24 C
Medan
Friday, July 5, 2024

Wah, Siswa Nyontek Itu Dilindungi Kasek

Foto: Wiwin/PM Abyadi menunjukkan lembar kunci jawaban dari SMPN 1 dan SMPN 2 Medan, saat UN SMP hari pertama, Senin (4/5/2015).
Foto: Wiwin/PM
Abyadi menunjukkan lembar kunci jawaban dari SMPN 1 dan SMPN 2 Medan, saat UN SMP hari pertama, Senin (4/5/2015).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Hari kedua pelaksanaan ujian nasional (UN) SMP, Selasa (5/5), sejumlah siswa kembali tertangkap nyontek kunci jawaban. Parahnya, temuan ini justru di sekolah-sekolah favorit. Rombongan Ombudsman Sumut memergoki siswa SMPN 2 Jalan Brigjend Katamso dan SMPN 3 Jalan Pelajar Medan, asyik membuka kunci jawaban dari balik kertas soal atau laci.

Secara garis besar, pola penemuannya pun sama seperti di SMPN 1 pada Senin (4/5) sebelumnya. Kepala Ombudsman perwakilan Sumut, Abyadi Siregar bersama beberapa komisioner lainnya mengamati aktivitas siswa dari luar jendela ruang ujian. Mereka pun terus mengamati siswa yang terlihat mencontek.

Setelah yakin, pihaknya pun langsung memberitahu ke pengawas ujian untuk mengambil lembar kunci jawaban yang ada di meja peserta. Kali ini kunci jawaban yang ditemukan tak hanya dalam ukuran mini. Juga ada lembar kunci jawaban dari 5 paket soal dari 1 siswa.

“Jadi kita sama sekali tidak masuk ke dalam kelas dan tidak mengganggu peserta ujian. Kami cermati dulu lalu dengan perlahan kami panggil pengawasnya untuk segera mengambil contekan di atas meja peserta. Ada juga yang di dalam laci,” ungkap Abyadi Siregar.

Di SMPN 2, ditemukan kecurangan di tiga ruangan yaitu ruang 8, 11 dan 20. Pihak sekolah pun terlihat terbuka dengan kehadiran Ombudsman. Sehingga pada saat Ombudsman menemukan lembar kunci jawaban tersebut, pihak sekolah pun tak berkomentar banyak. Tak seperti pihak SMPN 3 yang terlihat menyembunyikan sesuatu. Sebab saat pihak Ombudsman memantau ruang ujian di sana, beberapa orang guru terlihat terganggu.

“Jadi ketika salah seorang komisioner saya mengamati dari jendela luar ruang ujian dengan diam-diam, tiba-tiba ada guru dengan suara yang tidak terbilang pelan menegur komisioner saya dengan bilang jangan mengganggu ya Bu. Justru dia yang mengganggu dengan suaranya,” ungkap Abyadi.

Lalu, komisioner Ombudsman yang bernama Tetty Silaen itu melanjutkan pemantauannya. Hingga berada di ruang ujian 6, dirinya melihat seorang siswa perempuan yang duduk asyik mencontek dari balik laci mejanya. Tetty pun meminta salah seorang pengawas agar mengambilkan kunci jawaban tersebut.

Namun pengawas tidak berkenan mengambilnya dan mengatakan bahwa itu tidak mungkin. Beberapa guru yang mengerubungi dirinya juga tidak mau mengambil itu. Bahkan kepala sekolah juga terlihat tak tega mengambilnya meski sudah masuk ke dalam ruangan.

Tak mau membiarkan itu, salah seorang komisioner Ombudsman lainnya, Dedy Irsyadi langsung masuk ke dalam ruangan tersebut dan mengambil lembar kunci jawaban dari balik laci siswa. Setelah itu, sang pengawas berkilah bahwa tidak mengetahui jelas letak siswa yang dimaksud Tetty.

“Masa kejahatan kita biarkan. Kami sudah beritahu pengawas dan para guru secara baik-baik. Tapi mereka tidak mau. Ya kami harus bertindak dan terpaksa masuk ke ruangan dan mengambil barang bukti tersebut,” katanya.

“Jika tidak begitu, barang bukti bisa hilang. Padahal Kepseknya udah masuk cuma kok ga tepat sasaran saya lihat arahnya makanya langsung saya masuk,” tambah Deddy.

Foto: Wiwin/PM Abyadi menunjukkan lembar kunci jawaban dari SMPN 1 dan SMPN 2 Medan, saat UN SMP hari pertama, Senin (4/5/2015).
Foto: Wiwin/PM
Abyadi menunjukkan lembar kunci jawaban dari SMPN 1 dan SMPN 2 Medan, saat UN SMP hari pertama, Senin (4/5/2015).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Hari kedua pelaksanaan ujian nasional (UN) SMP, Selasa (5/5), sejumlah siswa kembali tertangkap nyontek kunci jawaban. Parahnya, temuan ini justru di sekolah-sekolah favorit. Rombongan Ombudsman Sumut memergoki siswa SMPN 2 Jalan Brigjend Katamso dan SMPN 3 Jalan Pelajar Medan, asyik membuka kunci jawaban dari balik kertas soal atau laci.

Secara garis besar, pola penemuannya pun sama seperti di SMPN 1 pada Senin (4/5) sebelumnya. Kepala Ombudsman perwakilan Sumut, Abyadi Siregar bersama beberapa komisioner lainnya mengamati aktivitas siswa dari luar jendela ruang ujian. Mereka pun terus mengamati siswa yang terlihat mencontek.

Setelah yakin, pihaknya pun langsung memberitahu ke pengawas ujian untuk mengambil lembar kunci jawaban yang ada di meja peserta. Kali ini kunci jawaban yang ditemukan tak hanya dalam ukuran mini. Juga ada lembar kunci jawaban dari 5 paket soal dari 1 siswa.

“Jadi kita sama sekali tidak masuk ke dalam kelas dan tidak mengganggu peserta ujian. Kami cermati dulu lalu dengan perlahan kami panggil pengawasnya untuk segera mengambil contekan di atas meja peserta. Ada juga yang di dalam laci,” ungkap Abyadi Siregar.

Di SMPN 2, ditemukan kecurangan di tiga ruangan yaitu ruang 8, 11 dan 20. Pihak sekolah pun terlihat terbuka dengan kehadiran Ombudsman. Sehingga pada saat Ombudsman menemukan lembar kunci jawaban tersebut, pihak sekolah pun tak berkomentar banyak. Tak seperti pihak SMPN 3 yang terlihat menyembunyikan sesuatu. Sebab saat pihak Ombudsman memantau ruang ujian di sana, beberapa orang guru terlihat terganggu.

“Jadi ketika salah seorang komisioner saya mengamati dari jendela luar ruang ujian dengan diam-diam, tiba-tiba ada guru dengan suara yang tidak terbilang pelan menegur komisioner saya dengan bilang jangan mengganggu ya Bu. Justru dia yang mengganggu dengan suaranya,” ungkap Abyadi.

Lalu, komisioner Ombudsman yang bernama Tetty Silaen itu melanjutkan pemantauannya. Hingga berada di ruang ujian 6, dirinya melihat seorang siswa perempuan yang duduk asyik mencontek dari balik laci mejanya. Tetty pun meminta salah seorang pengawas agar mengambilkan kunci jawaban tersebut.

Namun pengawas tidak berkenan mengambilnya dan mengatakan bahwa itu tidak mungkin. Beberapa guru yang mengerubungi dirinya juga tidak mau mengambil itu. Bahkan kepala sekolah juga terlihat tak tega mengambilnya meski sudah masuk ke dalam ruangan.

Tak mau membiarkan itu, salah seorang komisioner Ombudsman lainnya, Dedy Irsyadi langsung masuk ke dalam ruangan tersebut dan mengambil lembar kunci jawaban dari balik laci siswa. Setelah itu, sang pengawas berkilah bahwa tidak mengetahui jelas letak siswa yang dimaksud Tetty.

“Masa kejahatan kita biarkan. Kami sudah beritahu pengawas dan para guru secara baik-baik. Tapi mereka tidak mau. Ya kami harus bertindak dan terpaksa masuk ke ruangan dan mengambil barang bukti tersebut,” katanya.

“Jika tidak begitu, barang bukti bisa hilang. Padahal Kepseknya udah masuk cuma kok ga tepat sasaran saya lihat arahnya makanya langsung saya masuk,” tambah Deddy.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/