SUMUTPOS.CO – Sebuah pesan diterima redaksi Jawa Pos (grup Sumut Pos) kemarin. Si pengirim pesan bukan ingin menyebarkan hoax. Justru dia ingin menanyakan kebenaran pesan berantai yang didapatnya kepada Jawa Pos. ”Ini hoax atau bukan?” tanya si pengirim pesan. Pesan berantai yang dikirim itu terkait dengan penggunaan kantong kresek untuk daging kurban.
Isi pesannya begini. Institut Pertanian Bogor (IPB) mengimbau agar daging kurban tidak dimasukkan dalam kantung kresek berwarna hitam. Dosen Fakultas Kedokteran Hewan IPB, Yusuf Ridwan, menyatakan tas kresek berwarna hitam mengandung zat pewarna yang bisa tercampur dengan daging & disinyalir mengandung zat karsinogen yang bisa menyebabkan kanker.
”Kami imbau masyarakat menggunakan tas kresek putih atau transparan. Sekali lagi, Tolong ingatkan ke panitia qurban utk tdk pake tas kresek/plastik hitam,” ungkapnya.
Terkait dengan penggunaan plastik hitam, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pernah mengeluarkan rilis resmi pada 14 Juli 2009. Ada tiga poin penting dalam rilis tersebut. Pertama, kebanyakan kantong kresek hitam memang produk daur ulang.
Kedua, lantaran kantong itu produk daur ulang, tidak mudah diketahui riwayat penggunaan sebelumnya. Misalnya, apakah plastik yang didaur ulang itu sebelumnya digunakan sebagai wadah pestisida, limbah rumah sakit, limbah logam berat, kotoran hewan atau manusia, dan sebagainya.
Ketiga, BPOM mengimbau agar kantong plastik daur ulang tidak digunakan untuk mewadahi langsung makanan siap santap. Kata langsung pada rilis itu sengaja dibuat tebal sebagai penekanan.
Jawa Pos juga meminta pendapat Kepala Pusat Penelitian Kimia LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) Agus Haryono. Dia mengatakan, keamanan kresek hasil daur ulang bagi kesehatan memang tidak bisa dijamin. ”Tapi, yang harus diingat, plastik daur ulang itu tak selalu berwarna hitam. Bisa juga berwarna lain,” katanya. Khusus plastik berwarna putih atau transparan, kebanyakan berbahan plastik orisinal, bukan daur ulang.
Soal apakah daging kurban berbahaya jika ditempatkan dalam plastik daur ulang berwarna hitam, Agus menjelaskan, migrasi senyawa berbahaya dalam plastik daur ulang bisa terjadi karena beberapa faktor. Bisa saja memang terjadi pada daging yang mengandung lemak atau minyak. ”Minyak atau lemak yang menempel pada plastik bisa menyebabkan terjadinya migrasi, apalagi jika terkena panas sinar matahari langsung,” jelas dia.
Jawa Pos juga berupaya menanyakan hal itu kepada ahli kimia lainnya. Jawaban mereka hampir sama. Plastik daur ulang rentan kandungan karsinogen yang berbahaya untuk kesehatan. ”Kalau untuk daging, seharusnya tidak bereaksi, kecuali dagingnya terpapar panas tinggi. Tapi, memang lebih baik dihindari menggunakan plastik hitam,” ujar ahli kimia dari salah satu perusahaan swasta di Batam. (wan/gun/eko/c11/fat/jpg)