Pengunjung yang ingin mengetahui apa-apa tentang Cheng Ho juga dimanjakan dengan semacam arena peta raksasa. Seperti permainan ular tangga raksasa, pengunjung secara interaktif bisa mengikuti perjalanan ekspedisi Cheng Ho dari satu titik ke titik lainnya.
Tidak lupa, dibuat juga sebuah bangunan yang berisi lukisan, peta lama tentang galangan kapal, dan peralatan militer. Di antaranya sandal jerami pasukan marinir Dinasti Ming dan mortar yang digunakan sebagai senjata andalan.
Pada hari biasa, tidak banyak pengunjung yang datang. Mereka rata-rata warga Nanjing dan lebih banyak menggunakan taman tersebut untuk joging atau melewatkan waktu sore. ”Tempat ini bagus dan nyaman untuk menghabiskan waktu sore hari,” kata Pang You An, seorang pengunjung. ”Soal museumnya, sudah hafal semua. Karena nyaris tiap hari ke sini,” tambahnya.
Pang menambahkan bahwa dirinya bangga dengan Cheng Ho. Tapi bukan bangga secara khusus. Melainkan bangga laiknya kepada para tokoh besar Tiongkok lainnya.
Dari penjelasan yang ada di museum, galangan kapal Longjian sudah tidak digunakan sejak akhir Dinasti Ming. Setelah sebelumnya dibangun Dinasti Song pada 1129 dan mencapai puncaknya pada zaman Cheng Ho. Bahkan, galangan kapal itu terlupakan dan terkubur berabad-abad, tenggelam oleh kemajuan pembangunan Nanjing. Baru kemudian dihidupkan lagi setelah sejumlah warga menemukan banyak perkakas kapal di kolam yang airnya berasal dari Sungai Yangtze ini pada 2000-an. (*/c9/nw/jpg)
Pengunjung yang ingin mengetahui apa-apa tentang Cheng Ho juga dimanjakan dengan semacam arena peta raksasa. Seperti permainan ular tangga raksasa, pengunjung secara interaktif bisa mengikuti perjalanan ekspedisi Cheng Ho dari satu titik ke titik lainnya.
Tidak lupa, dibuat juga sebuah bangunan yang berisi lukisan, peta lama tentang galangan kapal, dan peralatan militer. Di antaranya sandal jerami pasukan marinir Dinasti Ming dan mortar yang digunakan sebagai senjata andalan.
Pada hari biasa, tidak banyak pengunjung yang datang. Mereka rata-rata warga Nanjing dan lebih banyak menggunakan taman tersebut untuk joging atau melewatkan waktu sore. ”Tempat ini bagus dan nyaman untuk menghabiskan waktu sore hari,” kata Pang You An, seorang pengunjung. ”Soal museumnya, sudah hafal semua. Karena nyaris tiap hari ke sini,” tambahnya.
Pang menambahkan bahwa dirinya bangga dengan Cheng Ho. Tapi bukan bangga secara khusus. Melainkan bangga laiknya kepada para tokoh besar Tiongkok lainnya.
Dari penjelasan yang ada di museum, galangan kapal Longjian sudah tidak digunakan sejak akhir Dinasti Ming. Setelah sebelumnya dibangun Dinasti Song pada 1129 dan mencapai puncaknya pada zaman Cheng Ho. Bahkan, galangan kapal itu terlupakan dan terkubur berabad-abad, tenggelam oleh kemajuan pembangunan Nanjing. Baru kemudian dihidupkan lagi setelah sejumlah warga menemukan banyak perkakas kapal di kolam yang airnya berasal dari Sungai Yangtze ini pada 2000-an. (*/c9/nw/jpg)