25.2 C
Medan
Saturday, June 22, 2024

Skybridge Gusur Pedagang Buku

MEDAN-  Mau tidak mau, cepat atau lambat, pedagang buku yang kini berjualan di sekitar Lapangan Merdeka Medan akan direlokasi ke Jalan Pegadaian Medan. Ini menyusul rencana pembangunan jembatan layang atau skybridge untuk akses jalur City Airport Terminal (CAT) Kereta Api yang akan terhubung ke Bandara Kualanamu.

Pertanyaanya kenapa harus pedagang buku yang digusur? Humas PT KAI Divisi Regional Sumut dan NAD, Hasrie mengatakan pembangunan city check in PT KAI di Jalan Stasiun Besar KA, menuju bandara Kualanamu, Deliserdang, akan dilengkapi fasilitas skybridge. Jembatan ini akan menjadi penghubung dari lahan parkir di Lapangan  Merdeka ke Stasiun KA.

Dikatakannya, calon penumpang pesawat, akan melakukan check in  keberangkatan secara langsung di Stasiun Besar Kereta Api Medan dengan disediakannya City Airport Terminal dengan dua pos City Check In. Secara teknis, fisik bangunan CAT akan terhubung pada bangunan lama Stasiun Besar Kereta Api.

Dari bangunan lama Stasiun Besar Kereta Api Medan lantai dasar,  akan terhubung dengan CAT pada Pos I dan Pos II City Check In. Jadi, penumpang yang menuju Bandara Kualanamu akan menyeberangi Sky Bridge atau jembatan penyeberangan orang (JPO) yang menghubungkan lantai dasar Stasiun Besar Medan dengan CAT.

Penumpang kereta api langsung melakukan check in keberangkatan dan berangkat menggunakan kereta api, lalu tiba di Bandara Kualanamu sudah langsung berangkat naik ke pesawat.
“Pembangunan City Airport Terminal (CAT) berupa Pos city check in, di Stasiun Besar Kereta Api Medan ditargetkan selesai Januari 2013. Bila target itu selesai, maka Bandara Internasional pertama di Indonesia yang menggunakan akses jalur KA,” ujar Hasrie.

Dikatakannya, saat ini pembangunan CAT sudah mencapai 89,9 persen. Sedangkan untuk jalan kereta apinya sudah mencapai 91,1 persen. Artinya, saat ini sudah mencapai finishing untuk pembangunan.

“Pembangunan City Airport Terminal berupa Pos city check in di Stasiun Besar Kereta Api Medan yang menelan biaya sebesar Rp32,4 miliar. Dan saat ini tinggal pemasangan lift dan eskalator,” ujar Humas PT KAI Divisi Regional Sumut dan NAD Hasrie.

Dia menuturkan, saat ini pembangunan terus dilakukan dan diharapkan selesai sesuai waktu yang ditentukan yakni akhir November mendatang. “Pembangunannya saat ini terus dikejar agar dapat dioperasionalkan tepat waktu atau bersamaan dengan operasional Bandara Internasional Kuala Namu,” ujarnya.

Hasri merinci, nantinya jarak stasiun besar Kereta Api Kota Medan ke Bandara Kuala Namu sekitar 29 km dengan waktu tempuh selama 20 sampai 30 menit. Jalur yang ditempuh antara lain melewati rute jalur kereta api Medan, stasiun kecil Bandar Kalifah Tembung dan Stasiun Kecil Batang Kuis.

“Dengan jalur tersebut diharapkan akan membuat warga Medan tidak lagi merasakani macet di tengah kota. Soalnya, hanya butuh 30 menit untuk tiba di Kuala Namu dari Medan,” ujarnya.

Sedangkan Wali Kota Medan Rahudman Harahap, lahan lokasi Lapangan Merdeka, sebagaimana tempat para pedagang buku harus segera digusur. Pasalnya, di lokasi itu juga nantinya akan dipakai lahan parkir yang dapat menampung sebanyak 400 kendaraan hingga 600 kendaraan.

Di samping itu rencananya, hari Ini (Kamis 1/11), PT KAI melakukan uji coba kereta api menuju Bandara Kualanamu. Hal ini untuk menunjang fasilitas menuju bandara internasional tersebut.

“Rencananya kita akan menggunakan kereta api buatan PT Inka yang sudah ada di Medan. Tetapi, untuk operasionalnya akan menggunakan kereta KRD buatan Korea yang rencananya akan datang tahun depan,” sambung Kepada Divre I PT Kereta Api Indonesia (KAI) S M Nasyir.

Dijelaskannya, dengan tes running ini akan banyak yang diketahui. Mulai dari kekurangan kereta, masa tempuh kereta api ke Kualanamu, dan lain sebagainya. “Kalau sudah mantap, baru nanti kita masuk ke ujicoba operasional. Selanjutnya ujicoba pelayanan,” tambah Nasyir.

Di tempat terpisah lokasi pedagang buku di Lapangan Merdeka ternyata cukup strategis. Meski terkesan sepi pembeli, namun rata-rata pedagang buku di Lapangan Merdeka bisa meraup omzet hingga Rp5 juta per harinya.

Namun, saat ini pedagang buku di Lapangan Merdeka bakal digusur. Sedangkan lokasi perpindahannya hingga kini belum terealisasi. Omzet dagang buku mereka ke depannya bakal semakin tak jelas.

Sekretari Asosiasi Pedagang Buku Lapangan Merdeka (Apemblam) Abu khoiri mengakui, omzet yang ia dapat pada hari biasa bila sepi pembeli sedikitnya Rp500 ribu. Namun pada hari menjelang tahun ajaran baru ataupun tahun masuk anak kuliah omzet bisa melambung.

Kata Abu, buku yang sering dibeli konsumen adalah mata kuliah seperti pada buku pendidikan, Ekonomi dan Hukum. Sedangkan buku umum lebih sedikit lakunya. “Lokasi dagangan kami di Lapangan Merdeka sudah sangat strategis. Kalau mau dipindah lagi, apalagi bila lokasinya tidak strategis atau di pinggiran Kota Medan, kami bakal gulung tikar,” ujarnya.

Ia berharap, jika dipindahkan ke Jalan Pegadaian hendaknya ada kepastian hukum seperti yang ada di titi gantung. “Kami setuju, tapi harus persyaratan dengan Pemerintah  sama dengan SK sebelumnya yang ada di titi gantung,” ucapnya, Selasa (30/10).

Sambungnya, dengan adanya relokasi pedangang buku kaki lima kami juga akan  butuh sosialisasi dalam promisi  lagi karena banyak yang banyak tidak tahu. “Untuk itu kami butuh promosi agar masyarakat untuk mengetahui bahwa kami sudah pindah,” katanya.

Abu menceritakan, pada pemindahan yang disepakati pada Jalan pegadaian. Tapi ada wacana banyak tempat yang diwacanakan, antara lain, di Mandala, di dekat Medan Fair Plaza,  di Jalan Gajah Mada.

Bendahara Apemblam M Yusuf mengatakan, omzet yang ia dapat lumayan banyak darti dagangan bukunya. “Itu tergantu hari, kalau tahun ajaran baru omzet sampai Rp 40 juta per harinya. Tapi, kalau hari biasa bisa Rp3 juta sampai Rp5 juta,” akunya.

Lanjutnya, yang sering dibeli yang laris buku pelajaran dan mahasiswa seperti pada buku ekonomi, hukum, pendidikan dan umum.  “Karena di tempat ini hari kuliah atau sekolah banyak yang datang ke tempat ini karena buku di sini murah,” ucapnya.

Soal perpindahan lokasi, ia juga mengharapkan adanya kepastian hukumnya seperti yang dititi gantung.  “Karena di titi gantung ini sudah banyak masyarakat sudah mengetahui dari dari sega daerah Sumut, Aceh dan bahkan sampai luar negeri,” katanya. (ram/mag-19)

MEDAN-  Mau tidak mau, cepat atau lambat, pedagang buku yang kini berjualan di sekitar Lapangan Merdeka Medan akan direlokasi ke Jalan Pegadaian Medan. Ini menyusul rencana pembangunan jembatan layang atau skybridge untuk akses jalur City Airport Terminal (CAT) Kereta Api yang akan terhubung ke Bandara Kualanamu.

Pertanyaanya kenapa harus pedagang buku yang digusur? Humas PT KAI Divisi Regional Sumut dan NAD, Hasrie mengatakan pembangunan city check in PT KAI di Jalan Stasiun Besar KA, menuju bandara Kualanamu, Deliserdang, akan dilengkapi fasilitas skybridge. Jembatan ini akan menjadi penghubung dari lahan parkir di Lapangan  Merdeka ke Stasiun KA.

Dikatakannya, calon penumpang pesawat, akan melakukan check in  keberangkatan secara langsung di Stasiun Besar Kereta Api Medan dengan disediakannya City Airport Terminal dengan dua pos City Check In. Secara teknis, fisik bangunan CAT akan terhubung pada bangunan lama Stasiun Besar Kereta Api.

Dari bangunan lama Stasiun Besar Kereta Api Medan lantai dasar,  akan terhubung dengan CAT pada Pos I dan Pos II City Check In. Jadi, penumpang yang menuju Bandara Kualanamu akan menyeberangi Sky Bridge atau jembatan penyeberangan orang (JPO) yang menghubungkan lantai dasar Stasiun Besar Medan dengan CAT.

Penumpang kereta api langsung melakukan check in keberangkatan dan berangkat menggunakan kereta api, lalu tiba di Bandara Kualanamu sudah langsung berangkat naik ke pesawat.
“Pembangunan City Airport Terminal (CAT) berupa Pos city check in, di Stasiun Besar Kereta Api Medan ditargetkan selesai Januari 2013. Bila target itu selesai, maka Bandara Internasional pertama di Indonesia yang menggunakan akses jalur KA,” ujar Hasrie.

Dikatakannya, saat ini pembangunan CAT sudah mencapai 89,9 persen. Sedangkan untuk jalan kereta apinya sudah mencapai 91,1 persen. Artinya, saat ini sudah mencapai finishing untuk pembangunan.

“Pembangunan City Airport Terminal berupa Pos city check in di Stasiun Besar Kereta Api Medan yang menelan biaya sebesar Rp32,4 miliar. Dan saat ini tinggal pemasangan lift dan eskalator,” ujar Humas PT KAI Divisi Regional Sumut dan NAD Hasrie.

Dia menuturkan, saat ini pembangunan terus dilakukan dan diharapkan selesai sesuai waktu yang ditentukan yakni akhir November mendatang. “Pembangunannya saat ini terus dikejar agar dapat dioperasionalkan tepat waktu atau bersamaan dengan operasional Bandara Internasional Kuala Namu,” ujarnya.

Hasri merinci, nantinya jarak stasiun besar Kereta Api Kota Medan ke Bandara Kuala Namu sekitar 29 km dengan waktu tempuh selama 20 sampai 30 menit. Jalur yang ditempuh antara lain melewati rute jalur kereta api Medan, stasiun kecil Bandar Kalifah Tembung dan Stasiun Kecil Batang Kuis.

“Dengan jalur tersebut diharapkan akan membuat warga Medan tidak lagi merasakani macet di tengah kota. Soalnya, hanya butuh 30 menit untuk tiba di Kuala Namu dari Medan,” ujarnya.

Sedangkan Wali Kota Medan Rahudman Harahap, lahan lokasi Lapangan Merdeka, sebagaimana tempat para pedagang buku harus segera digusur. Pasalnya, di lokasi itu juga nantinya akan dipakai lahan parkir yang dapat menampung sebanyak 400 kendaraan hingga 600 kendaraan.

Di samping itu rencananya, hari Ini (Kamis 1/11), PT KAI melakukan uji coba kereta api menuju Bandara Kualanamu. Hal ini untuk menunjang fasilitas menuju bandara internasional tersebut.

“Rencananya kita akan menggunakan kereta api buatan PT Inka yang sudah ada di Medan. Tetapi, untuk operasionalnya akan menggunakan kereta KRD buatan Korea yang rencananya akan datang tahun depan,” sambung Kepada Divre I PT Kereta Api Indonesia (KAI) S M Nasyir.

Dijelaskannya, dengan tes running ini akan banyak yang diketahui. Mulai dari kekurangan kereta, masa tempuh kereta api ke Kualanamu, dan lain sebagainya. “Kalau sudah mantap, baru nanti kita masuk ke ujicoba operasional. Selanjutnya ujicoba pelayanan,” tambah Nasyir.

Di tempat terpisah lokasi pedagang buku di Lapangan Merdeka ternyata cukup strategis. Meski terkesan sepi pembeli, namun rata-rata pedagang buku di Lapangan Merdeka bisa meraup omzet hingga Rp5 juta per harinya.

Namun, saat ini pedagang buku di Lapangan Merdeka bakal digusur. Sedangkan lokasi perpindahannya hingga kini belum terealisasi. Omzet dagang buku mereka ke depannya bakal semakin tak jelas.

Sekretari Asosiasi Pedagang Buku Lapangan Merdeka (Apemblam) Abu khoiri mengakui, omzet yang ia dapat pada hari biasa bila sepi pembeli sedikitnya Rp500 ribu. Namun pada hari menjelang tahun ajaran baru ataupun tahun masuk anak kuliah omzet bisa melambung.

Kata Abu, buku yang sering dibeli konsumen adalah mata kuliah seperti pada buku pendidikan, Ekonomi dan Hukum. Sedangkan buku umum lebih sedikit lakunya. “Lokasi dagangan kami di Lapangan Merdeka sudah sangat strategis. Kalau mau dipindah lagi, apalagi bila lokasinya tidak strategis atau di pinggiran Kota Medan, kami bakal gulung tikar,” ujarnya.

Ia berharap, jika dipindahkan ke Jalan Pegadaian hendaknya ada kepastian hukum seperti yang ada di titi gantung. “Kami setuju, tapi harus persyaratan dengan Pemerintah  sama dengan SK sebelumnya yang ada di titi gantung,” ucapnya, Selasa (30/10).

Sambungnya, dengan adanya relokasi pedangang buku kaki lima kami juga akan  butuh sosialisasi dalam promisi  lagi karena banyak yang banyak tidak tahu. “Untuk itu kami butuh promosi agar masyarakat untuk mengetahui bahwa kami sudah pindah,” katanya.

Abu menceritakan, pada pemindahan yang disepakati pada Jalan pegadaian. Tapi ada wacana banyak tempat yang diwacanakan, antara lain, di Mandala, di dekat Medan Fair Plaza,  di Jalan Gajah Mada.

Bendahara Apemblam M Yusuf mengatakan, omzet yang ia dapat lumayan banyak darti dagangan bukunya. “Itu tergantu hari, kalau tahun ajaran baru omzet sampai Rp 40 juta per harinya. Tapi, kalau hari biasa bisa Rp3 juta sampai Rp5 juta,” akunya.

Lanjutnya, yang sering dibeli yang laris buku pelajaran dan mahasiswa seperti pada buku ekonomi, hukum, pendidikan dan umum.  “Karena di tempat ini hari kuliah atau sekolah banyak yang datang ke tempat ini karena buku di sini murah,” ucapnya.

Soal perpindahan lokasi, ia juga mengharapkan adanya kepastian hukumnya seperti yang dititi gantung.  “Karena di titi gantung ini sudah banyak masyarakat sudah mengetahui dari dari sega daerah Sumut, Aceh dan bahkan sampai luar negeri,” katanya. (ram/mag-19)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/