SUMUTPOS.CO – Hajijah alias Jijah (32), warga Jalan Sekata Gang Flamboyan, Kelurahan Sei Agul, Kecamatan Medan Barat, tak mampu menahan emosinya saat mengetahui suaminya, Hendra (36), berselingkuh dengan adik iparnya sendiri. Jijah pun lantas menghunuskan pisau dapur ke paha kiri suaminya, Kamis (4/1). Hendra meregang nyawa sebelum mendapatkan perawatan di rumah sakit.
Menurut informasi, awalnya Jijah cemburu dengan adik iparnya Anim (30), janda dari adik kandung Hendra yang dianggapnya telah berselingkuh dengan suaminya. Cekcok antara suami istri itu pun terjadi. Warga juga mendengar keributan di kediaman korban karena keduanya terdengar bertengkar hebat. Jijah yang sudah kesal kemudian menghunuskan pisau dapur ke paha kiri Hendra.
Sontak Hendra berteriak kesakitan dan berusaha keluar dari rumah mereka. “Pas di depan rumah saya, suaminya itu pun roboh,” ujar saksi mata, tetangga korban, Raya.
Melihat suaminya bersimbah darah, Jijah lalu memberi pertolongan kepada korban dengan membawanya ke rumah sakit bersama warga. Namun malang, belum sempat mendapatkan perawatan di rumah sakit, Hendra menghembuskan nafas terakhirnya.“Hendra meninggal kehabisan darah. Keluarga si korban (Hendra) yang datang ke rumah sakit yang menghubungi polisi,” ujarnya.
Tak berselang lama, petugas Polsek Medan Barat yang langsung dipimpin Kapolsek Kompol Revi Nurvelani SH SIK MH turun ke lokasi. Tim identifikasi Polrestabes Medan juga tiba guna melakukan olah TKP. Selanjutnya, jasad korban yang sudah dipastikan meninggal, dibawa ke RS Bhayangkara Medan, guna dilakukan outopsi.
Kepala Kepolisian Sektor (Kapolsek) Medan Barat, Kompol Revi mengatakan sudah mengamankan istri korban. “Istri korban yang ditetapkan sebagai tersangka telah kita amankan. Sedangkan jasad korban kita bawa ke RS Brimob guna dilakukan outopsi. Untuk istri korban (Jijah) masih dalam proses pemeriksaan mendalam,” terang Kompol Revi Nurvelani.
Kriminolog asal Medan, Redianto Sidi menanggapi aksi nekat seoranf istri yang tega menikam suaminya sendiri, diduga terjadi lantaran tekanan psikologi dan ekonomi yang sudah menumpuk.”Ditambah lagi, Stigma pelakor yang merebak dan menjadi mimpi buruk kepada istri tersebut. Hal ini yang menjadi kekhawatiran yang kenimbulkan kecurigaan yang berlebihan.
Faktor kedua, katanya, mungkin selama pernikahan, ada tekanan atas ketidakharmonisan rumah tangga. “Dalam arti hubungan yang tak harmonis selama keduanya bersama. Ada peristiwa mungkin yang terdahulu inharmonis, yang mungkin mengarah kepada kekerasan fisik, inilah yang membuat si istri ingin membalas dendam,” terangnya.
Faktor lain yang menjadikan sang istri berani melakukan hal tak wajar itu juga tak terlepas dari himpitan ekonomi. “Jadi sudah bertumpuk-tumpuk, itulah yang menjadikan si istri nekat dan berani,” pungkasnya. (dvs/ila)