TD: Siregar kan bapak ini?
A: Iya
TD: Orang Batak kan?
A: Iya
TD: Siregar mana? Toba atau Tapsel?
A: Bukan urusan ibu.
TD: Agamanya apa?
A: Kenapa saya harus jawab itu. Saya ini lembaga pengawas negara.
TD: Bapak sudah mencoreng dunia pendidikan. Mengawasi itu jangan buat berita yang jelek, yang bagus.
A: Ibu mana boleh bicara begitu. Semua benar ada kunci jawabannya sama saya.
TD: Bapak sudah menyalahi aturan masuk ke ruangan kelas. Kalau ga mana mugkin kunci jawabann bisa sama bapak.
A: Saya tidak masuk ke ruangan kelas. Logika saja bu, apa tidak bisa saya suruh pengawas yang mengambilkan itu untuk saya. Ada saksinya saya tidak masuk ke dalam kelas. Maaf ibu saya hanya bertanggung jawab menjelaskan kepada atasan saya, bukan pada ibu.
Abyadi pun heran sebagai pejabat seharusnya Theo Damanik merasa senang dengan temuannya. Namun malah merasa risih dan tidak senang dengan temuan tersebut. Dirinya menduga Theo Damanik adalah salah satu pihak yang mencoba menutup-nutupi kebenaran yang ada.
“Kok malah dia yang panas kuping dan risih. Harusnya dia senang denagn temuan ini. Ngapain dia tanya saya orang mana kok mau menjelek-jelekkan Medan. Perilaku dia yang menyembunyikan ini menurut saya tak lain misi dari menghancurkan dunia pendidikan kota Medan. Saya justru mau memperbaiki,” ujarnya. (win/trg)