25 C
Medan
Tuesday, November 26, 2024
spot_img

BNN Rajin Umbar Peluru

SUTAN SIREGAR/SUMUT POS
PENANGKAPAN BANDAR SABU_Polisi menjaga dua orang tersangka bandar narkoba saat melakukan penggerebekan di Kawasan Jalan Lintas Sumatera Binjai-Medan Kilometer 10, Sumatera Utara, Rabu (1/3). BNN melakukan penyergapan terhadap lima orang tersangka bandar narkoba dan satu orang di antaranya tewas ditembak saat sedang melakukan transaksi narkoba dengan barang bukti sebanyak 38 kilogram sabu-sabu.

Roby mengatakan, narkoba merupakan musuh bangsa. Untuk itu, harus secara bersama-sama pula memberantasnya. Namun menurut dia, upaya tembak mati tidak serta merta harus dilakukan. “Kalau si pelaku tidak terlalu membahayakan petugas, saya kira nggak perlu juga petugas umbar peluru,” ujar politisi PDIP ini.

Menurut mantan Sekretaris DPC PDIP Kota Medan ini, dengan tertangkapnya pelaku atau bandar narkoba ini, aparat penegak hukum sebenarnya bisa menggali lebih banyak sindikat peredaran barang haram tersebut.

“Kalau sudah ‘dihabisi’, justru menimbulkan kesan mata rantai penghubung ke jaringan narkoba lebih besar lagi akan terputus. Apalagi yang ditembak bukan bandar kelas kakap,” katanya.

Roby menambahkan, aparat hukum sebenarnya sudah punya pemetaan terhadap sindikat jaringan narkoba ini. “Dari begitu banyak gembong yang dibidik, tentu ada sindikat besar yang belum mampu diungkap. Aparat pasti sudah tahu itu, bahkan diantaranya mereka juga yang memback-up,” ujarnya.

Senada, Ketua DPD Gerakan Nasional Antinarkotika (Granat) Sumatera Utara Hamdani Harahap juga menyesalkan tindakan represif aparat hukum ini. “Kita patut pertanyakan apa standar operasional prosedur (SOP) mereka, kenapa tembak mati bandar narkoba,” katanya.

Terlebih, menurutnya, kalau pelaku tidak memberi perlawanan saat diamankan, kiranya tak perlu sampai ditembak mati. “Satu sisi kita apresiasi penegak hukum dalam meminimalisir peredaran narkoba, namun satu sisi lainnya tentu harus pertimbangkan aspek hak asasi manusia (HAM) juga,” ujar Hamdani.

Ia juga sependapat, indikasi dari ditembak matinya pelaku narkoba untuk memutus mata rantai sindikat yang lebih besar. “Padahal kalau dari bandarnya itu diusut lebih dalam, bisa sampai ke level lebih tinggi diungkap. Indikasi itu bisa saja terjadi, dan setiap kali harus ditembak mati juga membingungkan. Makanya ini harus dilihat kasus per kasus. Boleh saja ini kita bilang semangat meminimalisir kejahatan narkoba, tapi jangan sampai melanggar HAM,” pungkasnya.

SUTAN SIREGAR/SUMUT POS
PENANGKAPAN BANDAR SABU_Polisi menjaga dua orang tersangka bandar narkoba saat melakukan penggerebekan di Kawasan Jalan Lintas Sumatera Binjai-Medan Kilometer 10, Sumatera Utara, Rabu (1/3). BNN melakukan penyergapan terhadap lima orang tersangka bandar narkoba dan satu orang di antaranya tewas ditembak saat sedang melakukan transaksi narkoba dengan barang bukti sebanyak 38 kilogram sabu-sabu.

Roby mengatakan, narkoba merupakan musuh bangsa. Untuk itu, harus secara bersama-sama pula memberantasnya. Namun menurut dia, upaya tembak mati tidak serta merta harus dilakukan. “Kalau si pelaku tidak terlalu membahayakan petugas, saya kira nggak perlu juga petugas umbar peluru,” ujar politisi PDIP ini.

Menurut mantan Sekretaris DPC PDIP Kota Medan ini, dengan tertangkapnya pelaku atau bandar narkoba ini, aparat penegak hukum sebenarnya bisa menggali lebih banyak sindikat peredaran barang haram tersebut.

“Kalau sudah ‘dihabisi’, justru menimbulkan kesan mata rantai penghubung ke jaringan narkoba lebih besar lagi akan terputus. Apalagi yang ditembak bukan bandar kelas kakap,” katanya.

Roby menambahkan, aparat hukum sebenarnya sudah punya pemetaan terhadap sindikat jaringan narkoba ini. “Dari begitu banyak gembong yang dibidik, tentu ada sindikat besar yang belum mampu diungkap. Aparat pasti sudah tahu itu, bahkan diantaranya mereka juga yang memback-up,” ujarnya.

Senada, Ketua DPD Gerakan Nasional Antinarkotika (Granat) Sumatera Utara Hamdani Harahap juga menyesalkan tindakan represif aparat hukum ini. “Kita patut pertanyakan apa standar operasional prosedur (SOP) mereka, kenapa tembak mati bandar narkoba,” katanya.

Terlebih, menurutnya, kalau pelaku tidak memberi perlawanan saat diamankan, kiranya tak perlu sampai ditembak mati. “Satu sisi kita apresiasi penegak hukum dalam meminimalisir peredaran narkoba, namun satu sisi lainnya tentu harus pertimbangkan aspek hak asasi manusia (HAM) juga,” ujar Hamdani.

Ia juga sependapat, indikasi dari ditembak matinya pelaku narkoba untuk memutus mata rantai sindikat yang lebih besar. “Padahal kalau dari bandarnya itu diusut lebih dalam, bisa sampai ke level lebih tinggi diungkap. Indikasi itu bisa saja terjadi, dan setiap kali harus ditembak mati juga membingungkan. Makanya ini harus dilihat kasus per kasus. Boleh saja ini kita bilang semangat meminimalisir kejahatan narkoba, tapi jangan sampai melanggar HAM,” pungkasnya.

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/