25 C
Medan
Monday, June 17, 2024

Ukur Lahan, Preman Bersajam & Warga Bersitegang

Foto: Amri/PM Salah satu gubuk petani juga dirusak preman, tak jauh dari kuburan yang dibongkar di TPU Al-Ikhlas.
Foto: Amri/PM
Salah satu gubuk petani juga dirusak preman, tak jauh dari kuburan yang dibongkar di TPU Al-Ikhlas.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Belum lagi terkuak siapa dalang pembongkaran makam dan kemana mayatnya, warga Pasar 5 Kampung Agas di Jl. Suryadi, Desa Sampali, Kec. Percut Seituan kembali heboh. Puluhan orang tak dikenal dan bersajam, Kamis (4/12/2014) sekitar pukul 08.00 Wib, melakukan pengukuran di tanah warga, termasuk di lahan makam.

Sontak ratusan warga terpancing emosi. Kemudian berkumpul sembari mebawa sajam juga, mengusir orang-orang yang diyakini bayaran pengembang pengincar lahan itu. Bentrokan nyaris pecah andai polisi tak segera datang. Para preman bayaran itu, datang mengendarai pikap dan sepeda motor. “Dibilangnya sama aku tadi, katanya mereka hanya menjalankan perintah. Kujawablah, siap mati kau rupanya di sini?” celoteh Rahmad warga setempat.

Preman dan warga juga sempat bersitegang, namun berhasil diredam hingga tak bentrok. Padahal, kedua kubu sudah mempersenjatai diri dengan senjata tajam (sajam). Kedua kubu hanya saling mengancam sembari mengacungkan parang dan kelewang. “Kami siap mati. Akan kami usir para mafia tanah yang mengganggu ketentraman kami,” tegas Dede (30) warga setempat.

Aparat dari Polsek Percut Seituan sempat turun membujuk para preman agar bubar. Namun setengah jam usai bubar, para preman itu kembali. Kali ini, mereka langsung merusak sejumlah gubuk dan membakarnya. Hal tersebut menyulut kemarahan warga. Mereka mengejar para preman itu, namun berhasil kabur.

Warga sendiri mengaku kecewa dengan kinerja polisi. “Polisi hanya menerima laporan kami, namun tidak memprosesnya. Bisa abang lihat, tidak ada garis police line. Apalagi membongkar balik makam. Saat hampir bentrok tadi, polisi malah menyuruh kami pulang. Jadi siapa yang mau jaga lahan dan tanaman kami?” ungkap Dede lagi.

Ketua adat setempat, sempat mendinginkan situasi. Namun dia tegas mengatakan tanah adat yang telah diperjuangkanya sejak puluhan tahun lalu, sedang diobok-obok mafia tanah. Bahkan tanah wakaf untuk kuburan juga dirusak. “Polisi harus tegas. Kami sedang diteror. Lihat kuburan kami dibongkar, mayatnya pun hilang,” ujar Syahrum lubis.

Mengantisipasi kedatangan preman itu lagi, seribuan warga bersiaga. Suasana di sana terlihat mencekam. Orang asing yang masuk, pasti dicurigai. Tapi, mereka lebih kesal pada Ipda Eko selaku Kanit Intel Polsek Percut Seituan. “Kalau kalian terluka siapa yang mengobati? Kalau mereka terluka, udah ada yang bayar,” ujar warga yang enggan namanya disebut, mengulang bentakan perwira polisi itu saat warga coba mengusir preman bayaran itu.

“Yang bayar kami nanti kalau terluka, Sang Pencipta. Gitu kami bilang sama Ipda Eko itu,” kesal warga tersebut. “Seharusnya polisi ikut dengan warga, kita gali lagi kuburan tersebut. Cek apakah mayat hilang atau tidak. Ini hanya datang foto-foto, habis itu pulang. Kami pun jadi bingung,” tambah Suroso, menimpali cakap kawannya.

Sementara, Sani (33) yang makam ayah dan abangnya dibongkar dan mayatnya hilang, mengaku masih sedih. “Kami sedih Bang, bapak dan abangku hilang dari kuburnya. Entah siapa yang menggali dan mengambilnya,” isak Sani. “Mimpi pun belum ada bang sampai saat ini,” ujarnya lagi.

Kini warga pun masih berusaha mencari keberadaan kerangka mayat yang hilang dari kubur tersebut.

Kapolsek Percut Seituan, Kompol Ronald Sipayung mengaku situasi di sana sudah diamankan. “Anggota saya tadi sudah turun ke lapangan dan situasinya masih terkendali,” jelasnya.

Diberitakan sebelumnya, 4 mayat di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Al-Ikhlas, hilang. Yakni jasad Abdullah Sanif (80), Zul Efendi (37), Rizal (43) dan Tengku Muyus (70). Syahrum Lubis (75) selaku ketua adat setempat, bersama warga langsung berbondong mendatangi pemakaman usai dikabari Kenaris. Selanjutnya dia mengabari pihak keluarga dan akhirnya mengadu ke polisi. Laporan itu dibuktikan dengan tanda terima laporan: STPL/3039/K/XII/2014/SPKT Resta Medan.

Warga sempat mencari kemana mayat-mayat itu dibuang. Namun warga hanya menemukan satu tulang, sekitar 30 meter dari kuburan. Diperkirakan, kuburan dibongkar dengan cangkul. Selain lokasi yang susah dilalui kendaraan alat berat, bekas bekas cangkul masih tampak.

Mencuat dugaan pembongkaran kuburan atas suruhan pengembang yang mau menguasai lahan itu. Pasalnya, lahan eks HGU yang dikuasai Badan Perjuangan Rakyat Penunggu Indonesia (BPRPI) Sampali tersebut diincar salah satu pengembang.

Kepada wartawan, Sekretaris BPRPI Sampali Surya Deli (42) menyebutkan beberapa hari yang lalu adanya pihak pengembang yang mendatangi kawasan tersebut. Bukan itu saja, pihak pengembang pun sempat menemui ketua adat dikawasan tersebut.

Senada disampaikan Syahrum Lubis. Diakuinya, sebulan lalu, tepat 2 November 2014, dia didatangi 6 pria. Dua diantaranya berpawakan cepak dan tinggi, 3 lagi seperti orang India. Maksud kedatangan para pria ini diceritakan Syahrum untuk menawar tanah seluas setengah hektar yang didalam nya terdapat empat kuburan tersebut.

Umar (35), hanya nama itu yang dikenal Syahrum. Karena Umar yang melobi tanah wakaf tersebut kepadanya. Diceritakannya, Umar membawa uang kontan Rp30 juta namun Syahrum menolak nya demgan alasan tanah tersebut milik adat ulayat setempat.

“Dia mau beli satu kuburan Rp20 juta. Aku bilang sama dia, gendeng kau, nanti dimassa warga sini kau,” ujar Syahrum. Lahan seluas setengah hektar rencananya akan dibangun pabrik. “Udah gila itu si Umar Cs itu, kayaknya OKP dia, ketuanya dia kayaknya. Dari Mabar katanya dia,” ungkap Syahrum lagi.

“Ini tanah yang kita perjuangkan sejak tahun 1979 tentang tanah tembakau yang saat itu diadakan perjanjian dengan Belanda. Tanah ini telah kita menangkan di Pengadilan Lubuk Pakam. Luas tanah 2700 haktare dan setengah haktare kita hibahkan untuk membuat tempat pemakaman umum (TPU),” ujar Ketua Petuah Masyarakat Adat Kampung Mulia, Desa Sampali, Kecamatan Percut Sei Tuan, Syahrum Lubis (74).(mri/trg)

Foto: Amri/PM Salah satu gubuk petani juga dirusak preman, tak jauh dari kuburan yang dibongkar di TPU Al-Ikhlas.
Foto: Amri/PM
Salah satu gubuk petani juga dirusak preman, tak jauh dari kuburan yang dibongkar di TPU Al-Ikhlas.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Belum lagi terkuak siapa dalang pembongkaran makam dan kemana mayatnya, warga Pasar 5 Kampung Agas di Jl. Suryadi, Desa Sampali, Kec. Percut Seituan kembali heboh. Puluhan orang tak dikenal dan bersajam, Kamis (4/12/2014) sekitar pukul 08.00 Wib, melakukan pengukuran di tanah warga, termasuk di lahan makam.

Sontak ratusan warga terpancing emosi. Kemudian berkumpul sembari mebawa sajam juga, mengusir orang-orang yang diyakini bayaran pengembang pengincar lahan itu. Bentrokan nyaris pecah andai polisi tak segera datang. Para preman bayaran itu, datang mengendarai pikap dan sepeda motor. “Dibilangnya sama aku tadi, katanya mereka hanya menjalankan perintah. Kujawablah, siap mati kau rupanya di sini?” celoteh Rahmad warga setempat.

Preman dan warga juga sempat bersitegang, namun berhasil diredam hingga tak bentrok. Padahal, kedua kubu sudah mempersenjatai diri dengan senjata tajam (sajam). Kedua kubu hanya saling mengancam sembari mengacungkan parang dan kelewang. “Kami siap mati. Akan kami usir para mafia tanah yang mengganggu ketentraman kami,” tegas Dede (30) warga setempat.

Aparat dari Polsek Percut Seituan sempat turun membujuk para preman agar bubar. Namun setengah jam usai bubar, para preman itu kembali. Kali ini, mereka langsung merusak sejumlah gubuk dan membakarnya. Hal tersebut menyulut kemarahan warga. Mereka mengejar para preman itu, namun berhasil kabur.

Warga sendiri mengaku kecewa dengan kinerja polisi. “Polisi hanya menerima laporan kami, namun tidak memprosesnya. Bisa abang lihat, tidak ada garis police line. Apalagi membongkar balik makam. Saat hampir bentrok tadi, polisi malah menyuruh kami pulang. Jadi siapa yang mau jaga lahan dan tanaman kami?” ungkap Dede lagi.

Ketua adat setempat, sempat mendinginkan situasi. Namun dia tegas mengatakan tanah adat yang telah diperjuangkanya sejak puluhan tahun lalu, sedang diobok-obok mafia tanah. Bahkan tanah wakaf untuk kuburan juga dirusak. “Polisi harus tegas. Kami sedang diteror. Lihat kuburan kami dibongkar, mayatnya pun hilang,” ujar Syahrum lubis.

Mengantisipasi kedatangan preman itu lagi, seribuan warga bersiaga. Suasana di sana terlihat mencekam. Orang asing yang masuk, pasti dicurigai. Tapi, mereka lebih kesal pada Ipda Eko selaku Kanit Intel Polsek Percut Seituan. “Kalau kalian terluka siapa yang mengobati? Kalau mereka terluka, udah ada yang bayar,” ujar warga yang enggan namanya disebut, mengulang bentakan perwira polisi itu saat warga coba mengusir preman bayaran itu.

“Yang bayar kami nanti kalau terluka, Sang Pencipta. Gitu kami bilang sama Ipda Eko itu,” kesal warga tersebut. “Seharusnya polisi ikut dengan warga, kita gali lagi kuburan tersebut. Cek apakah mayat hilang atau tidak. Ini hanya datang foto-foto, habis itu pulang. Kami pun jadi bingung,” tambah Suroso, menimpali cakap kawannya.

Sementara, Sani (33) yang makam ayah dan abangnya dibongkar dan mayatnya hilang, mengaku masih sedih. “Kami sedih Bang, bapak dan abangku hilang dari kuburnya. Entah siapa yang menggali dan mengambilnya,” isak Sani. “Mimpi pun belum ada bang sampai saat ini,” ujarnya lagi.

Kini warga pun masih berusaha mencari keberadaan kerangka mayat yang hilang dari kubur tersebut.

Kapolsek Percut Seituan, Kompol Ronald Sipayung mengaku situasi di sana sudah diamankan. “Anggota saya tadi sudah turun ke lapangan dan situasinya masih terkendali,” jelasnya.

Diberitakan sebelumnya, 4 mayat di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Al-Ikhlas, hilang. Yakni jasad Abdullah Sanif (80), Zul Efendi (37), Rizal (43) dan Tengku Muyus (70). Syahrum Lubis (75) selaku ketua adat setempat, bersama warga langsung berbondong mendatangi pemakaman usai dikabari Kenaris. Selanjutnya dia mengabari pihak keluarga dan akhirnya mengadu ke polisi. Laporan itu dibuktikan dengan tanda terima laporan: STPL/3039/K/XII/2014/SPKT Resta Medan.

Warga sempat mencari kemana mayat-mayat itu dibuang. Namun warga hanya menemukan satu tulang, sekitar 30 meter dari kuburan. Diperkirakan, kuburan dibongkar dengan cangkul. Selain lokasi yang susah dilalui kendaraan alat berat, bekas bekas cangkul masih tampak.

Mencuat dugaan pembongkaran kuburan atas suruhan pengembang yang mau menguasai lahan itu. Pasalnya, lahan eks HGU yang dikuasai Badan Perjuangan Rakyat Penunggu Indonesia (BPRPI) Sampali tersebut diincar salah satu pengembang.

Kepada wartawan, Sekretaris BPRPI Sampali Surya Deli (42) menyebutkan beberapa hari yang lalu adanya pihak pengembang yang mendatangi kawasan tersebut. Bukan itu saja, pihak pengembang pun sempat menemui ketua adat dikawasan tersebut.

Senada disampaikan Syahrum Lubis. Diakuinya, sebulan lalu, tepat 2 November 2014, dia didatangi 6 pria. Dua diantaranya berpawakan cepak dan tinggi, 3 lagi seperti orang India. Maksud kedatangan para pria ini diceritakan Syahrum untuk menawar tanah seluas setengah hektar yang didalam nya terdapat empat kuburan tersebut.

Umar (35), hanya nama itu yang dikenal Syahrum. Karena Umar yang melobi tanah wakaf tersebut kepadanya. Diceritakannya, Umar membawa uang kontan Rp30 juta namun Syahrum menolak nya demgan alasan tanah tersebut milik adat ulayat setempat.

“Dia mau beli satu kuburan Rp20 juta. Aku bilang sama dia, gendeng kau, nanti dimassa warga sini kau,” ujar Syahrum. Lahan seluas setengah hektar rencananya akan dibangun pabrik. “Udah gila itu si Umar Cs itu, kayaknya OKP dia, ketuanya dia kayaknya. Dari Mabar katanya dia,” ungkap Syahrum lagi.

“Ini tanah yang kita perjuangkan sejak tahun 1979 tentang tanah tembakau yang saat itu diadakan perjanjian dengan Belanda. Tanah ini telah kita menangkan di Pengadilan Lubuk Pakam. Luas tanah 2700 haktare dan setengah haktare kita hibahkan untuk membuat tempat pemakaman umum (TPU),” ujar Ketua Petuah Masyarakat Adat Kampung Mulia, Desa Sampali, Kecamatan Percut Sei Tuan, Syahrum Lubis (74).(mri/trg)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/