25.6 C
Medan
Saturday, May 4, 2024

Ratna Sarumpaet Disebut Jadi Korban Penganiayaan

jawa pos
DIALOG: Ratna Sarumpaet saat berdialog dengan sejumlah masyarakat beberapa waktu lalu.

JAKARTA,SUMUTPOS.CO – Seniman panggung dan aktivis hak asasi manusia (HAM) Ratna Sarumpaet, dikabarkan menjadi korban penganiayaan. Ratna dianiaya oleh kekelompok orang pada Senin (1/10) petang.

Informasi di jejaring sosial menyebutkan, Ratna masih dirawat di rumah sakit. Foto yang beredar memperlihatkan perempuan mirip Ratna, mengenakan baju pasien, tengah terduduk dengan wajah lebam.

Kedua matanya tampak lebam. Foto itu juga beredar di sejumlah grup WhatsApp. Laman RMOL (Grup Sumut Pos) yang menghubungi kolega dekat Ratna, membenarkan soal insiden penganiayaan itu. Menurutnya, Ratna kini masih dalam kondisi trauma.

Sementara Polda Jawa Barat, langsung bergerak cepat menindaklanjuti kabar penganiayaan yang dialami Ratna di Bandung, belum lama ini.

Bahkan, pengecekan dilakukan terhadap puluhan rumah sakit dan Bandara Husein Sastranegara Bandung, untuk mengetahui apakah ada Ratna dirawat atau akan melakukan penerbangan.

Kadiv Humas Polri, Irjen Setyo Wasisto mengatakan, setidaknya ada 22 rumah sakit dan satu Puskesmas di Bandung yang didatangi polisi. Terhadap seluruh rumah sakit dan Puskesmas, tidak didapati nama Ratna Sarumpaet sebagai pasien untuk dirawat.

“Polda Jabar sudah melakukan penyelidikan dan hasilnya nihil,” kata Setyo, Selasa (2/10).

Tak hanya itu, pengecekan di bandara juga dilakukan sedetail mungkin. Menurut Setyo, anggota Polda Jabar mengecek ke pos satu hingga 4 di bandara.

Lalu menanyakan juga ke pihak Angkasa Pura, seluruh sopir taksi, tukang parkir, dan porter bandara. Hasilnya, dalam pengecekan itu juga tak didapati nama Ratna atau sosok dirinya di sana.

Anggota Polda Jabar bahkan mengecek seluruh manifes penerbangan, baik kedatangan atau keberangkatan, untuk mencari nama Ratna, apakah benar ada di bandara pada 21 September lalu. Namun, hasilnya sama, nama Ratna tak ditemukan.

Ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) di DPR RI Jazuli Juwaini, prihatin atas musibah yang menimpa Ratna.

Jika informasi yang beredar ternyata benar, maka Jazuli meminta aparat penegak hukum menindak tegas upaya-upaya persekusi yang dilakukan oleh siapa pun.

Ia menegaskan, siapa pun aktor intelektualnya harus ditangkap, supaya bisa terungkap apa motif di balik dugaan penganiayaan itu.

“Apalagi kita sekarang kan menjelang pilpres. Kita sudah sepakat menjaga kebhinekaan dan kebersamaan,” ungkap Jazuli di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Selasa (2/10).

Ia mengatakan, persekusi itu bagian dari perusak kebhinekaan sesungguhnya. Karena itu, tegas Jazuli, siapa pun tidak boleh melakukan perbuatan tersebut.

“Karakter demokrasi itu adalah kita harus bisa menerima perbedaan, termasuk perbedaan pilihan,” tegasnya.

Jazuli mengatakan, kalau orang berbeda pilihan tidak dapat ruang, dan kemudian ada pihak-pihak gelap yang memperkusi, maka hal ini berarti upaya besar membunuh demokrasi itu sendiri.

“Itu tidak boleh di zaman modern ini terjadi,” ungkap anggota Komisi I DPR Dapil Banten ini.

Lebih lanjut Jazuli meminta, aparat harus bisa menciptakan rasa aman dan nyaman kepada seluruh warga dan rakyat Indoensia. Termasuk kepada orang yang vokal memberikan kritik. Kalau mereka salah, silakan diproses hukum sesuai dengan undang-undang yang berlaku.

“Katanya negara kita ini negara hukum. Kalau negara hukum, berarti tidak boleh main hakim sendiri, orang dibikin babak belur sendiri. Kami tidak menuduh siapa yang melakukan, karena itu kewenangan dan kewajiban aparat untuk mengungkap siapa,” jelasnya.

Namun, Jazuli juga menjelaskan, ada beberapa kasus begitu cepat terungkap siapa pela kunya. Ada beberapa kasus begitu lama, dengan alasan hati-hati dalam mengungkapnya.

“Memang harus hati-hati, tidak boleh salah. Tapi penanganan itu harus sama, karena kalau ini terus berlarut, berdampak secara sosial dalam kehidupan masyarakat,” pungkasnya. (dem/rmol/jpg/cuy/boy/jpnn/saz)

jawa pos
DIALOG: Ratna Sarumpaet saat berdialog dengan sejumlah masyarakat beberapa waktu lalu.

JAKARTA,SUMUTPOS.CO – Seniman panggung dan aktivis hak asasi manusia (HAM) Ratna Sarumpaet, dikabarkan menjadi korban penganiayaan. Ratna dianiaya oleh kekelompok orang pada Senin (1/10) petang.

Informasi di jejaring sosial menyebutkan, Ratna masih dirawat di rumah sakit. Foto yang beredar memperlihatkan perempuan mirip Ratna, mengenakan baju pasien, tengah terduduk dengan wajah lebam.

Kedua matanya tampak lebam. Foto itu juga beredar di sejumlah grup WhatsApp. Laman RMOL (Grup Sumut Pos) yang menghubungi kolega dekat Ratna, membenarkan soal insiden penganiayaan itu. Menurutnya, Ratna kini masih dalam kondisi trauma.

Sementara Polda Jawa Barat, langsung bergerak cepat menindaklanjuti kabar penganiayaan yang dialami Ratna di Bandung, belum lama ini.

Bahkan, pengecekan dilakukan terhadap puluhan rumah sakit dan Bandara Husein Sastranegara Bandung, untuk mengetahui apakah ada Ratna dirawat atau akan melakukan penerbangan.

Kadiv Humas Polri, Irjen Setyo Wasisto mengatakan, setidaknya ada 22 rumah sakit dan satu Puskesmas di Bandung yang didatangi polisi. Terhadap seluruh rumah sakit dan Puskesmas, tidak didapati nama Ratna Sarumpaet sebagai pasien untuk dirawat.

“Polda Jabar sudah melakukan penyelidikan dan hasilnya nihil,” kata Setyo, Selasa (2/10).

Tak hanya itu, pengecekan di bandara juga dilakukan sedetail mungkin. Menurut Setyo, anggota Polda Jabar mengecek ke pos satu hingga 4 di bandara.

Lalu menanyakan juga ke pihak Angkasa Pura, seluruh sopir taksi, tukang parkir, dan porter bandara. Hasilnya, dalam pengecekan itu juga tak didapati nama Ratna atau sosok dirinya di sana.

Anggota Polda Jabar bahkan mengecek seluruh manifes penerbangan, baik kedatangan atau keberangkatan, untuk mencari nama Ratna, apakah benar ada di bandara pada 21 September lalu. Namun, hasilnya sama, nama Ratna tak ditemukan.

Ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) di DPR RI Jazuli Juwaini, prihatin atas musibah yang menimpa Ratna.

Jika informasi yang beredar ternyata benar, maka Jazuli meminta aparat penegak hukum menindak tegas upaya-upaya persekusi yang dilakukan oleh siapa pun.

Ia menegaskan, siapa pun aktor intelektualnya harus ditangkap, supaya bisa terungkap apa motif di balik dugaan penganiayaan itu.

“Apalagi kita sekarang kan menjelang pilpres. Kita sudah sepakat menjaga kebhinekaan dan kebersamaan,” ungkap Jazuli di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Selasa (2/10).

Ia mengatakan, persekusi itu bagian dari perusak kebhinekaan sesungguhnya. Karena itu, tegas Jazuli, siapa pun tidak boleh melakukan perbuatan tersebut.

“Karakter demokrasi itu adalah kita harus bisa menerima perbedaan, termasuk perbedaan pilihan,” tegasnya.

Jazuli mengatakan, kalau orang berbeda pilihan tidak dapat ruang, dan kemudian ada pihak-pihak gelap yang memperkusi, maka hal ini berarti upaya besar membunuh demokrasi itu sendiri.

“Itu tidak boleh di zaman modern ini terjadi,” ungkap anggota Komisi I DPR Dapil Banten ini.

Lebih lanjut Jazuli meminta, aparat harus bisa menciptakan rasa aman dan nyaman kepada seluruh warga dan rakyat Indoensia. Termasuk kepada orang yang vokal memberikan kritik. Kalau mereka salah, silakan diproses hukum sesuai dengan undang-undang yang berlaku.

“Katanya negara kita ini negara hukum. Kalau negara hukum, berarti tidak boleh main hakim sendiri, orang dibikin babak belur sendiri. Kami tidak menuduh siapa yang melakukan, karena itu kewenangan dan kewajiban aparat untuk mengungkap siapa,” jelasnya.

Namun, Jazuli juga menjelaskan, ada beberapa kasus begitu cepat terungkap siapa pela kunya. Ada beberapa kasus begitu lama, dengan alasan hati-hati dalam mengungkapnya.

“Memang harus hati-hati, tidak boleh salah. Tapi penanganan itu harus sama, karena kalau ini terus berlarut, berdampak secara sosial dalam kehidupan masyarakat,” pungkasnya. (dem/rmol/jpg/cuy/boy/jpnn/saz)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/