yang besar dalam waktu cepat”. Setibanya di ibu kota Pyongyang, Moon disambut dengan jabat tangan dan pelukan dari Kim yang telah menunggu.

Mereka kemudian naik ke mobil terbuka, dan iring-iringan menuju Rumah Singgah Negara Paekhwawon, tempat Moon bakal menginap selama tiga hari ke depan.

Kepada Moon, Kim dengan merendah berkata Korut adalah negara yang ramah jika dibandingkan negara maju lain di seluruh dunia. “Mungkin tingkat akomodasi maupun jadwal yang kami berikan masih rendah. Namun, ini adalah usaha terbaik kami dari hati yang terdalam,” kata Kim kepada Moon.

Presiden 65 tahun itu berterima kasih atas keramahan yang diberikan Kim, dan berujar sudah saatnya “memetik buah yang ditanam”.

Di sepanjang jalan, mereka disambut sekitar 100.000 warga Korut yang memadati jalan, dan meneriakkan “Unifikasi” serta “Tanah Air”. Ketika iring-iringan memasuki Jalan Ryomyong, permukiman baru yang diluncurkan Kim di 2017, keduanya turun dari mobil, dan mengambil bunga dari warga setempat.

Kedua pemimpin dijadwalkan menonton pertunjukan musik dan makan malam di Mokrankwan, sebuah aula di mana Kim berselebrasi merayakan keberhasilan ilmuwannya membuat rudal balistik.

Pertemuan tiga hari di Pyongyang merupakan yang ketiga antara Kim dan Moon sepanjang 2018 ini, setelah sebelumnya terjadi di 27 April dan 26 Mei. Denuklirisasi menjadi agenda utama yang bakal dibawa Moon ke Pyongyang dikarenakan Amerika Serikat (AS) ingin melihat langkah konkret yang dilakukan Korut.

Melalui seorang penasihat, Presiden Donald Trump telah mendapuk Moon sebagai “negosiator” utama antara dirinya dengan Kim. Trump sebelumnya telah meminta Menteri Luar Negeri Mike Pompeo membatalkan kunjungan yang sedianya dilaksanakan Agustus lalu. “Jika saja dialog AS-Korut kembali terjadi setelah kunjungan ini, tentunya bakal menjadi berita yang bagus,” kata Moon sebelum bertolak ke Pyongyang.

Washington telah mendesak negara-negara lain mengikuti sanksi PBB dengan target menghentikan pendanaan program nuklir dan rudal balistik. Meski Korut mengklaim telah menghancurkan fasilitas uji coba mesin rudal dan nuklir utama, sejumlah laporan mengatakan sebaliknya. Duta Besar AS untuk PBB Nikki Haley pada Senin (17/9) menuduh Rusia telah mencurangi sanksi PBB untuk Korut.

Melalui kunjungan itu, Moon berharap bisa menyukseskan proposal kombinasi antara denuklirisasi Korut dengan pernyataan berakhirnya Perang Korea 1950-1953. (bbs/azw)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru