30 C
Medan
Saturday, October 12, 2024
spot_img

Siswa Junior Muntah Darah Dianiaya Senior

Foto: Well/PM  Ismail Saleh Nasution, siswa junior yang dianiaya kakak kelasnya di SMK SPAN, dirawat di rumah sakit.
Foto: Well/PM
Ismail Saleh Nasution, siswa junior yang dianiaya kakak kelasnya di SMK SPAN, dirawat di rumah sakit.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Aksi kekerasan kembali mewarnai dunia pendidikan. Kali ini, siswa junior SMK SPAN (Sekolah Penerbangan Angkasa Nasional) Jalan SM. Raja/Jalan Paduan Tenaga No. 12, Medan Maimun, muntah darah setelah dianiaya kakak kelasnya.

Korbannya Ismail Saleh Nasution (15), warga Jalan Pukat Banting V No. 1, Mandala. Atas kejadian itu, Ismail diopname di ruang Syafa VII RS Haji Medan.

Informasi dihimpun, aksi kekerasan tersebut terjadi sejak Ismail baru bersekolah di SMK SPAN, Juni lalu. Aksi kekerasan para senior itu terjadi saat jam istirahat. Ketika para guru keluar dari ruang kelas, para kakak kelas korban masuk ke dalam kelas dan meminta siswa kelas I untuk tidak keluar dari kelas walau jam beristirahat.

“Sudah sering bang, mulai siswa baru masuklah kami dipukulin di kelas waktu jam istirahat. Kami semua dipukulin satu-satu di bagian dada sama perut. Hampir setiap hari bang,” kata Ismail yang masih menjalani perawatan di RS Haji.

Tindak kekerasan dalam sekolah itu terkuak setelah Ismail bercerita pada kakaknya Nurma Safrida (24). Pada 28 September baru lalu, Nurma curiga dengan sikap adiknya yang cenderung pendiam dan terkesan suka menyendiri.

Nurma pun meminta Ismail untuk bercerita. Mendengar cerita Ismail, kakaknya langsung emosi. Pasalnya, adik kesayangannya itu menderita sakit di perut dan di dada akibat dipukuli kakak kelasnya di sekolah.

Ismail pun langsung dibawa ke RS Haji. “Takut kenapa-kenapa,” kata Nurma.

Ismail mengaku, aksi kekerasan di SMK SPAN tak hanya dideritanya. Rekan-rekan sekelasnya juga mengalami perlakuan serupa. ” Bergantian kami dipukulin satu per satu,” katanya

Malah menurut Ismail, apa yang ia alami belum ada apa-apanya dibanding rekan-rekannya yang pernah patah tulang bahkan hingga muntah darah. “Kawanku ada yang sampai patah tulang dan muntah darah. Cuma mereka memilih diam aja mungkin karena takut melapor,” kata Ismail.

Apa alasan para senior memukul junior, Ismail mengatakan, dalihnya untuk menguji fisik para siswa baru agar tak lemah. “Kata senior supaya latihan fisik,” terang Ismail.

Selain aksi kekerasan, ancaman akan dibunuh juga kerap mengemuka, jika ada yang menceritakan kegiatan penganiayaan tersebut. Biasanya, ancaman diberikan usai aksi pemukulan. “Ada senior namanya Adnan Buyung dan Nazaruddin. Mereka selalu mengancam, katanya keluarga kami atau siapapun tak boleh tahu,” terang Ismail yang di lengannya masih melekat selang infus.

Pihak keluarga Ismael sudah mencoba mempertanyakan soal aksi kekerasan tersebut ke pihak SMK SPAN. Tetapi, pihak sekolah terkesan melakukan pembiaran. “Kata oihak sekolah itu latihan fisik. Kayaknya memang sengaja dibiarkan main pukul di sekolah itu. Kami tak terimalah, kami akan teruskan ke jalur hukum. Karena adik saya sampai harus opname,” kata Nurma yang mengatakan akan membuat laporan ke Polisi jika kondisi adiknya Ismail sudah benar-benar pulih dan bisa dimintai keterangan. (wel/bd)

Foto: Well/PM  Ismail Saleh Nasution, siswa junior yang dianiaya kakak kelasnya di SMK SPAN, dirawat di rumah sakit.
Foto: Well/PM
Ismail Saleh Nasution, siswa junior yang dianiaya kakak kelasnya di SMK SPAN, dirawat di rumah sakit.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Aksi kekerasan kembali mewarnai dunia pendidikan. Kali ini, siswa junior SMK SPAN (Sekolah Penerbangan Angkasa Nasional) Jalan SM. Raja/Jalan Paduan Tenaga No. 12, Medan Maimun, muntah darah setelah dianiaya kakak kelasnya.

Korbannya Ismail Saleh Nasution (15), warga Jalan Pukat Banting V No. 1, Mandala. Atas kejadian itu, Ismail diopname di ruang Syafa VII RS Haji Medan.

Informasi dihimpun, aksi kekerasan tersebut terjadi sejak Ismail baru bersekolah di SMK SPAN, Juni lalu. Aksi kekerasan para senior itu terjadi saat jam istirahat. Ketika para guru keluar dari ruang kelas, para kakak kelas korban masuk ke dalam kelas dan meminta siswa kelas I untuk tidak keluar dari kelas walau jam beristirahat.

“Sudah sering bang, mulai siswa baru masuklah kami dipukulin di kelas waktu jam istirahat. Kami semua dipukulin satu-satu di bagian dada sama perut. Hampir setiap hari bang,” kata Ismail yang masih menjalani perawatan di RS Haji.

Tindak kekerasan dalam sekolah itu terkuak setelah Ismail bercerita pada kakaknya Nurma Safrida (24). Pada 28 September baru lalu, Nurma curiga dengan sikap adiknya yang cenderung pendiam dan terkesan suka menyendiri.

Nurma pun meminta Ismail untuk bercerita. Mendengar cerita Ismail, kakaknya langsung emosi. Pasalnya, adik kesayangannya itu menderita sakit di perut dan di dada akibat dipukuli kakak kelasnya di sekolah.

Ismail pun langsung dibawa ke RS Haji. “Takut kenapa-kenapa,” kata Nurma.

Ismail mengaku, aksi kekerasan di SMK SPAN tak hanya dideritanya. Rekan-rekan sekelasnya juga mengalami perlakuan serupa. ” Bergantian kami dipukulin satu per satu,” katanya

Malah menurut Ismail, apa yang ia alami belum ada apa-apanya dibanding rekan-rekannya yang pernah patah tulang bahkan hingga muntah darah. “Kawanku ada yang sampai patah tulang dan muntah darah. Cuma mereka memilih diam aja mungkin karena takut melapor,” kata Ismail.

Apa alasan para senior memukul junior, Ismail mengatakan, dalihnya untuk menguji fisik para siswa baru agar tak lemah. “Kata senior supaya latihan fisik,” terang Ismail.

Selain aksi kekerasan, ancaman akan dibunuh juga kerap mengemuka, jika ada yang menceritakan kegiatan penganiayaan tersebut. Biasanya, ancaman diberikan usai aksi pemukulan. “Ada senior namanya Adnan Buyung dan Nazaruddin. Mereka selalu mengancam, katanya keluarga kami atau siapapun tak boleh tahu,” terang Ismail yang di lengannya masih melekat selang infus.

Pihak keluarga Ismael sudah mencoba mempertanyakan soal aksi kekerasan tersebut ke pihak SMK SPAN. Tetapi, pihak sekolah terkesan melakukan pembiaran. “Kata oihak sekolah itu latihan fisik. Kayaknya memang sengaja dibiarkan main pukul di sekolah itu. Kami tak terimalah, kami akan teruskan ke jalur hukum. Karena adik saya sampai harus opname,” kata Nurma yang mengatakan akan membuat laporan ke Polisi jika kondisi adiknya Ismail sudah benar-benar pulih dan bisa dimintai keterangan. (wel/bd)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/