26.7 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Ada Kemiripan Emosi Antara Manusia & Primata

Primata
Primata

Sebuah studi baru menunjukkan bahwa bonobo menunjukkan emosi menyerupai manusia, seperti berpelukan satu sama lain. Sekadar informasi, bonobo seringkali disebut-sebut memiliki genetik mirip manusia dan simpanse.

Tak heran, jika banyak ilmuwan yang menganggap bahwa spesies ini merupakan kera besar yang paling empati.

“Kondisi ini membuat bonobo merupakan calon spesies yang ideal untuk dibandingkan psikologisnya dengan manusia,” ujar salah satu peneliti dari Emory University, Kongo bernama Frans de Waal.

Disitat dari AFP, ia juga menambahkan bahwa setiap kesamaan mendasar antara manusia dengan bonobo mungkin ada hubungannya dengan ikatan nenek moyang yang diperkirakan hidup sekira enam juta tahun lalu.

Untuk melihat seberapa jauh kemiripan antara kedua spesies ini, tim peneliti pun mempelajari rekaman video interaksi bonobo di tempat perlindungan dekat ibu kota Kongo. Dalam kumpulan hasil seminar ilmiah (prosiding) National Academy of Science, para ilmuwan menjelaskan bahwa bonobo mudah memulihkan gejolak emosinya.

Misalnya apabila mereka kalah setelah berkelahi, bonobo muda mampu menunjukkan empati yang besar kepada yang lebih tua darinya. Salah seorang peneliti Zenna Clay juga mengatakan bahwa bonobo tak segan-segan dalam menunjukkan empatinya dengan berbagai gesture, seperti pelukan, sentuhan, ciuman, dan menghibur lawan bicaranya.

Hal ini menunjukkan, kera mampu menjaga ikatan emosional yang kuat. Meski mereka dalam keadaan tertekan atau naik pitam, tetapi mereka mampu menghindari ledakan emosi yang meluap-luap. Peneliti menganggap hal ini juga penting bagi manusia untuk membangun hubungan sosial yang sehat dengan sesama.

Berdasarkan temuan tersebut, para ilmuwan dapat membuat instrumen untuk memprediksi perilaku kera dari pola manusia karena kenyataannya tidaklah berbeda jauh. Peneliti juga mencatat bahwa seorang anak yang tidak lagi memiliki orangtua seringkali membutuhkan perjuangan yang besar untuk mengatur emosi mereka sepanjang hidupnya, hal yang sama juga ternyata dialami oleh bonobo tanpa induk.

“Banyak bonobo muda harus kehilangan induknya akibat tewas di tangan pemburu yang mencari hewan liar. Meski mereka dibesarkan oleh ibu pengganti (manusia), tetapi dibandingkan dengan sesamanya yang dirawat oleh induknya sendiri, anak-anak itu mengalami kesulitan dalam mengelola emosinya,” ungkap Clay.

“Tak hanya itu, bonobo tanpa induk itu juga akan menjadi sangat mudah marah dan berteriak meluapkan kekesalannya setelah bertengkar ketimbang mereka yang dibesarkan oleh induknya sendiri,” tutupnya. (int)

Primata
Primata

Sebuah studi baru menunjukkan bahwa bonobo menunjukkan emosi menyerupai manusia, seperti berpelukan satu sama lain. Sekadar informasi, bonobo seringkali disebut-sebut memiliki genetik mirip manusia dan simpanse.

Tak heran, jika banyak ilmuwan yang menganggap bahwa spesies ini merupakan kera besar yang paling empati.

“Kondisi ini membuat bonobo merupakan calon spesies yang ideal untuk dibandingkan psikologisnya dengan manusia,” ujar salah satu peneliti dari Emory University, Kongo bernama Frans de Waal.

Disitat dari AFP, ia juga menambahkan bahwa setiap kesamaan mendasar antara manusia dengan bonobo mungkin ada hubungannya dengan ikatan nenek moyang yang diperkirakan hidup sekira enam juta tahun lalu.

Untuk melihat seberapa jauh kemiripan antara kedua spesies ini, tim peneliti pun mempelajari rekaman video interaksi bonobo di tempat perlindungan dekat ibu kota Kongo. Dalam kumpulan hasil seminar ilmiah (prosiding) National Academy of Science, para ilmuwan menjelaskan bahwa bonobo mudah memulihkan gejolak emosinya.

Misalnya apabila mereka kalah setelah berkelahi, bonobo muda mampu menunjukkan empati yang besar kepada yang lebih tua darinya. Salah seorang peneliti Zenna Clay juga mengatakan bahwa bonobo tak segan-segan dalam menunjukkan empatinya dengan berbagai gesture, seperti pelukan, sentuhan, ciuman, dan menghibur lawan bicaranya.

Hal ini menunjukkan, kera mampu menjaga ikatan emosional yang kuat. Meski mereka dalam keadaan tertekan atau naik pitam, tetapi mereka mampu menghindari ledakan emosi yang meluap-luap. Peneliti menganggap hal ini juga penting bagi manusia untuk membangun hubungan sosial yang sehat dengan sesama.

Berdasarkan temuan tersebut, para ilmuwan dapat membuat instrumen untuk memprediksi perilaku kera dari pola manusia karena kenyataannya tidaklah berbeda jauh. Peneliti juga mencatat bahwa seorang anak yang tidak lagi memiliki orangtua seringkali membutuhkan perjuangan yang besar untuk mengatur emosi mereka sepanjang hidupnya, hal yang sama juga ternyata dialami oleh bonobo tanpa induk.

“Banyak bonobo muda harus kehilangan induknya akibat tewas di tangan pemburu yang mencari hewan liar. Meski mereka dibesarkan oleh ibu pengganti (manusia), tetapi dibandingkan dengan sesamanya yang dirawat oleh induknya sendiri, anak-anak itu mengalami kesulitan dalam mengelola emosinya,” ungkap Clay.

“Tak hanya itu, bonobo tanpa induk itu juga akan menjadi sangat mudah marah dan berteriak meluapkan kekesalannya setelah bertengkar ketimbang mereka yang dibesarkan oleh induknya sendiri,” tutupnya. (int)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/