Informasi soal virus Rubella saat itu sangat minim. Bahkan di dunia medis, tak banyak yang tahu menurutnya. Hanya segelintir dokter spesialis menurutnya mengerti akan keberadaan penyakit ini. Pasca kejadian itu bermunculan kabar terhadap anak-anak dengan kasus serupa bertanya terhadap dirinya. Masalahnya sama, tidak memiliki informasi terkait penyakit ini sama sekali.
Di usia dua tahun ini, Iftiyah, katanya hanya mampu berguling-guling. Tumbuh kembangnya tidak seperti anak kebanyakan. Beberapa indranya telah rusak. Terapi-terapi yang terus dilakukan Iftiyah tidak berefek begitu besar membantu pertumbuhannya.
Terkait rencana pemerintah melakukan imunisasi Measles dan Rubella (MR), rasanya itu hal yang saat ini pilihan terbaik agar perkembangan virus ini bisa dikendalikan. “Jadi kalau ada orangtua yang tidak mau dengan segala macam alasan agama, haram imunisasi dan sejumlah asumsi karena propaganda negatif nya, ya mungkin dia belum merasakan bagaimana anaknya terkena virus Rubella,” pungkasnya.
Sementara itu, terkait program Imunisasi MR Fase I sebelumnya dilakukan di Pulau Jawa yang mencakup 35 juta anak pada tahun lalu. Di tahun 2018 ini, Unicef akan melakukan imunisasi MR Fase II di luar Pulau Jawa, yakni Pulau Sumatera termasuk Sumut.
Rizky Ika Syafitri sebagai Communication for Development Specialiat Unicef mengatakan di Sumut ada 4 juta anak yang akan diberikan imunisasi ini secara gratis. “Dan kita mentargetkan 95 persen anak dapat imunisasi MR,” katanya.
Dia menbeberkan penyakit Campak (measles) menyebabkan Radang Paru (Pneumonia), Radang Otak (Ensefalitis), Kebutaan, Diare dan Gizi Buruk. Sementara Rubella bisa menyebabkan Kelainan Jantung, Kelainan Mata, Tuli, Keterlambatan Perkembangan dan Kerusakan Jaringan Otak.
Sasarannya adalah anak usia 9 bulan dan di bawah 15 tahun. Imunisasi ini diberikan tanpa melihat status imunisasi maupun riwayat penyakit Campak dan Rubella sebelumnya. “Untuk itu kita butuh dukungan pemerintah. Di Pulau Jawa, imunisasi MR Fase II berhasil dan melampau target. Harapan kita, media massa bisa mendukung imunisasi ini sukses di Sumut,” ungkapnya.
Penyakit Campak dan Rubella merupakan penyakit infeksi menular dengan media udara. Gejala anak yang terkena Campak adalah demam tinggi, bercak kemerahan pada kulit disertai dengan batuk, pilek dan mata merah. Sementara itu, gejala penyakit Rubella tidak spesifik, bahkan bisa tanpa gejala.”Tidak ada pengobatan untuk penyakit Campak dan Rubella. Namun, penyakit ini dapat dicegah. Imunisasi MR adalah salahsatu pencegah terbaik saat ini,” katanya.
Dalam pertemuan itu dia membahas soal pro kontra imunisasi MR. Menurutnya, salahsatu tantangan akan imunisasi ini adalah terkait halal haramnya anak mendapat imunisasi. Dia menekankan, sudah ada Fatwa MUI soal hal ini. “Fatwa MUI No 14 tahun 2016 membolehkan imunisasi,” sebutnya.
Rencananya pada Agustus ini imunisasi MR Fase II akan berlangsung di sekolah-sekolah. Sementara itu, pada September akan dilakukan di pusat pelayanan kesehatan pemerintah diantaranya Puskesmas. (dvs/ila)Â