Beberapa saat sebelum tragedi itu menghiasi media online, Kementerian Pertahanan Saudi sempat mengunggah cuitan tentang kondisi berdesak-desakan di Mina itu melalui akun Twitter resminya.
“Kami sedang berusaha mengurasi kepadatan di Mina,” cuit kementerian tersebut.
Tidak lama kemudian, sekitar pukul 09.00 waktu setempat, terjadilah tragedi mengenaskan tersebut.
Salah seorang jamaah asal Sudan yang luput dari tragedi mengatakan bahwa penyelenggaraan haji kali ini merupakan yang terburuk. Sebelumnya, dia sudah tiga kali naik haji.
“Jamaah sudah kelelahan dan dehidrasi sebelum mencapai tujuan,” ujarnya. Keterbatasan fisik itulah, menurut dia, yang ikut memicu terjadinya insiden desak-desakan.
Tragedi menjelang ritual lempar jumroh di Mina bukan baru kali ini terjadi. Pada Januari 2006, misalnya, sebanyak 364 jamaah meninggal dunia saat melempar jumroh. Penyebabnya masih sama, berdesak-desakan. Tahun ini, ada sedikitnya 2 juta jamaah haji dari seluruh dunia yang menunaikan ibadah di Saudi.
Pasca tragedi itu, pemerintah Saudi membangun tiga pilar di dekat lokasi pelemparan jumroh. Selain itu, pemerintah juga membangun jembatan lima lantai untuk mengurai kepadatan di area tersebut.
Saat itu, pembangunan fasilitas haji tersebut menelan dana sekitar USD 1,2 miliar (sekitar Rp 17,7 triliun). Kini, fasilitas itu sudah ditambahi dengan banyak pintu keluar, kamera CCTV dan petugas keamanan. (AP/AFP/CNN/alrby/aljzra/hep/jpg/ril)