25.6 C
Medan
Wednesday, May 8, 2024

Sebulan, 12 Ribu Kematian di Syria

Perang saudara selama tiga tahun di Syria telah menewaskan ribuan jiwa.
Perang saudara selama tiga tahun di Syria telah menewaskan ribuan jiwa.

BEIRUT, SUMUTPOS.CO – Perang saudara selama tiga tahun di Syria telah menewaskan ribuan jiwa. Berdasar data yang dirilis pengamat hak asasi manusia (HAM) untuk Syria, sejak perang pecah pada Maret 2011, terdapat 162.402 orang yang tewas. Sebanyak 53.978 orang merupakan warga sipil. Yakni, 8.607 anak-anak dan 5.586 perempuan.

Tentara oposisi yang tewas mencapai 42.701 orang. Termasuk 13.529 orang dari kelompok pejuang dari Al-Qaeda yang berafiliasi dengan Front Al-Nusra. Dari pihak pemerintah, ada 61.170 tentara yang tewas. Yakni, 37.685 pihak militer dan 23.485 militan pro pemerintah.

Di antara jumlah korban yang dirilis, terdapat 2.891 orang yang tidak bisa diidentifikasi dari kelompok pro pemerintah atau oposisi. Selain itu, 2.314 korban dari tentara Syria membelot dan memihak militan.

Data yang dirilis organisasi tersebut menguatkan tudingan banyak pihak bahwa konflik di negara itu sangat parah. Pada April mereka merilis jumlah korban yang tewas di Syria, yakni 150 ribu orang. Selang sebulan, ada peningkatan lebih dari 12 ribu korban. Jumlah tersebut belum termasuk pengungsi dari Syria yang tenggelam di laut. Hampir separo penduduk Syria berusaha menyelamatkan diri dengan mengungsi ke berbagai negara.

Para pengamat HAM menegaskan, data mereka bisa dipercaya. Mereka mendapatkan data tersebut dari para aktivis di berbagai titik di Syria. Selain itu, data berasal dari berbagai rumah sakit di Syria. Korban yang tewas diidentifikasi secara lengkap. Meski demikian, pemerintah Syria tidak pernah memublikasikan jumlah korban dari konflik tersebut.

Sementara itu, Menteri Pertahanan Syria Assad Mustafa mengundurkan diri. Motif pengunduran diri tersebut belum diketahui. Namun, beberapa pihak menyatakan bahwa Mustafa memiliki pendapat yang berseberangan dengan banyak orang di pemerintah. Termasuk Menteri Dalam Negeri Ahmad Toumeh. (AFP/Washington Post/sha/c20/tia)

Perang saudara selama tiga tahun di Syria telah menewaskan ribuan jiwa.
Perang saudara selama tiga tahun di Syria telah menewaskan ribuan jiwa.

BEIRUT, SUMUTPOS.CO – Perang saudara selama tiga tahun di Syria telah menewaskan ribuan jiwa. Berdasar data yang dirilis pengamat hak asasi manusia (HAM) untuk Syria, sejak perang pecah pada Maret 2011, terdapat 162.402 orang yang tewas. Sebanyak 53.978 orang merupakan warga sipil. Yakni, 8.607 anak-anak dan 5.586 perempuan.

Tentara oposisi yang tewas mencapai 42.701 orang. Termasuk 13.529 orang dari kelompok pejuang dari Al-Qaeda yang berafiliasi dengan Front Al-Nusra. Dari pihak pemerintah, ada 61.170 tentara yang tewas. Yakni, 37.685 pihak militer dan 23.485 militan pro pemerintah.

Di antara jumlah korban yang dirilis, terdapat 2.891 orang yang tidak bisa diidentifikasi dari kelompok pro pemerintah atau oposisi. Selain itu, 2.314 korban dari tentara Syria membelot dan memihak militan.

Data yang dirilis organisasi tersebut menguatkan tudingan banyak pihak bahwa konflik di negara itu sangat parah. Pada April mereka merilis jumlah korban yang tewas di Syria, yakni 150 ribu orang. Selang sebulan, ada peningkatan lebih dari 12 ribu korban. Jumlah tersebut belum termasuk pengungsi dari Syria yang tenggelam di laut. Hampir separo penduduk Syria berusaha menyelamatkan diri dengan mengungsi ke berbagai negara.

Para pengamat HAM menegaskan, data mereka bisa dipercaya. Mereka mendapatkan data tersebut dari para aktivis di berbagai titik di Syria. Selain itu, data berasal dari berbagai rumah sakit di Syria. Korban yang tewas diidentifikasi secara lengkap. Meski demikian, pemerintah Syria tidak pernah memublikasikan jumlah korban dari konflik tersebut.

Sementara itu, Menteri Pertahanan Syria Assad Mustafa mengundurkan diri. Motif pengunduran diri tersebut belum diketahui. Namun, beberapa pihak menyatakan bahwa Mustafa memiliki pendapat yang berseberangan dengan banyak orang di pemerintah. Termasuk Menteri Dalam Negeri Ahmad Toumeh. (AFP/Washington Post/sha/c20/tia)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/