Kemudian untuk program sertifikasi tenaga pendidik yang diberlakukan pemerintah baik terhadap guru ataupun dosen, GMNI menilai juga menjadi salah satu program yang kerap jadi gunjingan publik saat ini. Hal ini pun diakibatkan banyaknya fakta yang ditemukan di lapangan yang menyalahgunakan program sertifikasi sebagai jalur untuk meningkatkan gaji ataupun tunjangan kinerja bagi para tenaga pengajar.
“Padahal seyogyanya, sertifikasi itu digunakan sebagai jalur untuk meningkatkan kualitas tenaga pendidik bukan untuk meningkatkan gaji ataupun tunjangan mereka. Sebab kondisi kualitas pendidikan di Sumut khususnya saat ini, masih kalah saing dengan provinsi lainnya,” kata Evan.
Selain melakukan rangkaian orasi, dalam demontrasi tersebut mereka juga membacakan puisi dan meminta langsung bertemu Gubsu Erry Nuradi. Perwakilan Gubsu melalui Plt Kadisnaker Sumut, Frans Bangun ditolak massa lantaran dianggap tak kompeten menyikapi aspirasi mereka. Amatan Sumut Pos, suasana unjuk rassa semakin riuh ketika kelompok dari Gerakan Rakyat Melawan Sumatera Utara (Geramsu) bergabung dengan GMNI. Satuan kepolisian dan Satpol PP Pemprovsu pun tampak kian meningkatkan barisan dengan membangun blokade dihadapan massa. Meski suasana riuh dan semakin panas, aksi tersebut berjalan tertib dan damai. Tidak terjadi bentuk intimidasi dan anarkisme apapun. Puluhan massa GMNI pun lantas melanjutkan konvoi ke arah kantor Wali Kota Medan, Jl. Kapten Maulana Lubis.
Sementara itu, usai menggelar upacara memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) di sekolah, sesama siswa SMA Negeri 2 Medan terlibat tawuran di Jalan Brigjen Katamso, Kampung Baru, Medan, Rabu (2/5) sekira pukul 11.30 WIB.
Perkelahian antarsiswa kelas 10 dan 11 itu bermula ketika beberapa orang anak-anak kelas 10 berniat makan di salah satu warung nasi di Jalan Brigjen Katamso, tak jauh dari sekolah SMP Negeri 2 Medan usai menggelar upacara Hardiknas.
Kemudian untuk program sertifikasi tenaga pendidik yang diberlakukan pemerintah baik terhadap guru ataupun dosen, GMNI menilai juga menjadi salah satu program yang kerap jadi gunjingan publik saat ini. Hal ini pun diakibatkan banyaknya fakta yang ditemukan di lapangan yang menyalahgunakan program sertifikasi sebagai jalur untuk meningkatkan gaji ataupun tunjangan kinerja bagi para tenaga pengajar.
“Padahal seyogyanya, sertifikasi itu digunakan sebagai jalur untuk meningkatkan kualitas tenaga pendidik bukan untuk meningkatkan gaji ataupun tunjangan mereka. Sebab kondisi kualitas pendidikan di Sumut khususnya saat ini, masih kalah saing dengan provinsi lainnya,” kata Evan.
Selain melakukan rangkaian orasi, dalam demontrasi tersebut mereka juga membacakan puisi dan meminta langsung bertemu Gubsu Erry Nuradi. Perwakilan Gubsu melalui Plt Kadisnaker Sumut, Frans Bangun ditolak massa lantaran dianggap tak kompeten menyikapi aspirasi mereka. Amatan Sumut Pos, suasana unjuk rassa semakin riuh ketika kelompok dari Gerakan Rakyat Melawan Sumatera Utara (Geramsu) bergabung dengan GMNI. Satuan kepolisian dan Satpol PP Pemprovsu pun tampak kian meningkatkan barisan dengan membangun blokade dihadapan massa. Meski suasana riuh dan semakin panas, aksi tersebut berjalan tertib dan damai. Tidak terjadi bentuk intimidasi dan anarkisme apapun. Puluhan massa GMNI pun lantas melanjutkan konvoi ke arah kantor Wali Kota Medan, Jl. Kapten Maulana Lubis.
Sementara itu, usai menggelar upacara memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) di sekolah, sesama siswa SMA Negeri 2 Medan terlibat tawuran di Jalan Brigjen Katamso, Kampung Baru, Medan, Rabu (2/5) sekira pukul 11.30 WIB.
Perkelahian antarsiswa kelas 10 dan 11 itu bermula ketika beberapa orang anak-anak kelas 10 berniat makan di salah satu warung nasi di Jalan Brigjen Katamso, tak jauh dari sekolah SMP Negeri 2 Medan usai menggelar upacara Hardiknas.