25.6 C
Medan
Friday, May 17, 2024

Saat Sakit Rancang Pertemuan Bahas Perjuangan

Foto : Ricardo/JPNN Menko Perekonomian Darmin Nasution menghadiri acara Pemakamann Adnan Buyung Nasution di TPU Tanah Kusir, Jakarta Selatan, Kamis (24/9).
Foto : Ricardo/JPNN
Menko Perekonomian Darmin Nasution menghadiri acara Pemakamann Adnan Buyung Nasution di TPU Tanah Kusir, Jakarta Selatan, Kamis (24/9).

Kepedulian Adnan Buyung Nasution terhadap penegakan hukum dan masyarakat kecil bertahan sampai hari-hari terakhir hidupnya. Kegiatan favoritnya sebelum sakit: momong cucu.

ILHAM WANCOKO-BAYU PUTRA, Jakarta

DALAM kondisi tergolek lemas, Adnan Buyung Nasution meminta secarik kertas. Dengan spidol merah di meja sebelah bed tempat berbaring, pria yang seluruh rambutnya telah memutih tersebut lantas menuliskan sesuatu.

Beberapa menit kemudian, Buyung menyerahkan kertas itu kepada pengacara Todung Mulya Lubis yang menjenguknya. Isinya adalah sederet kalimat tegas, namun disusun dengan huruf-huruf yang terlihat agak gontai. Terkadang ada kata yang hurufnya ditulis tidak lengkap. Sepertinya, pengacara dan pejuang HAM senior tersebut menguatkan diri menulis. Itu hari keduanya (20/9) di Rumah Sakit Pondok Indah (RSPI) Jakarta karena sakit jantung dan gangguan fungsi ginjal.

“Jagalah Lembaga Bantuan Hukum (LBH) dan Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI). Teruskan pemikiran dan perjuangan bagi si miskin tertindas.” Demikian isi tulisan tangan Buyung di secarik kertas yang diserahkan kepada Todung tadi.

Bagi Todung, pesan tersebut memperlihatkan betapa kepedulian seniornya itu terhadap penegakan hukum dan masyarakat kecil tak pernah padam. Sampai hari-hari terakhirnya, dalam kondisi fisik yang sudah sangat menurun sekalipun.

Todung ingat, saat menjenguk pendiri LBH tersebut kali terakhir sebelum masuk RS (12/9), dirinya masih diajak berdiskusi mengenai bagaimana upaya membantu masyarakat kecil. Bahkan, saat itu Buyung merancang pertemuan yang diagendakan Rabu (23/9) dengan mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD, mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Azyumardi Azra, dan Todung sendiri.

“Pertemuan itu membahas perjuangan. Kami janjian bertemu, tapi Bang Buyung keburu dipanggil Tuhan,” ungkap Todung saat ditemui di rumah duka di kawasan Lebak Bulus, Jakarta.

Buyung meninggal kemarin pukul 10.15 WIB di RSPI dalam usia 81 tahun. Riwayat kesehatannya memperlihatkan, setelah mengalami gagal ginjal sejak Desember 2014, dalam beberapa bulan terakhir dia diharuskan cuci darah. Selain itu, di tubuh pria yang terlahir dengan nama Adnan Bahrum Nasution tersebut sudah terpasang delapan ring. Anggota DPRS/MPRS 1966-1968 itu juga pernah sekali menjalani operasi by pass jantung.

Buyung meninggalkan seorang istri, yakni Tengku Sabariah Sabaroedin, dan tiga anak: Maully Donggur Rinanda Nasution, Rasyid Alam Perkasa Nasution, dan Pia Ariestiana Rinanda Nasution. Juga 11 cucu dan 5 cicit. Di antara tiga anaknya itu, Rasyid dan Pia mengikuti jejaknya menjadi pengacara. Sedangkan anak pertama almarhum, Iken Basya Rinanda Nasution, lebih dulu menghadap Tuhan. Buyung dimakamkan di samping pusara Iken di TPU Tanah Kusir, Jakarta, hari ini (24/9).

Anwar Nasution, mantan ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) periode 2005-2010, mewakili keluarga menyampaikan kalimat sambutan melepas jenazah Bang Buyung.

“Semasa hidup beliau adalah suami, nenek, abang, dan rekan sahabat yang baik. Pejuang yang gigih selalu dapat diandalkan membela kebenaran menegakkan KKN, memperjuangkan HAM,” kata Anwar di rumah duka.

Foto : Ricardo/JPNN Menko Perekonomian Darmin Nasution menghadiri acara Pemakamann Adnan Buyung Nasution di TPU Tanah Kusir, Jakarta Selatan, Kamis (24/9).
Foto : Ricardo/JPNN
Menko Perekonomian Darmin Nasution menghadiri acara Pemakamann Adnan Buyung Nasution di TPU Tanah Kusir, Jakarta Selatan, Kamis (24/9).

Kepedulian Adnan Buyung Nasution terhadap penegakan hukum dan masyarakat kecil bertahan sampai hari-hari terakhir hidupnya. Kegiatan favoritnya sebelum sakit: momong cucu.

ILHAM WANCOKO-BAYU PUTRA, Jakarta

DALAM kondisi tergolek lemas, Adnan Buyung Nasution meminta secarik kertas. Dengan spidol merah di meja sebelah bed tempat berbaring, pria yang seluruh rambutnya telah memutih tersebut lantas menuliskan sesuatu.

Beberapa menit kemudian, Buyung menyerahkan kertas itu kepada pengacara Todung Mulya Lubis yang menjenguknya. Isinya adalah sederet kalimat tegas, namun disusun dengan huruf-huruf yang terlihat agak gontai. Terkadang ada kata yang hurufnya ditulis tidak lengkap. Sepertinya, pengacara dan pejuang HAM senior tersebut menguatkan diri menulis. Itu hari keduanya (20/9) di Rumah Sakit Pondok Indah (RSPI) Jakarta karena sakit jantung dan gangguan fungsi ginjal.

“Jagalah Lembaga Bantuan Hukum (LBH) dan Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI). Teruskan pemikiran dan perjuangan bagi si miskin tertindas.” Demikian isi tulisan tangan Buyung di secarik kertas yang diserahkan kepada Todung tadi.

Bagi Todung, pesan tersebut memperlihatkan betapa kepedulian seniornya itu terhadap penegakan hukum dan masyarakat kecil tak pernah padam. Sampai hari-hari terakhirnya, dalam kondisi fisik yang sudah sangat menurun sekalipun.

Todung ingat, saat menjenguk pendiri LBH tersebut kali terakhir sebelum masuk RS (12/9), dirinya masih diajak berdiskusi mengenai bagaimana upaya membantu masyarakat kecil. Bahkan, saat itu Buyung merancang pertemuan yang diagendakan Rabu (23/9) dengan mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD, mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Azyumardi Azra, dan Todung sendiri.

“Pertemuan itu membahas perjuangan. Kami janjian bertemu, tapi Bang Buyung keburu dipanggil Tuhan,” ungkap Todung saat ditemui di rumah duka di kawasan Lebak Bulus, Jakarta.

Buyung meninggal kemarin pukul 10.15 WIB di RSPI dalam usia 81 tahun. Riwayat kesehatannya memperlihatkan, setelah mengalami gagal ginjal sejak Desember 2014, dalam beberapa bulan terakhir dia diharuskan cuci darah. Selain itu, di tubuh pria yang terlahir dengan nama Adnan Bahrum Nasution tersebut sudah terpasang delapan ring. Anggota DPRS/MPRS 1966-1968 itu juga pernah sekali menjalani operasi by pass jantung.

Buyung meninggalkan seorang istri, yakni Tengku Sabariah Sabaroedin, dan tiga anak: Maully Donggur Rinanda Nasution, Rasyid Alam Perkasa Nasution, dan Pia Ariestiana Rinanda Nasution. Juga 11 cucu dan 5 cicit. Di antara tiga anaknya itu, Rasyid dan Pia mengikuti jejaknya menjadi pengacara. Sedangkan anak pertama almarhum, Iken Basya Rinanda Nasution, lebih dulu menghadap Tuhan. Buyung dimakamkan di samping pusara Iken di TPU Tanah Kusir, Jakarta, hari ini (24/9).

Anwar Nasution, mantan ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) periode 2005-2010, mewakili keluarga menyampaikan kalimat sambutan melepas jenazah Bang Buyung.

“Semasa hidup beliau adalah suami, nenek, abang, dan rekan sahabat yang baik. Pejuang yang gigih selalu dapat diandalkan membela kebenaran menegakkan KKN, memperjuangkan HAM,” kata Anwar di rumah duka.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/