28 C
Medan
Thursday, May 2, 2024

Sel Jihad Masih Aktif, Ivan Didoktrin Setahun Lalu

Foto: Dok Mantan narapidana kasus terorisme, Khairul Ghazali, meyakini ada kelompok besar di balik aksi percobaan bom bunuh diri Ivan Armadi Hasugian, di gereja Katolik St Yosef medan, Minggu (28/8/2016) lalu.
Foto: Dok
Mantan narapidana kasus terorisme, Khairul Ghazali, meyakini ada kelompok besar di balik aksi percobaan bom bunuh diri Ivan Armadi Hasugian, di gereja Katolik St Yosef medan, Minggu (28/8/2016) lalu.

JAKARTTA, SUMUTPOS.CO – Teror bom yang dilakukan Ivan Armadi Hasugian (18) di Gereja Katolik Stasi Santo Yosep, Jalan Dr Mansyur, Medan Selayang, Kota Medan Minggu (28/8) pagi lalu, masih menyisakan sejumlah misteri. Kekhawatiran pun muncul di benak masyarakat. Soalnya, aksi teror bom itu diyakini bukanlah yang terakhir terjadi di kota metropolitan ini.

Mantan narapidana kasus terorisme, Khairul Ghazali (50) berpendapat, ada individu lainnya yang berpotensi bertindak radikal di ibu kota Provinsi Sumatera Utara ini. “Masih banyak Ivan-Ivan lainnya yang siap menyusul untuk melakukan amaliyat jihad atau lebih tepatnya disebut aksi teror. Sesungguhnya itu memalukan dan mencemarkan nama Islam,” kata Ghazali kepada wartawan, Rabu (31/8).

Menurutnya, sel-sel pergerakan jihad sudah lama beraksi di Kota Medan. Disebut demikian, karena adanya sejumlah peristiwa yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya. Seperti Komando Jihad di tahun 1976, pembajakan Garuda Woyla tahun 1981, peledakan gereja tahun 2000, perampokan Lippo Bank tahun 2003, perampokan Bank Sumut tahun 2009, perampokan Bank CIMB tahun 2010, hingga penyerangan Polsek Hamparan Perak tahun 2010 silam. Buntutnya, terjadi percobaan bunuh diri dengan bom dan penyerangan ke Gereja Katolik Stasi Santo Yosep.

Kata Ghazali, kejadian-kejadian sebelumnya itu menunjukkan sel jihad yang masih aktif pergerakannya di Kota Medan. Artinya, Kota Medan dapat disebut rentan dengan aksi teror. Pria yang tengah menjalani pembebasan bersyarat usai melewati hukuman empat tahun dua bulan penjara dari vonis yang dijatuhkan majelis hakim Pengadilan Negeri (PN) Medan di 2011 lalu ini, bercerita pengalamannya sebagai pelaku.

Dia sebut, ada ratusan orang yang didoktrinnya dengan paham radikal. “Sekarang enggak tahu di mana mereka. Tapi yang pasti, sudah senior mereka,” tambah dia.

Menurutnya, anak-anak muda dan anak-anak dari sekolah umum, memang kerap menjadi target doktrin untuk melancarkan aksi teror. Sebab, pemuda masih labil dan lebih mudah dicuci otaknya. Sehingga dibuat siap untuk mati, bukan untuk hidup.

Ivan Hasugian, pelaku percobaan bom bunuh diri di Gereja Katolik St Yosef Medan, Minggu (28/8/2016).
Ivan Hasugian, pelaku percobaan bom bunuh diri di Gereja Katolik St Yosef Medan, Minggu (28/8/2016).

Sepengetahuan dia, Ivan Hasugian telah didoktrin sejak setahun lalu. Kala itu, Ivan masih mengenyam bangku sekolah kelas XII. “Berbaiat dia kepada pemimpin ISIS, setelah tamat sekolah, beberapa bulan lalu,” sambung Ghazali yang terlibat perampokan Bank CIMB Niaga ini.

Lebih mengejutkan lagi, Ghazali bilang kalau, aksi Ivan bisa saja upaya bom bunuh diri pertama di Kota Medan. Tak tertutup kemungkinan, kejadian serupa akan kembali terjadi. “Akan ada yang lebih besar lagi (kejadiannya),” duganya.

Sejauh ini, Ghazali mengaku, sudah ketemu dengan tersangka Ivan di Mapolresta Medan. Pertemuan singkat dengan Ivan itulah, Ghazali menyimpulkan demikian. “Sudah ketemu saya dengan Ivan. Kemudian saya tanya dia belajar dengan siapa dan dari buku apa,” ujar Ghazali.

Kata dia, Ivan mendapatkan pengajaran yang diduga berkaitan dengan pergerakan radikal, di Jalan Setia Budi. Selain itu, pengakuan Ivan kepada Ghazali adalah, media sosial pun menjadi referensinya. Dia pun mengaku, sudah melihat rekaman video Ivan yang berbaiat kepada pemimpin ISIS, Abu Bakar Al Baghdadi.

Rekaman yang diperoleh Ghazali saat polisi menggeladah rumah Ivan yang akhirnya menemukan hal tersebut. Dalam rekaman itu, alumni SMA Negeri 4 Medan tahun 2015/2016 ini tampak memegang bendera ISIS.

Foto: Dok Mantan narapidana kasus terorisme, Khairul Ghazali, meyakini ada kelompok besar di balik aksi percobaan bom bunuh diri Ivan Armadi Hasugian, di gereja Katolik St Yosef medan, Minggu (28/8/2016) lalu.
Foto: Dok
Mantan narapidana kasus terorisme, Khairul Ghazali, meyakini ada kelompok besar di balik aksi percobaan bom bunuh diri Ivan Armadi Hasugian, di gereja Katolik St Yosef medan, Minggu (28/8/2016) lalu.

JAKARTTA, SUMUTPOS.CO – Teror bom yang dilakukan Ivan Armadi Hasugian (18) di Gereja Katolik Stasi Santo Yosep, Jalan Dr Mansyur, Medan Selayang, Kota Medan Minggu (28/8) pagi lalu, masih menyisakan sejumlah misteri. Kekhawatiran pun muncul di benak masyarakat. Soalnya, aksi teror bom itu diyakini bukanlah yang terakhir terjadi di kota metropolitan ini.

Mantan narapidana kasus terorisme, Khairul Ghazali (50) berpendapat, ada individu lainnya yang berpotensi bertindak radikal di ibu kota Provinsi Sumatera Utara ini. “Masih banyak Ivan-Ivan lainnya yang siap menyusul untuk melakukan amaliyat jihad atau lebih tepatnya disebut aksi teror. Sesungguhnya itu memalukan dan mencemarkan nama Islam,” kata Ghazali kepada wartawan, Rabu (31/8).

Menurutnya, sel-sel pergerakan jihad sudah lama beraksi di Kota Medan. Disebut demikian, karena adanya sejumlah peristiwa yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya. Seperti Komando Jihad di tahun 1976, pembajakan Garuda Woyla tahun 1981, peledakan gereja tahun 2000, perampokan Lippo Bank tahun 2003, perampokan Bank Sumut tahun 2009, perampokan Bank CIMB tahun 2010, hingga penyerangan Polsek Hamparan Perak tahun 2010 silam. Buntutnya, terjadi percobaan bunuh diri dengan bom dan penyerangan ke Gereja Katolik Stasi Santo Yosep.

Kata Ghazali, kejadian-kejadian sebelumnya itu menunjukkan sel jihad yang masih aktif pergerakannya di Kota Medan. Artinya, Kota Medan dapat disebut rentan dengan aksi teror. Pria yang tengah menjalani pembebasan bersyarat usai melewati hukuman empat tahun dua bulan penjara dari vonis yang dijatuhkan majelis hakim Pengadilan Negeri (PN) Medan di 2011 lalu ini, bercerita pengalamannya sebagai pelaku.

Dia sebut, ada ratusan orang yang didoktrinnya dengan paham radikal. “Sekarang enggak tahu di mana mereka. Tapi yang pasti, sudah senior mereka,” tambah dia.

Menurutnya, anak-anak muda dan anak-anak dari sekolah umum, memang kerap menjadi target doktrin untuk melancarkan aksi teror. Sebab, pemuda masih labil dan lebih mudah dicuci otaknya. Sehingga dibuat siap untuk mati, bukan untuk hidup.

Ivan Hasugian, pelaku percobaan bom bunuh diri di Gereja Katolik St Yosef Medan, Minggu (28/8/2016).
Ivan Hasugian, pelaku percobaan bom bunuh diri di Gereja Katolik St Yosef Medan, Minggu (28/8/2016).

Sepengetahuan dia, Ivan Hasugian telah didoktrin sejak setahun lalu. Kala itu, Ivan masih mengenyam bangku sekolah kelas XII. “Berbaiat dia kepada pemimpin ISIS, setelah tamat sekolah, beberapa bulan lalu,” sambung Ghazali yang terlibat perampokan Bank CIMB Niaga ini.

Lebih mengejutkan lagi, Ghazali bilang kalau, aksi Ivan bisa saja upaya bom bunuh diri pertama di Kota Medan. Tak tertutup kemungkinan, kejadian serupa akan kembali terjadi. “Akan ada yang lebih besar lagi (kejadiannya),” duganya.

Sejauh ini, Ghazali mengaku, sudah ketemu dengan tersangka Ivan di Mapolresta Medan. Pertemuan singkat dengan Ivan itulah, Ghazali menyimpulkan demikian. “Sudah ketemu saya dengan Ivan. Kemudian saya tanya dia belajar dengan siapa dan dari buku apa,” ujar Ghazali.

Kata dia, Ivan mendapatkan pengajaran yang diduga berkaitan dengan pergerakan radikal, di Jalan Setia Budi. Selain itu, pengakuan Ivan kepada Ghazali adalah, media sosial pun menjadi referensinya. Dia pun mengaku, sudah melihat rekaman video Ivan yang berbaiat kepada pemimpin ISIS, Abu Bakar Al Baghdadi.

Rekaman yang diperoleh Ghazali saat polisi menggeladah rumah Ivan yang akhirnya menemukan hal tersebut. Dalam rekaman itu, alumni SMA Negeri 4 Medan tahun 2015/2016 ini tampak memegang bendera ISIS.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/