Sementara bila dalam 72 jam ada keputusan lain yang akhirnya harus gawat darurat, pihaknya jatuh ke Plan B. Plan B mungkin akan mengorbankan salah satu bayi demi menyelamatkan satu bayi. Sebab, bisa saja bayi Sahira mengalami gagal jantung yang akhirnya jatuh pada keadaan gagal jantung yang sudah tidak terkonpensasi lagi, diperberat dengan infeksinya, sehingga bisa mengancam nyawa bayi Sahira.
“Kalau Plan A, kita masukan kantongan ke bawah kulitnya. Kemudian setelah luka operasi memasukkan itu sembuh, kita isi pelan-pelan kantongan silikon itu sehingga kulitnya melar. Itu tidak bisa buru-buru,” paparnya.
Untuk mendapatkan sekitar 30 CM bujur sangkar per bayi saja, lanjutnya, membutuhkan 2 sampai 3 bulan untuk memelarkannya. Sedangkan Plan C, pihaknya tidak punya modal untuk menutup. “Kita harus memakai alat penutup usus, fisiomes dan kulitnya geser sana geser sini. Tentu ini sangat tidak enak karena luka-luka akibat pembedahan itu cukup besar dan mengandung resiko. Untuk Plan C, kita berharap menyelematkan keduanya, tapi tanpa tissue expander, ” pungkas dr Erjan Fikri SpBA. (ain/ila)