25 C
Medan
Saturday, November 23, 2024
spot_img

Anak Penjual Putu Bambu yang ‘Terbuang’ dari Medan

google.com DITAHAN: Raden Nuh (kiri) saat berada di Mapolda Metro Jaya.
google.com
DITAHAN: Raden Nuh (kiri) saat berada di Mapolda Metro Jaya.

OLEH: PRAN HASIBUAN, Medan

SUMUTPOS.CO- Bagi masyarakat Indonesia terutama yang aktif di dunia sosial media seperti twitter, tentu tak asing lagi dengan akun bernama @TrioMacan2000. Kiprah akun fenomenal dengan segudang isu kontroversial yang kerap dihembuskan dalam setiap tweetnya, menuai rasa penasaran berbagai pihak untuk mengetahui siapa admin atau pemilik akun tersebut.

Polda Metro Jaya akhirnya berhasil mencokok admin atau pemilik akun @TrioMacan2000 itu, Senin (3/11) lalu. Satu di antaranya adalah Raden Nuh (RN) asal Kota Medan. Seperti apa Raden Nuh hidup di ibu kota Sumatera Utara ini?
Pascatamat kuliah di Universitas Sumatera Utara (USU), Nuh memulai petualangan dengan hijrah ke Ibu Kota. Di sana, dia menjelma menjadi eksekutif muda. Maklum, semasa kuliah, selain aktif berorganisasi, Nuh juga memiliki kecerdasan di atas rata-rata kawan sebayanya. Sejumlah perusahaan besar baik di perbankan maupun asuransi sudah ia jajal, sampai akhirnya ia berhasil menduduki posisi top manajer. “Dia pernah sukses luar biasa di banyak perusahaan besar dengan menduduki jabatan di level top manajer,” kata Agus Suriadi, dosen Fisip USU yang juga sahabat dekat Raden Nuh kepada Sumut Pos di Medan, Selasa (4/11).

Agus Suriadi mengaku bahwa Nuh adalah adek kelasnya semasa kuliah. Agus juga sangat mengenal baik sosok Raden Nuh. Menurut Agus, Nuh memiliki jiwa petualang dan juga cerdas. Hal itu terbukti dari wara-wirinya di sejumlah perusahaan sampai menggeluti bidang bisnis, menjadi seorang eksekutif. “Saya amat mengenal baik siapa Raden Nuh. Selain energik dan cerdas, dia juga sosok petualang. Dia seorang pria yang sangat sukses. Sempat berkarir di perbankan dan perusahaan asuransi, di mana sampai menduduki posisi top manajer,” kenang Agus.

Agus menilai, terlepas dari apa yang telah dilakukan Nuh, berkaitan dengan pemberitaan miring oleh media yang diduga melakukan pemerasan, Polri juga harus memeriksa kebenaran aduan si pelapor. “Jadi jangan satu sisi saja. Yang kedua saya yakin Raden juga tidak berdiri sendiri, pasti ada banyak jaringannya,” ungkapnya.

Menurut Agus peristiwa yang dialami Nuh merupakan risiko atas suatu kegiatan yang dilakukannya. “Kalau memang benar, maka bisa diargumentasikan sesuai dengan fakta yang ada. Kita kan sama-sama tahu bahwa setiap perbuatan yang dilakukan pasti ada risiko hukumnya,” ucapnya.

Agus berpendapat, lantaran Nuh suka berpetualang, mungkin ia merasa tidak betah dengan pekerjaannya dan butuh tantangan baru sehingga bergabung di akun @TrioMacan2000 bersama koleganya. “Saya pikir Nuh tidak mungkin bekerja sendiri. Dia pasti memiliki banyak teman dan jaringan juga. Karena tidak mungkin mereka bisa dapatkan data-data penting seperti kasus korupsi pejabat, kemudian itu berani mereka ungkap ke permukaan melalui sosial media,” jelas Agus.

Sumut Pos juga sempat melacak kediaman keluarga Nuh di Medan tepatnya di Jl AR Hakim, Gang Delapan, Kec Medan Area. Sesampainya di rumah itu, Sumut Pos hanya bertemu dengan seorang pria bernama Yusuf. Diketahui bahwa pria berperawakan sawo matang itu adalah adik ipar dari adik kandung Nuh, yakni Julianti. “Tidak ada siapa pun di rumah. Semuanya pada keluar bekerja,” kata Yusuf sambil mengaduk adonan untuk membuat kue putu bambu.

Ternyata sejak dulu orangtua Nuh memiliki usaha dengan berjualan kue putu bambu yang sampai sekarang dilanjutkan oleh keluarga adiknya. “Mulai jualannya sore hari. Kami berjualan di Jalan Sumatera. Usaha ini sejak lama sudah ada dan sekarang kami yang meneruskan,” aku Yusuf.

Yusuf tak begitu mengenal sosok Nuh. Yang ia tahu Nuh orangnya tidak begitu suka bergaul di masyarakat. “Bang Nuh orangnya pendiam tapi pintar. Dia lebih senang beraktivitas di rumah dengan membaca buku,” imbuh Yusuf.

Dia mengaku kalau sudah sejak lama keluarga Nuh memilih pindah ke Jakarta. Sedangkan Julianti, saudara perempuan Nuh memilih tinggal di Medan. “Cuma kakak (Julianti, Red) saja yang tinggal di rumah ini. Saya adik iparnya dan bantu-bantu jalankan usaha putu bambu ini,” ungkapnya.

Nuh merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Kakaknya paling besar bernama Syafrida dan kedua adiknya bernama Julianti dan Edi. Syafrida dan Edi juga memilih hidup di Ibu Kota, sedangkan Julianti berprofesi sebagai guru SMA di Kota Binjai. Nuh dan keluarga sempat pulang ke Medan pada 2011 lalu, di mana saat itu Roslaini, ibunda mereka meninggal dunia. “Selain pendiam dan pintar, Bang Nuh juga sayang kepada orangtua. Makanya kemarin waktu mamanya meninggal dia sempat mencak-mencak di rumah sakit. Dia merasa terpukul kala itu,” cerita Yusuf.

“Katanya di Medan itu susah cari kerja, kebanyakan orang China yang lebih dipercaya oleh perusahaan-perusahaan. Makanya dia (Raden Nuh) merantau ke Jakarta,” sambung Yusuf.

Yusuf mengaku tidak mengetahui kabar berita Nuh ditangkap Polda Metro Jaya atas dugaan pemerasaan. “Kalau soal itu saya tidak tahu,” bebernya.

Sebelumnya Sabari, Kepala Lingkungan 8, Sukarmai I, Kecamatan Medan Area mengatakan, semenjak Nuh selesai kuliah di Medan, dirinya sudah lama tidak berjumpa dengan Nuh. “Wah, kalau sekarang ini saya tidak tahu lagi Raden itu seperti apa,” kata Sabari saat ditemui Sumut Pos di rumahnya.

Sama seperti Agus dan Yusuf, Sabari mengaku kalau Raden Nuh adalah anak yang cerdas dan pendiam. “Dia anak yang baik. Anaknya juga suka baca puisi dan aktif semasa remaja. Meski tidak suka banyak cakap, tapi anaknya pintar. Mereka berempat itu semuanya kuliah,” ungkap Sabari.

Diceritakan Sabari bahwa dulunya orangtua Nuh berjualan kue putu bambu. Seingatnya sekitar tahun 1985, di mana Nuh masih lajang, dirinya masih sempat bertemu dengan keluarga mereka. “Sekarang usaha itu adiknya dia yang teruskan. Jadi gak lama Raden menetap dan kerja di Jakarta, keluarganya pun memilih pindah ke sana. Hanya Julianti saja yang tinggal di Medan. Paling sesekali saja pulang ke mari,” ujarnya.

Sabari tak tahu banyak tentang peristiwa penangkapan Raden Nuh. Namun diakuinya kalau warga setempat sempat kaget membaca berita di koran, kalau ternyata salah satu orang dari akun @TrioMacan2000 yang fenomenal itu adalah anak Kecamatan Medan Area. “Kaget sih waktu baca koran rupanya Raden Nuh yang pernah tinggal di sini. Pas cerita-cerita sama warga lain juga mereka tidak percaya kalau itu si Raden,” imbuhnya.

Seperti diberitkan, Raden ditangkap di rumah kos Jl. Tebet Barat Dalam 5, Tebet, Jakarta Selatan. Sebelum Nuh, Polda Metro Jaya telah menahan orang yang diduga sebagai admin @TrioMacam2000 berinisial ES. Dia ditahan terkait dugaan pemerasan kepada salah satu pejabat PT Telkom. ES diduga tidak bergerak sendirian dan memiliki jaringan cukup banyak. Di mana berdasarkan pelapor berinisial AS yang melaporkan HK dan kawan-kawan soal tindak pidana pemerasan dengan kerugian Rp358.000.000. Diketahui pula bahwa RN adalah orang yang pernah mengaku menjadi salah satu admin dari akun @TrioMacam2000 pada November 2012 lalu. (rbb)

google.com DITAHAN: Raden Nuh (kiri) saat berada di Mapolda Metro Jaya.
google.com
DITAHAN: Raden Nuh (kiri) saat berada di Mapolda Metro Jaya.

OLEH: PRAN HASIBUAN, Medan

SUMUTPOS.CO- Bagi masyarakat Indonesia terutama yang aktif di dunia sosial media seperti twitter, tentu tak asing lagi dengan akun bernama @TrioMacan2000. Kiprah akun fenomenal dengan segudang isu kontroversial yang kerap dihembuskan dalam setiap tweetnya, menuai rasa penasaran berbagai pihak untuk mengetahui siapa admin atau pemilik akun tersebut.

Polda Metro Jaya akhirnya berhasil mencokok admin atau pemilik akun @TrioMacan2000 itu, Senin (3/11) lalu. Satu di antaranya adalah Raden Nuh (RN) asal Kota Medan. Seperti apa Raden Nuh hidup di ibu kota Sumatera Utara ini?
Pascatamat kuliah di Universitas Sumatera Utara (USU), Nuh memulai petualangan dengan hijrah ke Ibu Kota. Di sana, dia menjelma menjadi eksekutif muda. Maklum, semasa kuliah, selain aktif berorganisasi, Nuh juga memiliki kecerdasan di atas rata-rata kawan sebayanya. Sejumlah perusahaan besar baik di perbankan maupun asuransi sudah ia jajal, sampai akhirnya ia berhasil menduduki posisi top manajer. “Dia pernah sukses luar biasa di banyak perusahaan besar dengan menduduki jabatan di level top manajer,” kata Agus Suriadi, dosen Fisip USU yang juga sahabat dekat Raden Nuh kepada Sumut Pos di Medan, Selasa (4/11).

Agus Suriadi mengaku bahwa Nuh adalah adek kelasnya semasa kuliah. Agus juga sangat mengenal baik sosok Raden Nuh. Menurut Agus, Nuh memiliki jiwa petualang dan juga cerdas. Hal itu terbukti dari wara-wirinya di sejumlah perusahaan sampai menggeluti bidang bisnis, menjadi seorang eksekutif. “Saya amat mengenal baik siapa Raden Nuh. Selain energik dan cerdas, dia juga sosok petualang. Dia seorang pria yang sangat sukses. Sempat berkarir di perbankan dan perusahaan asuransi, di mana sampai menduduki posisi top manajer,” kenang Agus.

Agus menilai, terlepas dari apa yang telah dilakukan Nuh, berkaitan dengan pemberitaan miring oleh media yang diduga melakukan pemerasan, Polri juga harus memeriksa kebenaran aduan si pelapor. “Jadi jangan satu sisi saja. Yang kedua saya yakin Raden juga tidak berdiri sendiri, pasti ada banyak jaringannya,” ungkapnya.

Menurut Agus peristiwa yang dialami Nuh merupakan risiko atas suatu kegiatan yang dilakukannya. “Kalau memang benar, maka bisa diargumentasikan sesuai dengan fakta yang ada. Kita kan sama-sama tahu bahwa setiap perbuatan yang dilakukan pasti ada risiko hukumnya,” ucapnya.

Agus berpendapat, lantaran Nuh suka berpetualang, mungkin ia merasa tidak betah dengan pekerjaannya dan butuh tantangan baru sehingga bergabung di akun @TrioMacan2000 bersama koleganya. “Saya pikir Nuh tidak mungkin bekerja sendiri. Dia pasti memiliki banyak teman dan jaringan juga. Karena tidak mungkin mereka bisa dapatkan data-data penting seperti kasus korupsi pejabat, kemudian itu berani mereka ungkap ke permukaan melalui sosial media,” jelas Agus.

Sumut Pos juga sempat melacak kediaman keluarga Nuh di Medan tepatnya di Jl AR Hakim, Gang Delapan, Kec Medan Area. Sesampainya di rumah itu, Sumut Pos hanya bertemu dengan seorang pria bernama Yusuf. Diketahui bahwa pria berperawakan sawo matang itu adalah adik ipar dari adik kandung Nuh, yakni Julianti. “Tidak ada siapa pun di rumah. Semuanya pada keluar bekerja,” kata Yusuf sambil mengaduk adonan untuk membuat kue putu bambu.

Ternyata sejak dulu orangtua Nuh memiliki usaha dengan berjualan kue putu bambu yang sampai sekarang dilanjutkan oleh keluarga adiknya. “Mulai jualannya sore hari. Kami berjualan di Jalan Sumatera. Usaha ini sejak lama sudah ada dan sekarang kami yang meneruskan,” aku Yusuf.

Yusuf tak begitu mengenal sosok Nuh. Yang ia tahu Nuh orangnya tidak begitu suka bergaul di masyarakat. “Bang Nuh orangnya pendiam tapi pintar. Dia lebih senang beraktivitas di rumah dengan membaca buku,” imbuh Yusuf.

Dia mengaku kalau sudah sejak lama keluarga Nuh memilih pindah ke Jakarta. Sedangkan Julianti, saudara perempuan Nuh memilih tinggal di Medan. “Cuma kakak (Julianti, Red) saja yang tinggal di rumah ini. Saya adik iparnya dan bantu-bantu jalankan usaha putu bambu ini,” ungkapnya.

Nuh merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Kakaknya paling besar bernama Syafrida dan kedua adiknya bernama Julianti dan Edi. Syafrida dan Edi juga memilih hidup di Ibu Kota, sedangkan Julianti berprofesi sebagai guru SMA di Kota Binjai. Nuh dan keluarga sempat pulang ke Medan pada 2011 lalu, di mana saat itu Roslaini, ibunda mereka meninggal dunia. “Selain pendiam dan pintar, Bang Nuh juga sayang kepada orangtua. Makanya kemarin waktu mamanya meninggal dia sempat mencak-mencak di rumah sakit. Dia merasa terpukul kala itu,” cerita Yusuf.

“Katanya di Medan itu susah cari kerja, kebanyakan orang China yang lebih dipercaya oleh perusahaan-perusahaan. Makanya dia (Raden Nuh) merantau ke Jakarta,” sambung Yusuf.

Yusuf mengaku tidak mengetahui kabar berita Nuh ditangkap Polda Metro Jaya atas dugaan pemerasaan. “Kalau soal itu saya tidak tahu,” bebernya.

Sebelumnya Sabari, Kepala Lingkungan 8, Sukarmai I, Kecamatan Medan Area mengatakan, semenjak Nuh selesai kuliah di Medan, dirinya sudah lama tidak berjumpa dengan Nuh. “Wah, kalau sekarang ini saya tidak tahu lagi Raden itu seperti apa,” kata Sabari saat ditemui Sumut Pos di rumahnya.

Sama seperti Agus dan Yusuf, Sabari mengaku kalau Raden Nuh adalah anak yang cerdas dan pendiam. “Dia anak yang baik. Anaknya juga suka baca puisi dan aktif semasa remaja. Meski tidak suka banyak cakap, tapi anaknya pintar. Mereka berempat itu semuanya kuliah,” ungkap Sabari.

Diceritakan Sabari bahwa dulunya orangtua Nuh berjualan kue putu bambu. Seingatnya sekitar tahun 1985, di mana Nuh masih lajang, dirinya masih sempat bertemu dengan keluarga mereka. “Sekarang usaha itu adiknya dia yang teruskan. Jadi gak lama Raden menetap dan kerja di Jakarta, keluarganya pun memilih pindah ke sana. Hanya Julianti saja yang tinggal di Medan. Paling sesekali saja pulang ke mari,” ujarnya.

Sabari tak tahu banyak tentang peristiwa penangkapan Raden Nuh. Namun diakuinya kalau warga setempat sempat kaget membaca berita di koran, kalau ternyata salah satu orang dari akun @TrioMacan2000 yang fenomenal itu adalah anak Kecamatan Medan Area. “Kaget sih waktu baca koran rupanya Raden Nuh yang pernah tinggal di sini. Pas cerita-cerita sama warga lain juga mereka tidak percaya kalau itu si Raden,” imbuhnya.

Seperti diberitkan, Raden ditangkap di rumah kos Jl. Tebet Barat Dalam 5, Tebet, Jakarta Selatan. Sebelum Nuh, Polda Metro Jaya telah menahan orang yang diduga sebagai admin @TrioMacam2000 berinisial ES. Dia ditahan terkait dugaan pemerasan kepada salah satu pejabat PT Telkom. ES diduga tidak bergerak sendirian dan memiliki jaringan cukup banyak. Di mana berdasarkan pelapor berinisial AS yang melaporkan HK dan kawan-kawan soal tindak pidana pemerasan dengan kerugian Rp358.000.000. Diketahui pula bahwa RN adalah orang yang pernah mengaku menjadi salah satu admin dari akun @TrioMacam2000 pada November 2012 lalu. (rbb)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/