26 C
Medan
Friday, June 28, 2024

Terungkap, Bandrol Masuk SMAN Capai Rp10 Juta

Dia menyebutkan, dengan adanya siswa dan kelas siluman, maka otomatis sekolah mendapatkan pembiayaan tambahan diluar anggaran negara. Namun, pembiayaan tambahan ini sangat riskan adanya peluang terhadap pengutipan liar.

Sementara, Kepala SMAN 4 Medan, Ramli yang coba dikonfirmasi melalui sambungan teleponnya ternyata tidak aktif. Saat coba ditemui di sekolah Rabu siang, Ramli tidak berada di tempat.

Salah seorang guru SMAN 4 Medan menyatakan, bahwa ia tidak pernah bertemu dengan pimpinannya itu sejak awal tahun ajaran baru 2016/2017, setelah lebaran idul fitri.

“Sudah sejak Lebaran saya tidak melihatnya (kepala sekolah). Walau begitu, kita tetap melaksanakan proses belajar mengajar dengan baik. Karena sudah ada sistem yang diatur. Jadi tanpa ada kepala sekolah kita sudah bisa jalan,” ucap guru yang tak mau disebutkan namanya ini.

Poldasu Belum Merespon
Polda Sumut seolah tak memberikan respon terkait adanya delik aduan yang mengarah kepada dugaan kecurangan pada penyelenggaraan Penerima Peserta Didik Baru (PPDB) 2016. Meski diadukan oleh para orangtua calon murid dan sejumlah guru dari beberapa sekolah favorit di Medan, dugaan kecurangan itu belum direspon nyata oleh polisi.

Polda Sumut yang menerima aduan itu melalui Direktorat Reserse Kriminal Khusus dinilai kurang tanggap menangani kasus kejahatan dalam dunia pendidikan itu sampai saat ini. Direktur Ditreskrimsus Polda Sumut, Kombes Pol Toga H Panjaitan yang ditanya tindaklanjut aduan itu, belum memberikan penjelasan mengenai progres yang akan dilakukan pihaknya terkait kasus tersebut.

Berkaitan kasus dalam aduan itu, Toga hanya bilang, tengah dalam upaya klarifikasi. “Masih klarifikasi,” ujar Toga kepada wartawan, melalui pesan singkat telepon selulernya, Rabu (3/7).

Disoal lebih jauh mengenai materi dan arah klarifikasi yang dimaksud, mantan Direktur Dit Res Narkoba Polda Sumut itu hanya sebut, dugaan kecurangan itu masih dalam penyelidikan pihaknya. “Masih Lidik,” singkatnya.

Sebelumnya, Senin (1/8) kemarin para orangtua calon murid yang merasa diperlakukan tidak adil oleh salah satu SMA Negeri favorit di Medan mendatangi Mapolda Sumut bersama sejumlah guru yang ikut diberatkan oleh kepala sekolah untuk menyanggupi pungutan liar dari Dinas Pendidikan Medan tersebut.

“Anak kami tidak diluluskan padahal nem-nya mencukupi untuk bersekolah disana (salah satu SMA Negeri). Parahnya lagi ada yang lulus, nem-nya cukup, tapi dimintai uang, supaya bisa sekolah disitu,” ujar JS, salah seorang orangtua calon murid yang merasa diperlakukan tidak adil.

Dia merasa kecewa dengan adanya kecurangan yang dialami langsung oleh anaknya, bersama para orangtua calon murid lain. Mereka pun mendesak agar Polda Sumut segera menindaklanjuti aduannya sekaligus melakukan pemeriksaan terhadap Kadisdik Medan, Marasutan karena yang dianggap paling bertanggungjawab atas kecurangan tersebut. (ted/ris/ije)

Dia menyebutkan, dengan adanya siswa dan kelas siluman, maka otomatis sekolah mendapatkan pembiayaan tambahan diluar anggaran negara. Namun, pembiayaan tambahan ini sangat riskan adanya peluang terhadap pengutipan liar.

Sementara, Kepala SMAN 4 Medan, Ramli yang coba dikonfirmasi melalui sambungan teleponnya ternyata tidak aktif. Saat coba ditemui di sekolah Rabu siang, Ramli tidak berada di tempat.

Salah seorang guru SMAN 4 Medan menyatakan, bahwa ia tidak pernah bertemu dengan pimpinannya itu sejak awal tahun ajaran baru 2016/2017, setelah lebaran idul fitri.

“Sudah sejak Lebaran saya tidak melihatnya (kepala sekolah). Walau begitu, kita tetap melaksanakan proses belajar mengajar dengan baik. Karena sudah ada sistem yang diatur. Jadi tanpa ada kepala sekolah kita sudah bisa jalan,” ucap guru yang tak mau disebutkan namanya ini.

Poldasu Belum Merespon
Polda Sumut seolah tak memberikan respon terkait adanya delik aduan yang mengarah kepada dugaan kecurangan pada penyelenggaraan Penerima Peserta Didik Baru (PPDB) 2016. Meski diadukan oleh para orangtua calon murid dan sejumlah guru dari beberapa sekolah favorit di Medan, dugaan kecurangan itu belum direspon nyata oleh polisi.

Polda Sumut yang menerima aduan itu melalui Direktorat Reserse Kriminal Khusus dinilai kurang tanggap menangani kasus kejahatan dalam dunia pendidikan itu sampai saat ini. Direktur Ditreskrimsus Polda Sumut, Kombes Pol Toga H Panjaitan yang ditanya tindaklanjut aduan itu, belum memberikan penjelasan mengenai progres yang akan dilakukan pihaknya terkait kasus tersebut.

Berkaitan kasus dalam aduan itu, Toga hanya bilang, tengah dalam upaya klarifikasi. “Masih klarifikasi,” ujar Toga kepada wartawan, melalui pesan singkat telepon selulernya, Rabu (3/7).

Disoal lebih jauh mengenai materi dan arah klarifikasi yang dimaksud, mantan Direktur Dit Res Narkoba Polda Sumut itu hanya sebut, dugaan kecurangan itu masih dalam penyelidikan pihaknya. “Masih Lidik,” singkatnya.

Sebelumnya, Senin (1/8) kemarin para orangtua calon murid yang merasa diperlakukan tidak adil oleh salah satu SMA Negeri favorit di Medan mendatangi Mapolda Sumut bersama sejumlah guru yang ikut diberatkan oleh kepala sekolah untuk menyanggupi pungutan liar dari Dinas Pendidikan Medan tersebut.

“Anak kami tidak diluluskan padahal nem-nya mencukupi untuk bersekolah disana (salah satu SMA Negeri). Parahnya lagi ada yang lulus, nem-nya cukup, tapi dimintai uang, supaya bisa sekolah disitu,” ujar JS, salah seorang orangtua calon murid yang merasa diperlakukan tidak adil.

Dia merasa kecewa dengan adanya kecurangan yang dialami langsung oleh anaknya, bersama para orangtua calon murid lain. Mereka pun mendesak agar Polda Sumut segera menindaklanjuti aduannya sekaligus melakukan pemeriksaan terhadap Kadisdik Medan, Marasutan karena yang dianggap paling bertanggungjawab atas kecurangan tersebut. (ted/ris/ije)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/