30 C
Medan
Friday, May 17, 2024

Tim Dokter Siapkan 3 Rencana Pemisahan

Foto: Parlindungan/ Sumut Pos
Bayi kembar siam dempet dada di Ruang PICU RSUP H Adam Malik.

SUMUTPOS.CO – Kondisi bayi kembar siam dempet dada, Fahira dan Sahira yang dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) H Adam Malik, terus menurun. Kedua bayi perempuan yang sejak awal dirawat di ruang VIP itu, dipindahkan ke ruang Pediatric Intensive Care Unit (PICU).

“Usia kedua bayi itu sekarang 6 bulan. Bayi Sahira memiliki kelainan bawaan, jantung bocor sehingga memudahkan dia mendapat infeksi.Untuk optimalisasi pemantauan dan tata laksana, maka kita pindah sekarang ke Pediatric Intensive Care Unit, agar mendapat pemantauan lebih optimal,” ujar Ketua Tim Dokter yang menangani bayi kembar siam itu, Prof Guslihan Dasa Tjipta SpA (K) kepada Wartawan, Selasa (3/10) sore.

Dikatakan Guslihan, rencana selanjutnya yakni penanganan infeksi paru terhadap Bayi Sahira. Saat ini, telah diberi pengobatan dan direncanakan dalam waktu 72 jam akan mendapatkan hasil kultur terhadap infeksinya. Sedangkan rencana untuk pemisahan sudah mendekati. Saat ini, ada 3 rencana pemisahan.”Plan A adalah elektif yang artinya dipersiapkan dengan membuat tissue ekspander. Nanti, sejawat Bedah akan melakukan ini. Ini menunggu 2 bulan, baru dilakukan pemisahan. Untuk Plan B kalau Sahira mengalami gagal hidup misalnya, kita akan memisahkan ini dengan segera yaitu dengan melakukan tindakan emergency diyng, ” tambahnya.

Sementara untuk Plan C, lanjujtnya, kedua bayi itu diharapkan hidup, namun bayi Sahira dengan kondisi jelek. Dengan Plan C, diharapkan bayi Sahira mendapat hasil lebih baik karena perawatan dengan kondisi terpisah akan lebih bagus. Untuk itu, pihaknya menunggu perkembangan hasil 72 jam ke depan.

“Kita masih berharap ini bisa elektif. Kita jalankan Plan A dengan membuatkan tisu ekspander untuk mendapatkan kulit penutup yang cukup, kemudian bayinya kita pisahkan, ” paparnya.

Sekretaris Tim dr Rizky Adriansyah SpA (K) menambahkan, sejak awal pihaknya berharap kondisi kedua bayi itu optimal dengan berat badan mencukupi, dalam perkembangan aktif dan tidak memiliki kelainan bermakna.

Diakui Rizky, kedua bayi dirawat di ruang VIP. Namun, jika bayi yang dengan jantung bocor, mengalami sesak nafas dan infeksi paru sehingga tidak baik, karena bisa menularkan ke bayi Fahira. Sehingga, mau tidak mau, harus mengobati keduanya terlebih dahulu.

“Plan A kita masih berusaha untuk operasi elektif, menunggu 2 bulan. Plan A ini sangat kita harapkan. Namun kita sepakati batasnya itu dalam 72 jam ini. Kita memberi anti biotik dan pengobatan supportif untuk kedua bayi ini, terutama bayi Sahira. Kalau nanti, ternyata tetap masih dalam kondisi yang sama, kita jatuh ke Plan C, yakni kita memisahkan dalam kondisi yang tidak optimal namun ada keinginan untuk menyelamatkan keduanya, ” tambah Rizky.

Foto: Parlindungan/ Sumut Pos
Bayi kembar siam dempet dada di Ruang PICU RSUP H Adam Malik.

SUMUTPOS.CO – Kondisi bayi kembar siam dempet dada, Fahira dan Sahira yang dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) H Adam Malik, terus menurun. Kedua bayi perempuan yang sejak awal dirawat di ruang VIP itu, dipindahkan ke ruang Pediatric Intensive Care Unit (PICU).

“Usia kedua bayi itu sekarang 6 bulan. Bayi Sahira memiliki kelainan bawaan, jantung bocor sehingga memudahkan dia mendapat infeksi.Untuk optimalisasi pemantauan dan tata laksana, maka kita pindah sekarang ke Pediatric Intensive Care Unit, agar mendapat pemantauan lebih optimal,” ujar Ketua Tim Dokter yang menangani bayi kembar siam itu, Prof Guslihan Dasa Tjipta SpA (K) kepada Wartawan, Selasa (3/10) sore.

Dikatakan Guslihan, rencana selanjutnya yakni penanganan infeksi paru terhadap Bayi Sahira. Saat ini, telah diberi pengobatan dan direncanakan dalam waktu 72 jam akan mendapatkan hasil kultur terhadap infeksinya. Sedangkan rencana untuk pemisahan sudah mendekati. Saat ini, ada 3 rencana pemisahan.”Plan A adalah elektif yang artinya dipersiapkan dengan membuat tissue ekspander. Nanti, sejawat Bedah akan melakukan ini. Ini menunggu 2 bulan, baru dilakukan pemisahan. Untuk Plan B kalau Sahira mengalami gagal hidup misalnya, kita akan memisahkan ini dengan segera yaitu dengan melakukan tindakan emergency diyng, ” tambahnya.

Sementara untuk Plan C, lanjujtnya, kedua bayi itu diharapkan hidup, namun bayi Sahira dengan kondisi jelek. Dengan Plan C, diharapkan bayi Sahira mendapat hasil lebih baik karena perawatan dengan kondisi terpisah akan lebih bagus. Untuk itu, pihaknya menunggu perkembangan hasil 72 jam ke depan.

“Kita masih berharap ini bisa elektif. Kita jalankan Plan A dengan membuatkan tisu ekspander untuk mendapatkan kulit penutup yang cukup, kemudian bayinya kita pisahkan, ” paparnya.

Sekretaris Tim dr Rizky Adriansyah SpA (K) menambahkan, sejak awal pihaknya berharap kondisi kedua bayi itu optimal dengan berat badan mencukupi, dalam perkembangan aktif dan tidak memiliki kelainan bermakna.

Diakui Rizky, kedua bayi dirawat di ruang VIP. Namun, jika bayi yang dengan jantung bocor, mengalami sesak nafas dan infeksi paru sehingga tidak baik, karena bisa menularkan ke bayi Fahira. Sehingga, mau tidak mau, harus mengobati keduanya terlebih dahulu.

“Plan A kita masih berusaha untuk operasi elektif, menunggu 2 bulan. Plan A ini sangat kita harapkan. Namun kita sepakati batasnya itu dalam 72 jam ini. Kita memberi anti biotik dan pengobatan supportif untuk kedua bayi ini, terutama bayi Sahira. Kalau nanti, ternyata tetap masih dalam kondisi yang sama, kita jatuh ke Plan C, yakni kita memisahkan dalam kondisi yang tidak optimal namun ada keinginan untuk menyelamatkan keduanya, ” tambah Rizky.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/