26.7 C
Medan
Tuesday, May 21, 2024

4 Pendemo Terbakar

Puluhan Ormas Islam Unjukrasa di Kantor Wali Kota Medan

MEDAN-Tubuh empat orang pendemo yang tergabung dalam aliansi ormas Islam terbakar, saat menyalakan api di tumpukan ban bekas yang sudah disirami dengan bensin, depan kantor Wali Kota Medan, Jumat (3/3) sekitar pukul 14.00 WIB.

Keempat pendemo Iwan dari Ormas Islam terbakar di bagian paha sampain
kaki, Sofyan aktivis mahasiswa Unimed  terbakar dibagian kaki, punggung serta tangan, Bayan  aktivis mahasiswa Unimed terbakar di bagian kaki kanan dan Rahman terbakar pada badan. Keempatnya selanjutnya diboyong ke Rumah Sakit Brimob Poldasu untuk mendapatkan perawatan.

Kejadin itu bermula saat puluhan pendemo mengikuti aksi unjuk rasa menuntut janji Wali Kota Medan, Rahudman Harahap untuk melaksanakan peletakan batu pertama pembangunan Masjid Al Ikhlas, di Jalan Jati 1 Maret lalu.

Saat aksi puluhan pendemo cekcok dengan Kapolek Medan Baru, Kompol Dony Alexander, yang melarang pendemo membakar ban. Namun, pendemo tidak mengindahkan larangan tersebut. Beberapa orang dari pendemo tetap bersikeras membakar ban bekas yang sudah ditumpukkan  tepat di depan gerbang kantor Walo Kita Medan. Ada delapan ban bekas yang sudah disiapkan pendemo.

Beberap pendemo kemudian menyiramkan bensin ke ban tersebut. Tanpa dikoordinir, tiba-tiba salah seorang pendemo menyulutkan api ke arah tumpukan ban yang sudah disirami dengan bensin. Akibatnya, beberapa orang yang masih berada di dekat tumpukan ban tersulut api termasuk Iwan, Sofyan, Bayan dan Rahman.

Keempatnya mencoba memadamkan api dengan berguling-guling dibantu teman-temannya yang lain. Bayan dan Rahman melepaskan jaket dan baju yang sudah terbakar. Sedangkan Iwan dan Sofyan tidak bisa memadamkan api karena baju dan celana sudah terbakar di seluruh tubuhnya.

Meski kondisi tubuhnya sudah terbakar, Sofyan tampak tetap bersemangat dan langsung meneriakkan Allah Akbar sebanyak dua kali. Teriakan itu disambut peserta demo lainnya.

Sementara itu, polisi yang berjaga langsung memadamkan api dengan racun api serta mengamankan sisa ban yang belum terbakar untuk menghindari kebakaran. Setidaknya ada enam ban yang diamankan ke dalam halaman parkir kantor Wali Kota Medan.

Tidak berapa lama setelah kejadian, perwakilan peserta demo dipersilahkan masuk ke dalam kantor Pemko Medan agar tuntutan bisa disampaikan langsung ke pejabat pemerintah. Namun karena Wali Kota Medan Rahudman Harahap, pejabat utama yang ingin ditemui peserta demo tidak ada, akhirnya peserta memilih keluar lagi dan tidak menyampaikan tuntutannya kepada Asisten Kesejahteraan Sosial Musadad dan Asisten Pemerintahan Umum Daudta Sinurat yang mewakili Wali Kota Medan.

“Kalau Wali Kota Medan tidak mau menjumpai kami, kami tidak mau ketemu dengan yang lainnya,” kata Ketua Aliansi Formas Islam Sumut, Loe Insar Adnan, sesaat setelah mendapat informasi bahwa Wali Kota Medan tidak bisa hadir karena sedang menjemput Sri Sultan Hamengku Buwono IX di ruang VIP Bandara Polonia Medan.

Menurutnya, alasan ketidakhadiran wali kota tersebut tidak bisa diterima sehingga harus diwakilkan kepada yang lain. Sebab Wali Kota Medan sudah berjanji dengan peserta demo untuk melakukan peletakan batu pertama di Masjid Al-Ikhlas Jalan Timor pada 1 Maret 2012. Namun hingga 2 Maret 2012, tidak ada realisasi apapun.

Massa melanjutkan aksinya ke Hotel Emerald Garden di Jalan Putri Hijau.
“Sebelum berangkat ke Emerald Garden untuk melanjutkan aksi, kami memberikan bingkisan satu ekor kura-kura untuk Wali Kota Medan Rahudman yang sudah membohongi kami,” jelasnya.

Sementara, ratusan personil gabungan dari Sabhara Polresta Meda, Satpol PP dan pegawai pemerintahan Pemko Medan dan petugas kepling melakukan pengamanan mengantisipasi aksi unjuk rasa besar-besaran yang dilakukan ratusan masa dari aliansi Ormas Islam sejak pukul 09.00 WIB.

Dengan membawa temeng dan pentungan, puluhan personel berbaris siaga di dalam pekarangan kantor Pemko Medan dibantu dua unit mobil rantis untuk memantau massa dilengkapi dengan CCTV dan satu unit mobil water canon milik Sabhara Polda Sumut, serta satu unit mobil pemdam kebakaran (damkar) milik Pemko Medan yang difungsikan untuk menyiram masa bila melakukan tindakan anarkis. Ditambahkan lagi mobil tahanan milik Polda Sumut juga distanbykan di lokasi.

Peletakan Batu Pertama Cuma Janji
Sementara rencana peletakan batu pertama pembangunan kembali Masjid Al Ikhlas di Jalan Timor No 23 Medan yang dijadwalkan 1 Maret 2012 belum terwujud. Hingga saat ini areal reruntuhan masjid masih dikelilingi pagar tembok bercat hijau.

“Peletakan batu pertama gagal karena Pemko Medan dan Pemprovsu tidak serius untuk menyelesaikan masalah ini dan bisa menimbulkan konflik berkepanjangan,” tegas Rafdinal SSos, Humas Panitia Pembangunan Kembali Masjid Al Ikhlas, didampingi Ketua Aliansi Ormas Islam, Drs Leo Imsar Adenan dan Ketua Forum Umat Islam Sumatera Utara, Ustad  Sudirman Timsar Zubil.

Padahal, tambah Rafdinal, sesuai pertemuan antara Muspida Plus, Pemko Medan, Pemprovsu, Kodam I/BB, MUI Sumut, anggota DPD RI DR Rahmat Shah, Forum Umat Islam dan Aliansi Ormas Islam  di Hotel Madani Medan telah disepakati, bahwa pembangunan kembali Masjid Al Ikhlas direncanakan paling lambat 1 Maret 2012.

“Aliansi Ormas Islam sudah dikecewakan. Bila dibiarkan berlarut-larut, maka kami akan melaporkan masalah ini kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono,” jelas Rafdinal.

Sementara itu,  Leo Imsar Adenan menyebutkan, pantia pembangunan kembali Masjid Al Ikhlas memang sudah terbentuk namun surat keputusan (SK) nya belum ditandatangani oleh unsur Muspida Plus atau Pemko Medan.
“Kami berharap agar Pemko Medan dan Pemprovsu benar-benar merealisasikan,” ujar Leo Imsar Adenan.

Pernyatan senada juga dilontarkan Ketua Umum Forum Umat Islam (FUI) Sumut, Ustad Sudirman Timsar Zubil. SK panitia pembangunan kembali Masjid Al Ikhlas agar segera dikeluarkan dan ditandatangani sehingga kepercayaan publik terhadap Pemko Medan dan Pemprovsu tidak hilang sama sekali. (adl/gus)

Puluhan Ormas Islam Unjukrasa di Kantor Wali Kota Medan

MEDAN-Tubuh empat orang pendemo yang tergabung dalam aliansi ormas Islam terbakar, saat menyalakan api di tumpukan ban bekas yang sudah disirami dengan bensin, depan kantor Wali Kota Medan, Jumat (3/3) sekitar pukul 14.00 WIB.

Keempat pendemo Iwan dari Ormas Islam terbakar di bagian paha sampain
kaki, Sofyan aktivis mahasiswa Unimed  terbakar dibagian kaki, punggung serta tangan, Bayan  aktivis mahasiswa Unimed terbakar di bagian kaki kanan dan Rahman terbakar pada badan. Keempatnya selanjutnya diboyong ke Rumah Sakit Brimob Poldasu untuk mendapatkan perawatan.

Kejadin itu bermula saat puluhan pendemo mengikuti aksi unjuk rasa menuntut janji Wali Kota Medan, Rahudman Harahap untuk melaksanakan peletakan batu pertama pembangunan Masjid Al Ikhlas, di Jalan Jati 1 Maret lalu.

Saat aksi puluhan pendemo cekcok dengan Kapolek Medan Baru, Kompol Dony Alexander, yang melarang pendemo membakar ban. Namun, pendemo tidak mengindahkan larangan tersebut. Beberapa orang dari pendemo tetap bersikeras membakar ban bekas yang sudah ditumpukkan  tepat di depan gerbang kantor Walo Kita Medan. Ada delapan ban bekas yang sudah disiapkan pendemo.

Beberap pendemo kemudian menyiramkan bensin ke ban tersebut. Tanpa dikoordinir, tiba-tiba salah seorang pendemo menyulutkan api ke arah tumpukan ban yang sudah disirami dengan bensin. Akibatnya, beberapa orang yang masih berada di dekat tumpukan ban tersulut api termasuk Iwan, Sofyan, Bayan dan Rahman.

Keempatnya mencoba memadamkan api dengan berguling-guling dibantu teman-temannya yang lain. Bayan dan Rahman melepaskan jaket dan baju yang sudah terbakar. Sedangkan Iwan dan Sofyan tidak bisa memadamkan api karena baju dan celana sudah terbakar di seluruh tubuhnya.

Meski kondisi tubuhnya sudah terbakar, Sofyan tampak tetap bersemangat dan langsung meneriakkan Allah Akbar sebanyak dua kali. Teriakan itu disambut peserta demo lainnya.

Sementara itu, polisi yang berjaga langsung memadamkan api dengan racun api serta mengamankan sisa ban yang belum terbakar untuk menghindari kebakaran. Setidaknya ada enam ban yang diamankan ke dalam halaman parkir kantor Wali Kota Medan.

Tidak berapa lama setelah kejadian, perwakilan peserta demo dipersilahkan masuk ke dalam kantor Pemko Medan agar tuntutan bisa disampaikan langsung ke pejabat pemerintah. Namun karena Wali Kota Medan Rahudman Harahap, pejabat utama yang ingin ditemui peserta demo tidak ada, akhirnya peserta memilih keluar lagi dan tidak menyampaikan tuntutannya kepada Asisten Kesejahteraan Sosial Musadad dan Asisten Pemerintahan Umum Daudta Sinurat yang mewakili Wali Kota Medan.

“Kalau Wali Kota Medan tidak mau menjumpai kami, kami tidak mau ketemu dengan yang lainnya,” kata Ketua Aliansi Formas Islam Sumut, Loe Insar Adnan, sesaat setelah mendapat informasi bahwa Wali Kota Medan tidak bisa hadir karena sedang menjemput Sri Sultan Hamengku Buwono IX di ruang VIP Bandara Polonia Medan.

Menurutnya, alasan ketidakhadiran wali kota tersebut tidak bisa diterima sehingga harus diwakilkan kepada yang lain. Sebab Wali Kota Medan sudah berjanji dengan peserta demo untuk melakukan peletakan batu pertama di Masjid Al-Ikhlas Jalan Timor pada 1 Maret 2012. Namun hingga 2 Maret 2012, tidak ada realisasi apapun.

Massa melanjutkan aksinya ke Hotel Emerald Garden di Jalan Putri Hijau.
“Sebelum berangkat ke Emerald Garden untuk melanjutkan aksi, kami memberikan bingkisan satu ekor kura-kura untuk Wali Kota Medan Rahudman yang sudah membohongi kami,” jelasnya.

Sementara, ratusan personil gabungan dari Sabhara Polresta Meda, Satpol PP dan pegawai pemerintahan Pemko Medan dan petugas kepling melakukan pengamanan mengantisipasi aksi unjuk rasa besar-besaran yang dilakukan ratusan masa dari aliansi Ormas Islam sejak pukul 09.00 WIB.

Dengan membawa temeng dan pentungan, puluhan personel berbaris siaga di dalam pekarangan kantor Pemko Medan dibantu dua unit mobil rantis untuk memantau massa dilengkapi dengan CCTV dan satu unit mobil water canon milik Sabhara Polda Sumut, serta satu unit mobil pemdam kebakaran (damkar) milik Pemko Medan yang difungsikan untuk menyiram masa bila melakukan tindakan anarkis. Ditambahkan lagi mobil tahanan milik Polda Sumut juga distanbykan di lokasi.

Peletakan Batu Pertama Cuma Janji
Sementara rencana peletakan batu pertama pembangunan kembali Masjid Al Ikhlas di Jalan Timor No 23 Medan yang dijadwalkan 1 Maret 2012 belum terwujud. Hingga saat ini areal reruntuhan masjid masih dikelilingi pagar tembok bercat hijau.

“Peletakan batu pertama gagal karena Pemko Medan dan Pemprovsu tidak serius untuk menyelesaikan masalah ini dan bisa menimbulkan konflik berkepanjangan,” tegas Rafdinal SSos, Humas Panitia Pembangunan Kembali Masjid Al Ikhlas, didampingi Ketua Aliansi Ormas Islam, Drs Leo Imsar Adenan dan Ketua Forum Umat Islam Sumatera Utara, Ustad  Sudirman Timsar Zubil.

Padahal, tambah Rafdinal, sesuai pertemuan antara Muspida Plus, Pemko Medan, Pemprovsu, Kodam I/BB, MUI Sumut, anggota DPD RI DR Rahmat Shah, Forum Umat Islam dan Aliansi Ormas Islam  di Hotel Madani Medan telah disepakati, bahwa pembangunan kembali Masjid Al Ikhlas direncanakan paling lambat 1 Maret 2012.

“Aliansi Ormas Islam sudah dikecewakan. Bila dibiarkan berlarut-larut, maka kami akan melaporkan masalah ini kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono,” jelas Rafdinal.

Sementara itu,  Leo Imsar Adenan menyebutkan, pantia pembangunan kembali Masjid Al Ikhlas memang sudah terbentuk namun surat keputusan (SK) nya belum ditandatangani oleh unsur Muspida Plus atau Pemko Medan.
“Kami berharap agar Pemko Medan dan Pemprovsu benar-benar merealisasikan,” ujar Leo Imsar Adenan.

Pernyatan senada juga dilontarkan Ketua Umum Forum Umat Islam (FUI) Sumut, Ustad Sudirman Timsar Zubil. SK panitia pembangunan kembali Masjid Al Ikhlas agar segera dikeluarkan dan ditandatangani sehingga kepercayaan publik terhadap Pemko Medan dan Pemprovsu tidak hilang sama sekali. (adl/gus)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/