PORTO, SUMUTPOS.CO – Paus Fransiskus mengecam keras aksi terorisme di Brussels, Belgia. Dalam kunjungannya ke tempat penampungan pengungsi di pusat Castelnuovo di Porto, Utara Roma, Paus menyebut pelaku Tragedi Brussels 22 Maret itu adalah orang-orang yang tidak ingin hidup dalam damai.
Di Porto, Paus juga melakukan ritual, mengikuti teladan Yesus, membasuh kaki 12 pengikutnya.
Sebelas di antaranya adalah pengungsi. Mereka tak kuasa menahan air mata saat Paus berlutut, membasuh bahkan mencium kaki mereka.
Seperti dikutip dari AFP, Jumat (25/3), mereka yang beruntung itu adalah empat Katolik Nigeria, tiga perempuan Koptik Eritrea, tiga orang muslim (dari Mali, Syria dan Pakistan), seorang Hindu India, serta salah seorang pekerja di Italia.
“Kita semua adalah saudara dan kami ingin hidup dalam damai,” kata Paus, di udara terbuka di tengah angin bertiup menyejukkan.
Sementara itu, pengejaran pelaku dan jaringan Tragedi Brussels, Selasa (22/3) terus digeber. Kamis (24/3) hingga Jumat (25/3), tujuh orang telah ditahan terkait bom di bandara Brussels dan stasiun metro Maelbeek, dan juga pengembangan kasus Teror Paris.
AFP melaporkan, mereka ditangkap dalam penggrebekan di pusat Brussels, Jette, Schaerbeek dan sekitarnya. Namun polisi dan kejaksaan setempat belum mengungkap identitas maupun peran mereka.
Sementara The Guardian melansir, salah satunya diduga bernama Mohamed Abrini. Ia adalah teman akrab pelaku Teror Paris, Salah Abdeslam.
Sedangkan satu lainnya ditangkap di pinggiran Paris. Polisi menangkap seorang pria yang dituduh merencanakan serangan di Prancis.
Di Belgia, Brussels khususnya, tingkat keamanan masih tinggi. Pemerintahan Belgia pun mulai diwarnai gejolak. Ini menyusul pandangan bahwa Belgia sesungguhnya sudah mendeteksi bakal ada serangan terorisme. Namun banyak pihak yang heran, otoritas gagal menghentikan pengeboman.
EU Home Affairs Commissioner, Dimitris Avramopoulos mengatakan serangan di Brussels itu bukanlah sebuah kejutan. “Yang menimbulkan pertanyaan lebih lanjut, kenapa otoritas internasional gagal menghentikan,” tuturnya.
Sementara jaksa di Belgia mengungkap, Khalid El Bakraoui dan saudaranya Ibrahim adalah ‘DPO’ internasional, dan masih terkait dengan serangan di Paris. (adk/jpnn/adz)