BATANGTORU, SUMUTPOS.CO – Bertepatan dengan Hari Kartini 21 April 2016, Tambang Emas Martabe mulai menerapkan kebijakan “Keberagaman Gender” yang ditandai dengan pemukulan jimbe oleh Presiden Direktur PT Agincourt Resources, Tim Duffy, dan Direktur, Linda Siahaan, dihadapan staf dan karyawan Tambang Emas Martabe serta para tamu.
Tambang Emas Martabe mengukuhkan komitmennya untuk menerapkan tata kelola dan budaya kerja lewat kebijakan tindakan afirmatif (affirmative action policy) untuk mencapai 30 persen tenaga kerja perempuan menjadi bagian angkatan kerja aktif di industri tambang skala besar yang masih baru di Tapanuli Selatan, bahkan Sumatra Utara. Peringatan hari Kartini tahun ini merupakan yang keempat kalinya diadakan oleh manajemen Tambang Emas Martabe.
“Tambang Emas Martabe hendak menjadi perusahaan terdepan dalam menerapkan Keragaman Gender dalam dunia kerja tambang yang sering dipandang dominan milik kaum pria. Kami berusaha membangun tim kerja profesional beragam gender yang handal sekaligus memberikan peluang dan kesempatan yang sama bagi karyawan perempuan untuk mengembangkan potensi khususnya di industri tambang berskala besar seperti Tambang Emas Martabe,“ ujar Tim Duffy.
Dalam penerapannya kebijakan ini akan diwujudkan dalam hal, antara lain: pertama, kesetaraan hak, kesempatan kerja, dan perlakuan tanpa diskriminasi dalam merekrut dan mengembangkan kapasitas seluruh karyawan untuk berkontribusi positif bagi laju perkembangan perusahaan; kedua, membuka peluang seluas-luasnya bagi seluruh angkatan kerja, baik laki-laki maupun perempuan, dalam usia produktif yang memiliki kompetensi sesuai dengan bidang pekerjaan, terutama dari wilayah Tapanuli Selatan dan sekitarnya; ketiga, tim kerja profesional beragam gender yang handal dengan menerapkan tata kelola dan budaya kerja yang menghargai keragaman gender dan pemenuhan kuota 30% pekerja perempuan.
Wakil Ketua Komnas Perempuan, Budi Wahyuni, menyatakan, “Kartini merupakan simbol pelaku perubahan yang menentang bangsanya menjadi korban penjajahan dan kaumnya menjadi korban diskriminasi. Kartini meyakini bahwa pendidikan merupakan kunci pemberdayaan bangsa, termasuk kaumnya, untuk melawan ketertindasan penjajah dan budaya patriakhi yang membatasi perempuan untuk menentukan pilihan terbaik atas masa depan dan kehidupannya. Komitmen Martabe untuk mengupayakan kesetaraan gender dalam proses pengelolaan organisasi patut diapresiasi.”
Hingga akhir Februari 2016, terdapat 369 (16 persen) tenaga kerja perempuan yang bekerja di Tambang Emas Martabe. Dibandingkan tambang lain jumlah tenaga kerja perempuan ini cukup signifikan. Ini merupakan prestasi tersendiri mengingat bahwa sebagian besar tenaga kerja tersebut tidak memiliki pengalaman sebelumnya bekerja di lokasi tambang. (rel)
BATANGTORU, SUMUTPOS.CO – Bertepatan dengan Hari Kartini 21 April 2016, Tambang Emas Martabe mulai menerapkan kebijakan “Keberagaman Gender” yang ditandai dengan pemukulan jimbe oleh Presiden Direktur PT Agincourt Resources, Tim Duffy, dan Direktur, Linda Siahaan, dihadapan staf dan karyawan Tambang Emas Martabe serta para tamu.
Tambang Emas Martabe mengukuhkan komitmennya untuk menerapkan tata kelola dan budaya kerja lewat kebijakan tindakan afirmatif (affirmative action policy) untuk mencapai 30 persen tenaga kerja perempuan menjadi bagian angkatan kerja aktif di industri tambang skala besar yang masih baru di Tapanuli Selatan, bahkan Sumatra Utara. Peringatan hari Kartini tahun ini merupakan yang keempat kalinya diadakan oleh manajemen Tambang Emas Martabe.
“Tambang Emas Martabe hendak menjadi perusahaan terdepan dalam menerapkan Keragaman Gender dalam dunia kerja tambang yang sering dipandang dominan milik kaum pria. Kami berusaha membangun tim kerja profesional beragam gender yang handal sekaligus memberikan peluang dan kesempatan yang sama bagi karyawan perempuan untuk mengembangkan potensi khususnya di industri tambang berskala besar seperti Tambang Emas Martabe,“ ujar Tim Duffy.
Dalam penerapannya kebijakan ini akan diwujudkan dalam hal, antara lain: pertama, kesetaraan hak, kesempatan kerja, dan perlakuan tanpa diskriminasi dalam merekrut dan mengembangkan kapasitas seluruh karyawan untuk berkontribusi positif bagi laju perkembangan perusahaan; kedua, membuka peluang seluas-luasnya bagi seluruh angkatan kerja, baik laki-laki maupun perempuan, dalam usia produktif yang memiliki kompetensi sesuai dengan bidang pekerjaan, terutama dari wilayah Tapanuli Selatan dan sekitarnya; ketiga, tim kerja profesional beragam gender yang handal dengan menerapkan tata kelola dan budaya kerja yang menghargai keragaman gender dan pemenuhan kuota 30% pekerja perempuan.
Wakil Ketua Komnas Perempuan, Budi Wahyuni, menyatakan, “Kartini merupakan simbol pelaku perubahan yang menentang bangsanya menjadi korban penjajahan dan kaumnya menjadi korban diskriminasi. Kartini meyakini bahwa pendidikan merupakan kunci pemberdayaan bangsa, termasuk kaumnya, untuk melawan ketertindasan penjajah dan budaya patriakhi yang membatasi perempuan untuk menentukan pilihan terbaik atas masa depan dan kehidupannya. Komitmen Martabe untuk mengupayakan kesetaraan gender dalam proses pengelolaan organisasi patut diapresiasi.”
Hingga akhir Februari 2016, terdapat 369 (16 persen) tenaga kerja perempuan yang bekerja di Tambang Emas Martabe. Dibandingkan tambang lain jumlah tenaga kerja perempuan ini cukup signifikan. Ini merupakan prestasi tersendiri mengingat bahwa sebagian besar tenaga kerja tersebut tidak memiliki pengalaman sebelumnya bekerja di lokasi tambang. (rel)