
Sementara itu, Kepala Kantor SAR Medan Budiawan mengatakan, Tim SAR sudah melakukan musyawarah dengan keluarga korban pada Minggu (2/7) soal penghentian pencarian korban tenggelam. Meski dengan perdebatan panjang, kata Budiawan, keluarga korban akhirnya pasrah.
“Kita sudah musyawarah, baik dengan keluarga korban dan pihak Pemkab Simalungun. Ada kesepakatan untuk mengikhlaskan korban yang masih hilang,” ujar Budiawan, Senin (2/7).
Kemudian, lanjut dia, keluarga juga sepakat dengan opsi dari Tim SAR untuk melakukan tabur bunga di Danau Toba. Pemkab Simalungun juga berjanji akan membuatkan monumen KM Sinar Bangun. Monumen itu akan berbentuk kapal, dengan nama dan tanggal lahir para korban.
“Pemkab Simalungun juga menjanjikan bantuan sebesar Rp2 juta per orang. Selain Pemkab, Kementrian Sosial juga memberikan bantuan Rp15 juta, ditambah bantuan dari Jasa Raharja,” kata Budiawan.
Sementara, pihak keluarga kebanyakan sudah ikhlas. Menurut salah seorang keluarga korban, Lasma, jikapun diangkat, bisa saja tubuh para korban bisa lepas dan tidak utuh lagi, karena posisi korban sudah terlalu lama di dalam air. “Lebih baik ini dihentikan saja. Kami juga gak tega lihat jasad anak kami kalau tidak utuh,” kata Lasma, yang kehilangan putrinya dalam tragedi itu.
Sri Santika, salah satu korban selamat sempat tidak setuju karena operasi akan dihentikan. Apalagi sebelumnya sudah ada temuan di dasar danau yang memastikan itu adalah KM Sinar Bangun.
Sri yang sedang berbadan dua kehilangan suaminya. Dia begitu terpukul sehingga terus meminta agar Tim SAR melakukan pencarian.
“Kalau ditanya pasti gak setuju. Tapi maunya dicari lah lagi. Saya tetap berharap suami dan teman-teman saya bisa ditemukan,” harapnya.
Lambok Simanjuntak, warga Tebingtinggi meminta hal yang sama, agar pencarian korban terus dilanjutkan. “Kami berharap jenazah keluarga kami masih bisa ditemukan. Kami berharap pencarian terus dilakukan,” ujarnya yang kehilangan mertuanya, Ramli Simbolon (57) PNS yang bertugas di Kantor Bappeda Kabupaten Sergai, dan adik iparnya, Piter Simbolon (23) yang baru menyelesaikan wisuda di Perguruan Tinggi di Kota Pematang Siantar. (gus/ian/ana/esa/ila)