MEDAN-Pembangunan jembatan layang (Fly Over) Simpang Pos masih mencapai 19 persen. Lambatnya proses pembangunan, membuat Satuan Kerja (Satker) Balai Jalan Metropolitan kecewa hingga akhirnya memecat pimpinan proyeknya (Pimpro) atau General Suvervisior (GS). “Secara keseluruhan, pembangunan Fly Over Simpang Pos masih 19 persen. Memang agak lambat, alat-alat yang dimasukkan sering rusak, sehingga mengganggu proses pembangunan. Terpaksa pimpinan proyeknya kita ganti kemarin,” ujar Asisten Satuan Kerja (Satker) Balai Jalan Metropolitan Andika Sidabutar kepada Sumut Pos, Jumat (31/5).
Dikatakan Andika, saat ini Fly Over Simpang Pos tengah dalam proses pengerjaan pondasi borefile. Pengerjaan pondasi borefile ini memakan waktu cukup lama, yakni 6 bulan. Sebab, sebagai pondasi, pengerjaannya harus dengan hati-hati dan kualitas terbaik. Pemasangan borefile tersebut sudah mencakup 40 persen dari 15 tiang. “Pemasangan borefile itu memakan waktu 6 bulan. Sekarang sudah selesai 6 tiang dari 15 tiang yang akan dibangun di Simpang Pos itu. Pemasangan borefile itu memang harus matang, karena itu merupakan pondasi peyangga jembatan layang itu,” jelasnya.
Menurutnya, Fly Over Simpang ditargetkan akan rampung pada Desember 2014. Bentuk dari Fly Over tersebut akan berbeda dengan Fly Over Brayan dan Amplas. Kalau kedua fly over itu memiliki holloslep (tiang penyangga bantal aspal) berbentuk balok, maka Fly Over Simpang Pos akan berbentuk holloslep berlobang. “Kalau bentuknya berbeda di holloslep. Brayan dan Amplas berbentuk balok, tapi di Jamin Ginting akan berlobang. Kekuatannya sama, namun holloslep berlobang itu memang lagi tren fly over sekarang,” paparnya.
Fly Over Simpang Pos akan menjadi jembatan layang terpanjang di Kota Medan. Fly over yang menghubungkan Jalan Ngumban Surbakti dengan Jalan AH Nasution tersebut memiliki panjang 1,4 kilometer, sedangkan Fly Over Amplas dan Brayan memiliki panjang 1,3 meter. Fly over ini memiliki tinggi 7 meter. “Kalau soal tinggi tidak masalah terhadap penerbangan, sebab menurut survei kita, tinggi pesawat di lokasi itu 100 meter. Lagipula, bandara akan pindah sebelum fly over itu selesai,” tandasnya.
Dia menyebutkan bahwa masih ada 3 persil tanah yang belum diselesaikan. Tanah itu terletak di dekat Stasiun Bus Sampri dekat Bank Mandiri dan di seberang jalannya. “Tiga persil tanah itu belum diselesaikan. Untuk pembebasan tanah itu merupakan tugas dari Dinas TRTB Medan,” ungkapnya.
Dia juga bingung apa kendala pembebasan tanah itu. Sebab, pihaknya sudah menawarkan ganti rugi dengan harga pasaran dan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP). “Harga yang kita tawarkan sudah sesuai dengan pasaran dan NJOP-nya, tapi pemilik tiga persil tanah itu tetap bertahan,” paparnya.
Sementara itu, Ketua Tim Pembebasan Tanah TRTB Medan Thomas Sinuhaji ketika dkonfirmasi mengaku tidak tahu dengan persoalan tanah di Fly Over Simpang Pos. “Saya tidak tahu bagaimana kelanjutannya, karena bukan saya yang menangani. Nanti hari Senin kita jumpai pihak Balai Jalan Metropolitan,” katanya singkat. (mag-7)