29 C
Medan
Thursday, May 23, 2024

Perang Antarlorong di Belawan jadi Tradisi

Berulang Sejak 1960-an

MEDAN-Perang antarlorong di Belawan bukanlah peristiwa baru bagi kalangan masyarakat yang bermukim di wilayah pantai utara Kota Medan. Pasalnya, perang antarlorong sudah ada sejak tahun 60-an. Dan, hal itu sudah seperti tradisi bagi mereka.

Namun, latar belakang dan permasalahan yang menjadikan perang antarlorong marak tidak diketahui secara jelas. “Dari tahun 60-an saya sudah tinggal disini, perang sudah ada jadi ini sudah seperti tradisi, sejak itu saya saja heran apa motif perang ini,” kata Buyung seorang wargan

Bahkan, kata pria berusia lebih dari setengah abad ini, berbagai upaya perdamaian sudah sering dilakukan guna mendamaikan kedua belah pihak. “Potong kambing, lembu dan kerbau sudah disini dilakukan untuk mendamaikan mereka  potong Unta aja yang belum, tapi tetap saja perang,” katanya lagi.

Mengingat perang yang terjadi merupakan bentuk perang-perang terdahulu, warga menyikapi kejadi Minggu dini hari itu sebagai sesuatu yang biasa saja. “Jadi perang tadi malam tidak membuat warga di sini heran lagi, walaupun sudah ada korban jiwa,” beber dia.

Meski begitu, situasi pascabentrokan berdarah di Jalan TM Pahlawan Kelurahan Belawan I Kecamatan Medan Belawan, yang menewaskan seorang warga dan menghanguskan dua bangunan rumah tetap saja mencekam. Puluhan personel kepolisian dan TNI, Minggu (3/6) sore sekira pukul 18.15 WIB, melakukan pengawalan terhadap prosesi pemakaman, Suryadi alias Bege (21) warga Gudang Arang Lorong Bakti, Belawan yang dikebumikan di sekitar lokasi bentrokan. Hal ini dilakukan guna mengantisipasi terjadinya penyerangan susulan pada saat penguburan. Sebelumnya, anak dari seorang nazir masjid ini tewas setelah dianiaya sekelompok pemuda.

Pantauan Sumut Pos di Belawan, jenazah, Suryadi tiba di rumah duka sekira pukul 18.00 WWIB dengan di angkut mobil ambulan milik salah satu organisasi kemasyarakatan di Belawan. Setelah disalatkan, jenazah korban lantas dikebumikan di Jalan TM Pahlawan, Belawan. “Kami serahkan dan percayakan kasus ini sama polisi untuk mengungkapnya, begitupun keluarga tetap berharap supaya pelaku segera ditangkap,” ujar, paman korban yang tak mau ditulis namanya ini.

Kasat Reskrim Polres Pelabuhan Belawan, AKP Hamam Wahyudi ketika dikonfirmasi mengatakan, pihaknya masih melakukan proses penyelidikan terkait peristiwa pembakaran rumah dan tewasnya seorang warga.”Kasusnya masih kita selidiki, empat orang saksi dari pihak korban sudah kita mintai keterangannya. Dan untuk pelaku masih kita selidiki, ada satu nama yang sudah kita curigai tapi belum bisa kita publikasikan,” terang Hamam.

Terpisah, Camat Belawan, Andy Syukur Harahap ketika dihubungi menuturkan, pihak kecamatan, kelurahan dan kepling bersama warga hingga Minggu dini hari ikut serta membantu aparat kepolisian dalam melakukan pengamanan.”Tadi malam saya langsung turun, kita menghimbau kepada kedua belah pihak untuk saling menahan diri,” tegasnya.

Pengangguran dan Narkoba Diduga jadi pemicu

Forum Komunikasi Masyarakat Belawan (Formabem) menuturkan, kepadatan penduduk serta banyaknya pengangguran diduga menjadi pemicu terjadinya pertikaian antarwarga di Belawan.
“Jadi bentrokan antarwarga ini sudah seperti tradisi, selain kepadatan penduduk, jumlah pengangguran yang sulit teratasi juga menjadi pemicu keributan,” kata, Asril Melayu Koordinator Penghubung Formabem.

Selain dua hal yang menjadi penyebab, Asril menduga maraknya peredaran yang terjadi disekitar pinggiran pantai juga menjadi akibat dari hilangnya moralitas warga untuk menghargai satu sama lain.

“Diduga peredaran norkoba maupun minuman keras juga jadi penyebab utama, bahkan warga yang terlibat bentrokan umumnya berani dan tidak merasa takut setelah mengkonsumsinya. Dan ini mesti diselidiki oleh aparat penegak hukum, karena bukan tidak mungkin jalur pinggiran pantai dimanfaatkan oknum tertentu untuk memasok barang terlarang,” tuturnya. (mag-17/uma)

Berulang Sejak 1960-an

MEDAN-Perang antarlorong di Belawan bukanlah peristiwa baru bagi kalangan masyarakat yang bermukim di wilayah pantai utara Kota Medan. Pasalnya, perang antarlorong sudah ada sejak tahun 60-an. Dan, hal itu sudah seperti tradisi bagi mereka.

Namun, latar belakang dan permasalahan yang menjadikan perang antarlorong marak tidak diketahui secara jelas. “Dari tahun 60-an saya sudah tinggal disini, perang sudah ada jadi ini sudah seperti tradisi, sejak itu saya saja heran apa motif perang ini,” kata Buyung seorang wargan

Bahkan, kata pria berusia lebih dari setengah abad ini, berbagai upaya perdamaian sudah sering dilakukan guna mendamaikan kedua belah pihak. “Potong kambing, lembu dan kerbau sudah disini dilakukan untuk mendamaikan mereka  potong Unta aja yang belum, tapi tetap saja perang,” katanya lagi.

Mengingat perang yang terjadi merupakan bentuk perang-perang terdahulu, warga menyikapi kejadi Minggu dini hari itu sebagai sesuatu yang biasa saja. “Jadi perang tadi malam tidak membuat warga di sini heran lagi, walaupun sudah ada korban jiwa,” beber dia.

Meski begitu, situasi pascabentrokan berdarah di Jalan TM Pahlawan Kelurahan Belawan I Kecamatan Medan Belawan, yang menewaskan seorang warga dan menghanguskan dua bangunan rumah tetap saja mencekam. Puluhan personel kepolisian dan TNI, Minggu (3/6) sore sekira pukul 18.15 WIB, melakukan pengawalan terhadap prosesi pemakaman, Suryadi alias Bege (21) warga Gudang Arang Lorong Bakti, Belawan yang dikebumikan di sekitar lokasi bentrokan. Hal ini dilakukan guna mengantisipasi terjadinya penyerangan susulan pada saat penguburan. Sebelumnya, anak dari seorang nazir masjid ini tewas setelah dianiaya sekelompok pemuda.

Pantauan Sumut Pos di Belawan, jenazah, Suryadi tiba di rumah duka sekira pukul 18.00 WWIB dengan di angkut mobil ambulan milik salah satu organisasi kemasyarakatan di Belawan. Setelah disalatkan, jenazah korban lantas dikebumikan di Jalan TM Pahlawan, Belawan. “Kami serahkan dan percayakan kasus ini sama polisi untuk mengungkapnya, begitupun keluarga tetap berharap supaya pelaku segera ditangkap,” ujar, paman korban yang tak mau ditulis namanya ini.

Kasat Reskrim Polres Pelabuhan Belawan, AKP Hamam Wahyudi ketika dikonfirmasi mengatakan, pihaknya masih melakukan proses penyelidikan terkait peristiwa pembakaran rumah dan tewasnya seorang warga.”Kasusnya masih kita selidiki, empat orang saksi dari pihak korban sudah kita mintai keterangannya. Dan untuk pelaku masih kita selidiki, ada satu nama yang sudah kita curigai tapi belum bisa kita publikasikan,” terang Hamam.

Terpisah, Camat Belawan, Andy Syukur Harahap ketika dihubungi menuturkan, pihak kecamatan, kelurahan dan kepling bersama warga hingga Minggu dini hari ikut serta membantu aparat kepolisian dalam melakukan pengamanan.”Tadi malam saya langsung turun, kita menghimbau kepada kedua belah pihak untuk saling menahan diri,” tegasnya.

Pengangguran dan Narkoba Diduga jadi pemicu

Forum Komunikasi Masyarakat Belawan (Formabem) menuturkan, kepadatan penduduk serta banyaknya pengangguran diduga menjadi pemicu terjadinya pertikaian antarwarga di Belawan.
“Jadi bentrokan antarwarga ini sudah seperti tradisi, selain kepadatan penduduk, jumlah pengangguran yang sulit teratasi juga menjadi pemicu keributan,” kata, Asril Melayu Koordinator Penghubung Formabem.

Selain dua hal yang menjadi penyebab, Asril menduga maraknya peredaran yang terjadi disekitar pinggiran pantai juga menjadi akibat dari hilangnya moralitas warga untuk menghargai satu sama lain.

“Diduga peredaran norkoba maupun minuman keras juga jadi penyebab utama, bahkan warga yang terlibat bentrokan umumnya berani dan tidak merasa takut setelah mengkonsumsinya. Dan ini mesti diselidiki oleh aparat penegak hukum, karena bukan tidak mungkin jalur pinggiran pantai dimanfaatkan oknum tertentu untuk memasok barang terlarang,” tuturnya. (mag-17/uma)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/