28.9 C
Medan
Wednesday, May 15, 2024

Larangan Burkini di Perancis Picu Debat Panas

Perdana Menteri Manuel Valls menggambarkan burkini, berikut jilbab, sebagai sebuah bentuk perbudakan — pandangan yang juga dimiliki Menteri Urusan Perempuan Laurence Rossignol.

“Burkini bukan model baju renang baru, bukan juga sebuah tren. Ini proyek politis yang bertentangan dengan masyarakat modern,” ujar Valls kepada surat kabar Provence, dalam dukungannya atas larangan terhadap burkini.

Para perancang seperti Cevik mengatakan burkini bukan simbol penindasan. Baju renang tersebut dan pakaian Muslim modern lainnya dapat membebaskan. Halangan-halangan malah datang dari industri mode yang seringkali jauh tertinggal dalam memenuhi kebutuhan perempuan modern konservatif, dan kehilangan potensi tambang emas dalam prosesnya.

“Perempuan berhijab terlibat dalam aspek-aspek, ranah dan aktivitas yang berbeda dari kehidupan modern. Namun pasar belum menganggap mereka serius,” ujar Cevik, seorang sosiolog yang telah menulis buku mengenai transformasi identitas Muslim pasca 80-an.

“Pakaian Muslimah dianggap menunjukkan bahwa ‘ia tertindas, ia tinggal di rumah atau pergi ke rumah mertua’,” tambah Cevik. “Baru sekarang pasar mengejar ketertinggalan mereka dengan citra baru itu.” (voa)

Perdana Menteri Manuel Valls menggambarkan burkini, berikut jilbab, sebagai sebuah bentuk perbudakan — pandangan yang juga dimiliki Menteri Urusan Perempuan Laurence Rossignol.

“Burkini bukan model baju renang baru, bukan juga sebuah tren. Ini proyek politis yang bertentangan dengan masyarakat modern,” ujar Valls kepada surat kabar Provence, dalam dukungannya atas larangan terhadap burkini.

Para perancang seperti Cevik mengatakan burkini bukan simbol penindasan. Baju renang tersebut dan pakaian Muslim modern lainnya dapat membebaskan. Halangan-halangan malah datang dari industri mode yang seringkali jauh tertinggal dalam memenuhi kebutuhan perempuan modern konservatif, dan kehilangan potensi tambang emas dalam prosesnya.

“Perempuan berhijab terlibat dalam aspek-aspek, ranah dan aktivitas yang berbeda dari kehidupan modern. Namun pasar belum menganggap mereka serius,” ujar Cevik, seorang sosiolog yang telah menulis buku mengenai transformasi identitas Muslim pasca 80-an.

“Pakaian Muslimah dianggap menunjukkan bahwa ‘ia tertindas, ia tinggal di rumah atau pergi ke rumah mertua’,” tambah Cevik. “Baru sekarang pasar mengejar ketertinggalan mereka dengan citra baru itu.” (voa)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/