26 C
Medan
Sunday, September 29, 2024

Unggah Status Kritik ISIS di FB, Samira Dieksekusi

BAGHDAD, SUMUTPOS.CO – Kritik terhadap Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) berbuah petaka bagi Samira Saleh Al Nuaimi.

Aktivis hak asasi manusia (HAM) Iraq itu dieksekusi oleh ISIS Senin lalu (22/9) setelah diculik pada 17 September di rumahnya di utara Mosul.

 

Perempuan yang juga berprofesi sebagai pengacara itu kemudian diadili dengan hukum syariah versi ISIS dan dituding telah murtad. Setelah itu, dia disiksa selama lima hari berturut-turut. Puncaknya, ibu tiga anak tersebut dieksekusi di depan publik.

Samira tewas setelah sekelompok pria bertopeng dan bersenjata memberondong dia dengan peluru. Eksekusi itu dilakukan di alun-alun yang berada di tengah Kota Mosul.

 

“Saya memastikan bahwa dia benar-benar telah meninggal,” ujar salah seorang rekannya sesama aktivis, Hana Edward. Jenazah Samira diletakkan di rumah duka di Mosul, wilayah terbesar di Iraq yang dikuasai ISIS.

 

Kematian Samira disebabkan kritiknya terhadap tindakan ISIS yang merusak berbagai situs bersejarah, masjid, dan kuil di Iraq. Samira menuliskan kritiknya di akun Facebook-nya.

Perusakan tersebut dilakukan Agustus lalu. ISIS beralasan bahwa bangunan-bangunan tersebut mendorong penyembahan terhadap berhala dan menyalahi hukum Islam.

 

Samira mendeskripsikan perusakan oleh ISIS sebagai tindakan barbar. Akun Facebook miliknya dihapus bertepatan dengan hari kematiannya. Saat ini ISIS masih mencari aktivis-aktivis lain yang vokal seperti Samira untuk diadili.

 

“Bukan hanya perempuan yang menjadi target. Mereka akan membunuh siapa saja yang menyuarakan pendapat (menolak ISIS). Ini mengerikan,” ujar Hana.

 

Dia menjelaskan bahwa Samira bukan aktivis pertama yang menemui ajal di tangan ISIS. Sebelumnya ada empat aktivis yang dieksekusi dengan cara serupa di Alun-Alun Mosul.

“Setelah membersihkan etnis minoritas (Yazidi, Red), kini mereka memburu warga Sunni yang diperkirakan berinteraksi dengan dunia luar,” ujarnya.

 

Pusat HAM Wilayah Teluk (GCHR) mengungkapkan, Samira adalah seorang aktivis yang sangat berdedikasi. Dia pernah duduk di parlemen Iraq dan berperan aktif membela tahanan yang tak bersalah. Samira kerap pula menyokong keluarga yang kurang mampu di Mosul. (AFP/AP/The Independent/sha/c11/ami)

BAGHDAD, SUMUTPOS.CO – Kritik terhadap Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) berbuah petaka bagi Samira Saleh Al Nuaimi.

Aktivis hak asasi manusia (HAM) Iraq itu dieksekusi oleh ISIS Senin lalu (22/9) setelah diculik pada 17 September di rumahnya di utara Mosul.

 

Perempuan yang juga berprofesi sebagai pengacara itu kemudian diadili dengan hukum syariah versi ISIS dan dituding telah murtad. Setelah itu, dia disiksa selama lima hari berturut-turut. Puncaknya, ibu tiga anak tersebut dieksekusi di depan publik.

Samira tewas setelah sekelompok pria bertopeng dan bersenjata memberondong dia dengan peluru. Eksekusi itu dilakukan di alun-alun yang berada di tengah Kota Mosul.

 

“Saya memastikan bahwa dia benar-benar telah meninggal,” ujar salah seorang rekannya sesama aktivis, Hana Edward. Jenazah Samira diletakkan di rumah duka di Mosul, wilayah terbesar di Iraq yang dikuasai ISIS.

 

Kematian Samira disebabkan kritiknya terhadap tindakan ISIS yang merusak berbagai situs bersejarah, masjid, dan kuil di Iraq. Samira menuliskan kritiknya di akun Facebook-nya.

Perusakan tersebut dilakukan Agustus lalu. ISIS beralasan bahwa bangunan-bangunan tersebut mendorong penyembahan terhadap berhala dan menyalahi hukum Islam.

 

Samira mendeskripsikan perusakan oleh ISIS sebagai tindakan barbar. Akun Facebook miliknya dihapus bertepatan dengan hari kematiannya. Saat ini ISIS masih mencari aktivis-aktivis lain yang vokal seperti Samira untuk diadili.

 

“Bukan hanya perempuan yang menjadi target. Mereka akan membunuh siapa saja yang menyuarakan pendapat (menolak ISIS). Ini mengerikan,” ujar Hana.

 

Dia menjelaskan bahwa Samira bukan aktivis pertama yang menemui ajal di tangan ISIS. Sebelumnya ada empat aktivis yang dieksekusi dengan cara serupa di Alun-Alun Mosul.

“Setelah membersihkan etnis minoritas (Yazidi, Red), kini mereka memburu warga Sunni yang diperkirakan berinteraksi dengan dunia luar,” ujarnya.

 

Pusat HAM Wilayah Teluk (GCHR) mengungkapkan, Samira adalah seorang aktivis yang sangat berdedikasi. Dia pernah duduk di parlemen Iraq dan berperan aktif membela tahanan yang tak bersalah. Samira kerap pula menyokong keluarga yang kurang mampu di Mosul. (AFP/AP/The Independent/sha/c11/ami)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/