30.6 C
Medan
Saturday, May 4, 2024

Eks Napi, Berdayakan Napi dan Kaum Marjinal

Foto: Pran Hasibuan/Sumut Pos
Wanda Syahputra (kiri) diabadikan bersama Kadis PPPA Provsu, Hj Nurlela dalam sebuah acara di Medan baru-baru ini.

SUMUTPOS.CO – Penjara adalah tempat di mana orang-orang menjalani hukuman dan dibatasi berbagai macam kebebasannya. Namun, dari pengalaman di balik jeruji besi itu pula terkadang banyak hikmah dan pelajaran yang didapat bagi insan yang menyadari akan kesalahannya di masa lalu.

=======================================

PRAN HASIBUAN, Medan

=======================================

SAAT mengalami periode sulit berada di rumah tahanan (rutan), banyak orang yang mudah stres, depresi atau bahkan kehilangan asa. Tapi tidak untuk seorang Wanda Syahputra, mantan narapidana yang kini sukses mengibarkan bendera Yayasan Inspirasi Bangsa yang ia dirikan.

Pengalaman pahit 1 tahun 10 bulan mendekam di Lapas Kabanjahe, menempa mental dan kepribadiannya sebagai insan yang bisa memberi manfaat bagi sesama, terkhusus eks narapidana dan kaum marjinal. Kehidupan dan waktu Wanda pun kini banyak ‘terkuras’ mengurusi masa depan mereka.

“Masa-masa itu awalnya saya merasa berada di titik kehancuran. Tapi dengan kenyataan yang ada, hidup saya bukan berarti berhenti di sini. Saya punya kehidupan di luar dan ada anak istri yang menanti,” katanya saat berbincang dengan Sumut Pos, di sela acara Gala Dinner dan Anniversary sebuah perusahaan perkakas di Kota Medan, di Hotel Four Point, Jalan Gatot Subroto Medan, Sabtu (24/2) malam.

Bahkan saat dirinya berada di dalam ‘pesantren’, sang istri Rini Sri Wahyuni tengah mengandung anak keduanya. Wanda memahami betul yang mengantarkan ia ke ‘lobang kehancuran’ karena perbuatan salah di masa lalu. “Selama di dalam saya lebih banyak evaluasi dan introspeksi diri. Lebih mendekatkan diri kepada Tuhan. Di situ saya juga mulai membuka mata hati, ternyata banyak hal-hal yang terjadi di rutan tidak terinfo ke dunia luar. Okelah kami ini mantan pelaku-pelaku kriminal, tapi setiap orang punya kesempatan kedua,” katanya.

Tekad untuk bangkit dari periode buruk ia buktikan dengan melakukan hal positif selama di dalam rutan. Wanda coba membuat beberapa tulisan, harapan dan keinginan setelah nanti kembali menghirup udara bebas. Namun, hukuman fisik ternyata lebih mudah dirasa ketimbang hukuman sosial.

Foto: Pran Hasibuan/Sumut Pos
Wanda Syahputra (kiri) diabadikan bersama Kadis PPPA Provsu, Hj Nurlela dalam sebuah acara di Medan baru-baru ini.

SUMUTPOS.CO – Penjara adalah tempat di mana orang-orang menjalani hukuman dan dibatasi berbagai macam kebebasannya. Namun, dari pengalaman di balik jeruji besi itu pula terkadang banyak hikmah dan pelajaran yang didapat bagi insan yang menyadari akan kesalahannya di masa lalu.

=======================================

PRAN HASIBUAN, Medan

=======================================

SAAT mengalami periode sulit berada di rumah tahanan (rutan), banyak orang yang mudah stres, depresi atau bahkan kehilangan asa. Tapi tidak untuk seorang Wanda Syahputra, mantan narapidana yang kini sukses mengibarkan bendera Yayasan Inspirasi Bangsa yang ia dirikan.

Pengalaman pahit 1 tahun 10 bulan mendekam di Lapas Kabanjahe, menempa mental dan kepribadiannya sebagai insan yang bisa memberi manfaat bagi sesama, terkhusus eks narapidana dan kaum marjinal. Kehidupan dan waktu Wanda pun kini banyak ‘terkuras’ mengurusi masa depan mereka.

“Masa-masa itu awalnya saya merasa berada di titik kehancuran. Tapi dengan kenyataan yang ada, hidup saya bukan berarti berhenti di sini. Saya punya kehidupan di luar dan ada anak istri yang menanti,” katanya saat berbincang dengan Sumut Pos, di sela acara Gala Dinner dan Anniversary sebuah perusahaan perkakas di Kota Medan, di Hotel Four Point, Jalan Gatot Subroto Medan, Sabtu (24/2) malam.

Bahkan saat dirinya berada di dalam ‘pesantren’, sang istri Rini Sri Wahyuni tengah mengandung anak keduanya. Wanda memahami betul yang mengantarkan ia ke ‘lobang kehancuran’ karena perbuatan salah di masa lalu. “Selama di dalam saya lebih banyak evaluasi dan introspeksi diri. Lebih mendekatkan diri kepada Tuhan. Di situ saya juga mulai membuka mata hati, ternyata banyak hal-hal yang terjadi di rutan tidak terinfo ke dunia luar. Okelah kami ini mantan pelaku-pelaku kriminal, tapi setiap orang punya kesempatan kedua,” katanya.

Tekad untuk bangkit dari periode buruk ia buktikan dengan melakukan hal positif selama di dalam rutan. Wanda coba membuat beberapa tulisan, harapan dan keinginan setelah nanti kembali menghirup udara bebas. Namun, hukuman fisik ternyata lebih mudah dirasa ketimbang hukuman sosial.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/