30 C
Medan
Saturday, June 29, 2024

Perusahaan Disweeping Sejak Subuh

Aktivitas Pabrik di Kawasan Industri Medan Lumpuh

Aksi demo kemarin juga melumpuhkan kawasan industri di Medan. Sebut saja Kawasan Industri Medan (KIM) Star dan Kawasan Industri Medan (KIM) 1,2, dan 3 yang terletak di daerah Mabar. Dua kawasan industri itu tutup selama aksi berlangsung. Bukan hanya itu, para pekerja ini di sweeping sejak pagi buta alias subuh.

SWEEPING: Massa buruh melakukan sweeping  sebuah perusahaan  berada  KIM.//fachrur rozi/SUMUT POS
SWEEPING: Massa buruh melakukan sweeping di sebuah perusahaan yang berada di KIM.//fachrur rozi/SUMUT POS

Direktur umum KIM Star, Satria Ginting mengatakan sejak pukul empat pagi hingga pukul enam pagi. Para buruh yang akan berdemo sudah menunggu di depan pagar KIM Star, sehingga sebelum masuk ke dalam pabrik, para buruh yang berniat bekerja dipaksakan ikut berdemo.

“Padahal pukul tersebut, belum ada polisi yang berjaga. Jadi karena sudah dijegat di depan akhirnya tidak ada yang bekerja. Pabrik tutuplah karena tidak ada aktivitas apapun,” ujarnya.

Satria menjelaskan, pihaknya memang sudah berkoordinasi dengan kepolisian. Namun, buruh memiliki strategi yang berbeda dari aksi sweeping sebelumnya sebab mereka sudah bergerak sebelum polisi masuk kawasan pabrik. “Kita memang tidak bisa memperkirakan berapa besar kerugian akibat aksi ini. Namun, sistem distribusi dan produksi 80 perusahaan di sini berhenti,” jelasnya. Pengusaha, tambahnya, tidak mau mengambil risiko karena takut buruh akan bertindak anarkis hingga menimbulkan keriuhan yang lebih besar.

Hal senada juga diungkapkan oleh Humas KIM, Pangkal Simanjuntak, demo buruh menuntut revisi UMP kali ini benar-benar terencana dengan baik. Sebab, aksi sweeping yang mereka lakukan tidak lagi meminta perwakilan namun sudah berupa pemaksaan. “Sweeping sudah dilakukan sejak jam tujuh pagi. Mereka menghadang pekerja yang mau masuk ke pabrik dan memaksa ikut aksi demo,” ungkapnya.

Aksi pemaksaan ini memang mendapat reaksi beragam dari pekerja yang memang berniat untuk tetap bekerja. Demi menghindari benturan antara pengusaha dan buruh, akhirnya pabrik memilih untuk tutup. “Rata-rata pengusaha memilih tutup. Pekerja yang tetap ingin kerja, dipulangkan. Karena jika tetap beroperasi, mereka takut buruh akan mengamuk dan menimbulkan kerugian yang lebih besar,” katanya.

Meski siang hari kondisi di KIM sudah normal, namun perusahaan yang memilih beroperasi hanya sekitar 20 persen  dan bagian administrasi saja. Kalau untuk distribusi dan produksi berhenti total.

Persoalan UMP memang sudah masalah nasional dan jika tidak ditangani cepat akan berdampak terhadap investasi. Bahkan, lebih parah lagi bisa memicu pemutusan hubungan kerja (PHK). Karena pengusaha pun sudah gerah dengan aksi demo yang terus berlanjut. “Namun jika terus berlanjut dan pabrik berhenti beroperasi,akan membuat pasokan barang sedikit hingga membuat harganya melonjak. Masyarakat juga yang dirugikan dan buruh termasuk di dalamnya,” ujar pengamat ekonomi dari Universitas Negeri Medan, M Ishak.

Menurutnya, tuntutan buruh menaikkan upah bukanlah solusi yang terbaik. Sebab, seberapa pun gajinya tidak akan sejahtera karena kenaikan gaji selalu diikuti kenaikan harga barang. Karena itu, uang yang mereka miliki tidak berharga dan daya belinya menurun.

“Buruh harusnya tidak menuntut penambahan gaji, tapi skill atau kemampuan. Hal ini pun relatif tidak begitu membutuhkan investasi yang besar dan perusahaan bisa membiayainya dari dana Corporate Social Responsibility (CSR).  Dengan cara seperti ini, setiap ada penetapan UMP maupun UMK, tidak akan ada lagi gelombang unjuk rasa seperti yang terjadi sekarang,” katanya.

Kalau unjuk rasa ini terus berlanjut, ancaman yang paling berat bisa jadi perusahaan kolaps dan otomatis buruh kehilangan pekerjaan. “Pengusaha tidak akan mengalami problematika kalau kolaps karena masih punya aset lain. Tapi buruh kehilangan pekerjaan. Nah, itu artinya, buruh juga yang rugi,” tukas Ishak.

Sementara itu, sebelumnya Sekretaris Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sumut, Laksamana Adyaksa  menyatakan pengusaha boleh melakukan sesuai dengan opsi yang diberikan oleh Apindo pusat. Seperti melakukan pengurangan karyawan, mengajukan gugatan, atau tutup. Ini opsi yang diberikan. Dan keputusan diberikan seutuhnya pada pengusaha. “Menyikapi bijaksanalah upah ini. Karena upah tidak bisa berubah-ubah. Karena bila ketinggian, akan menyusahkan pengusaha juga,” ungkapnya.

Kemarin, tidak hanya pabrik di KIM saja yang menjadi sasaran, ribuan buruh juga mennyisir industri yang berada di sepanjang Jalan KL Yos Sudarso Kecamatan Medandeli. Aksi saling sorak serta nyaris menimbulkan ketegangan pun terjadi ketika massa berada di depan PT Industri Karet Deli (IKD) dan PT Musim Mas.

Massa yang meminta pihak perusahaan untuk mengeluarkan para pekerjanya terlibat adu mulut dengan pihak keamanan pabrik, namun ketegangan yang membuat arus lalu lintas di jalan tersebut lumpuh itu berhasil diredakan pihak kepolisian. “Woi, keluar buruh yang ada di dalam. Biarkan mereka bergabung bersama kami, untuk bersatu menuntut kesejahteraan dan dinaikannya UMP,” teriak massa. (ram/mag-17)

Aktivitas Pabrik di Kawasan Industri Medan Lumpuh

Aksi demo kemarin juga melumpuhkan kawasan industri di Medan. Sebut saja Kawasan Industri Medan (KIM) Star dan Kawasan Industri Medan (KIM) 1,2, dan 3 yang terletak di daerah Mabar. Dua kawasan industri itu tutup selama aksi berlangsung. Bukan hanya itu, para pekerja ini di sweeping sejak pagi buta alias subuh.

SWEEPING: Massa buruh melakukan sweeping  sebuah perusahaan  berada  KIM.//fachrur rozi/SUMUT POS
SWEEPING: Massa buruh melakukan sweeping di sebuah perusahaan yang berada di KIM.//fachrur rozi/SUMUT POS

Direktur umum KIM Star, Satria Ginting mengatakan sejak pukul empat pagi hingga pukul enam pagi. Para buruh yang akan berdemo sudah menunggu di depan pagar KIM Star, sehingga sebelum masuk ke dalam pabrik, para buruh yang berniat bekerja dipaksakan ikut berdemo.

“Padahal pukul tersebut, belum ada polisi yang berjaga. Jadi karena sudah dijegat di depan akhirnya tidak ada yang bekerja. Pabrik tutuplah karena tidak ada aktivitas apapun,” ujarnya.

Satria menjelaskan, pihaknya memang sudah berkoordinasi dengan kepolisian. Namun, buruh memiliki strategi yang berbeda dari aksi sweeping sebelumnya sebab mereka sudah bergerak sebelum polisi masuk kawasan pabrik. “Kita memang tidak bisa memperkirakan berapa besar kerugian akibat aksi ini. Namun, sistem distribusi dan produksi 80 perusahaan di sini berhenti,” jelasnya. Pengusaha, tambahnya, tidak mau mengambil risiko karena takut buruh akan bertindak anarkis hingga menimbulkan keriuhan yang lebih besar.

Hal senada juga diungkapkan oleh Humas KIM, Pangkal Simanjuntak, demo buruh menuntut revisi UMP kali ini benar-benar terencana dengan baik. Sebab, aksi sweeping yang mereka lakukan tidak lagi meminta perwakilan namun sudah berupa pemaksaan. “Sweeping sudah dilakukan sejak jam tujuh pagi. Mereka menghadang pekerja yang mau masuk ke pabrik dan memaksa ikut aksi demo,” ungkapnya.

Aksi pemaksaan ini memang mendapat reaksi beragam dari pekerja yang memang berniat untuk tetap bekerja. Demi menghindari benturan antara pengusaha dan buruh, akhirnya pabrik memilih untuk tutup. “Rata-rata pengusaha memilih tutup. Pekerja yang tetap ingin kerja, dipulangkan. Karena jika tetap beroperasi, mereka takut buruh akan mengamuk dan menimbulkan kerugian yang lebih besar,” katanya.

Meski siang hari kondisi di KIM sudah normal, namun perusahaan yang memilih beroperasi hanya sekitar 20 persen  dan bagian administrasi saja. Kalau untuk distribusi dan produksi berhenti total.

Persoalan UMP memang sudah masalah nasional dan jika tidak ditangani cepat akan berdampak terhadap investasi. Bahkan, lebih parah lagi bisa memicu pemutusan hubungan kerja (PHK). Karena pengusaha pun sudah gerah dengan aksi demo yang terus berlanjut. “Namun jika terus berlanjut dan pabrik berhenti beroperasi,akan membuat pasokan barang sedikit hingga membuat harganya melonjak. Masyarakat juga yang dirugikan dan buruh termasuk di dalamnya,” ujar pengamat ekonomi dari Universitas Negeri Medan, M Ishak.

Menurutnya, tuntutan buruh menaikkan upah bukanlah solusi yang terbaik. Sebab, seberapa pun gajinya tidak akan sejahtera karena kenaikan gaji selalu diikuti kenaikan harga barang. Karena itu, uang yang mereka miliki tidak berharga dan daya belinya menurun.

“Buruh harusnya tidak menuntut penambahan gaji, tapi skill atau kemampuan. Hal ini pun relatif tidak begitu membutuhkan investasi yang besar dan perusahaan bisa membiayainya dari dana Corporate Social Responsibility (CSR).  Dengan cara seperti ini, setiap ada penetapan UMP maupun UMK, tidak akan ada lagi gelombang unjuk rasa seperti yang terjadi sekarang,” katanya.

Kalau unjuk rasa ini terus berlanjut, ancaman yang paling berat bisa jadi perusahaan kolaps dan otomatis buruh kehilangan pekerjaan. “Pengusaha tidak akan mengalami problematika kalau kolaps karena masih punya aset lain. Tapi buruh kehilangan pekerjaan. Nah, itu artinya, buruh juga yang rugi,” tukas Ishak.

Sementara itu, sebelumnya Sekretaris Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sumut, Laksamana Adyaksa  menyatakan pengusaha boleh melakukan sesuai dengan opsi yang diberikan oleh Apindo pusat. Seperti melakukan pengurangan karyawan, mengajukan gugatan, atau tutup. Ini opsi yang diberikan. Dan keputusan diberikan seutuhnya pada pengusaha. “Menyikapi bijaksanalah upah ini. Karena upah tidak bisa berubah-ubah. Karena bila ketinggian, akan menyusahkan pengusaha juga,” ungkapnya.

Kemarin, tidak hanya pabrik di KIM saja yang menjadi sasaran, ribuan buruh juga mennyisir industri yang berada di sepanjang Jalan KL Yos Sudarso Kecamatan Medandeli. Aksi saling sorak serta nyaris menimbulkan ketegangan pun terjadi ketika massa berada di depan PT Industri Karet Deli (IKD) dan PT Musim Mas.

Massa yang meminta pihak perusahaan untuk mengeluarkan para pekerjanya terlibat adu mulut dengan pihak keamanan pabrik, namun ketegangan yang membuat arus lalu lintas di jalan tersebut lumpuh itu berhasil diredakan pihak kepolisian. “Woi, keluar buruh yang ada di dalam. Biarkan mereka bergabung bersama kami, untuk bersatu menuntut kesejahteraan dan dinaikannya UMP,” teriak massa. (ram/mag-17)

Previous article
Next article

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/