24 C
Medan
Sunday, June 16, 2024

Masjid-Rumah Terus Dibakar Utusan Khusus PBB Kunjungi Myanmar

YANGON – Kerusuhan di Kota Meiktila, bagian tengah Myanmar, kembali bergolak. Jam malam dan status darurat yang berlaku di kota yang terletak di Provinsi Mandalay itu belum mampu menghentikan kekerasan. Kemarin (24/3) konflik sektarian itu dilaporkan justru meluas ke beberapa kota lain di provinsi yang sama.

Sebuah masjid dan tidak kurang dari 50 rumah dilaporkan hangus terbakar akibat aksi kekerasan di Kota Yamethin, sekitar 55 kilometer dari Meiktila, Sabtu malam (23/3) dan dini hari kemarin. ’’Sebagian besar rumah yang menjadi sasaran aksi pembakaran adalah milik warga muslim,’’ kata salah seorang pejabat kota.

Tetapi, kekerasan di kota yang terletak tak jauh dari Kota Naypyidaw, ibu kota Myanmar, itu tidak sampai membawa korban jiwa. “Sebelumnya, insiden seperti ini tidak pernah terjadi di sini,’’ sesal pejabat yang tidak mau menyebutkan namanya tersebut.

Demi mencegah meluasnya aksi sektarian di Yamethin, aparat keamanan langsung menangkap sejumlah tersangka. Kementerian Informasi Myanmar melaporkan bahwa polisi telah menciduk 52 orang yang membawa senjata. Sebanyak 13 di antaranya adalah warga asal Meiktila.

Selain di Yamethin, kerusuhan juga terjadi di Kota Lewei, sekitar 130 kilometer selatan Meiktila. Di kota tersebut, sekelompok orang membakar sebuah masjid dan sejumlah bangunan. Namun, tidak ada laporan soal jatuhnya korban jiwa maupun luka dalam insiden itu.

Aksi kekerasan yang sebenarnya bermula dari perselisihan biasa, dan tak terkait dengan agama atau keyakinan apapun, itu telah merenggut sedikitnya 32 korban jiwa dalam tiga hari terakhir. Berawal dari perselisihan di sebuah toko emas milik warga Muslim di Meiktila, sekitar 130 kilometer utara Naypyidaw atau sekitar 550 kilometer utara Yangon, ratusan komunitas Buddha dan Muslim kemudian terlibat bentrok di jalanan.

Pemerintah sebetulnya telah memberlakukan jam malam dan bahkan juga status darurat untuk mencegah meluasnya konflik di Meiktila tersebut. Tetapi, aksi pembakaran tidak berhenti. Kebanyakan korban kekerasan itu adalah warga Muslim, minoritas di Myanmar.

Kemarin, utusan khusus PBB Vijay Nambiar berkunjung ke Myanmar. Nambiar sengaja melihat langsung Meiktila yang menjadi ajang kerusuhan sektarian sejak Rabu lalu (20/3). Dalam lawatannya kemarin, Nambiar menyaksikan kerusakan yang terjadi di kota paling strategis di Provinsi Mandalay itu. (ap/afp/hep/dwi/jpnn)

YANGON – Kerusuhan di Kota Meiktila, bagian tengah Myanmar, kembali bergolak. Jam malam dan status darurat yang berlaku di kota yang terletak di Provinsi Mandalay itu belum mampu menghentikan kekerasan. Kemarin (24/3) konflik sektarian itu dilaporkan justru meluas ke beberapa kota lain di provinsi yang sama.

Sebuah masjid dan tidak kurang dari 50 rumah dilaporkan hangus terbakar akibat aksi kekerasan di Kota Yamethin, sekitar 55 kilometer dari Meiktila, Sabtu malam (23/3) dan dini hari kemarin. ’’Sebagian besar rumah yang menjadi sasaran aksi pembakaran adalah milik warga muslim,’’ kata salah seorang pejabat kota.

Tetapi, kekerasan di kota yang terletak tak jauh dari Kota Naypyidaw, ibu kota Myanmar, itu tidak sampai membawa korban jiwa. “Sebelumnya, insiden seperti ini tidak pernah terjadi di sini,’’ sesal pejabat yang tidak mau menyebutkan namanya tersebut.

Demi mencegah meluasnya aksi sektarian di Yamethin, aparat keamanan langsung menangkap sejumlah tersangka. Kementerian Informasi Myanmar melaporkan bahwa polisi telah menciduk 52 orang yang membawa senjata. Sebanyak 13 di antaranya adalah warga asal Meiktila.

Selain di Yamethin, kerusuhan juga terjadi di Kota Lewei, sekitar 130 kilometer selatan Meiktila. Di kota tersebut, sekelompok orang membakar sebuah masjid dan sejumlah bangunan. Namun, tidak ada laporan soal jatuhnya korban jiwa maupun luka dalam insiden itu.

Aksi kekerasan yang sebenarnya bermula dari perselisihan biasa, dan tak terkait dengan agama atau keyakinan apapun, itu telah merenggut sedikitnya 32 korban jiwa dalam tiga hari terakhir. Berawal dari perselisihan di sebuah toko emas milik warga Muslim di Meiktila, sekitar 130 kilometer utara Naypyidaw atau sekitar 550 kilometer utara Yangon, ratusan komunitas Buddha dan Muslim kemudian terlibat bentrok di jalanan.

Pemerintah sebetulnya telah memberlakukan jam malam dan bahkan juga status darurat untuk mencegah meluasnya konflik di Meiktila tersebut. Tetapi, aksi pembakaran tidak berhenti. Kebanyakan korban kekerasan itu adalah warga Muslim, minoritas di Myanmar.

Kemarin, utusan khusus PBB Vijay Nambiar berkunjung ke Myanmar. Nambiar sengaja melihat langsung Meiktila yang menjadi ajang kerusuhan sektarian sejak Rabu lalu (20/3). Dalam lawatannya kemarin, Nambiar menyaksikan kerusakan yang terjadi di kota paling strategis di Provinsi Mandalay itu. (ap/afp/hep/dwi/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/