Kepala SMA Negeri 2 Medan, Sutrisno menuturkan, pihak sekolah telah mengantisipasi aksi corat-coret tersebut dengan mengharuskan siswa memakai batik pada hari terakhir UN. Selain itu, dilakukan juga razia terhadap barang bawaan siswa.
“Kita sudah melakukan upaya maksimal dan bahkan seragam sekolah diminta untuk disumbangkan. Akan tetapi, ini masih terjadi juga dan kita sangat menyesalkan,” katanya.
Disinggung apakah ada sanksi terhadap siswa yang melakukan aksi itu, Sutrisno menyebutkan tidak ada diberlakukan. Sebab, itu hanya proses pembelajaran mereka saja menuju kedewasaan.
Hal senada juga diutarakan Kepala SMA Negeri 4 Medan, Ramly. Dia mengaku, semua siswa di sekolah yang dipimpinnya memakai baju batik untuk meminimalisir euforia pasca UN. Bahkan, sebelum anak didiknya pulang dari sekolah, semua tas diperiksa oleh panitia.
“Kita hanya menemukan beberapa siswa membawa baju putih sekolah, yang katanya untuk disumbangan. Tidak ada yang membawa spidol atau cat pilox. Baju putih pun langsung kita ambil,” tuturnya.
Dijelaskan Ramly, siswa yang mengikuti UN di sekolahnya berjumlah 573 orang. Dimana 25 orang berasal dari sekolah sub rayonnya yakni SMA APIPSU sebanyak 16 orang, SMA PGRI 1 6 orang dan SMA Karya Bakti 3 orang.
“Ada juga SMA Juwita yang status gabung karena jumlah siswanya hanya 13 orang. Namun UN dilakukan di sekolahnya, dengan mendatangkan pengawas dari sini,” terang Ramly.
Terpisah, Pengamat Pendidikan dari Universitas Negeri Medan, M Rizal menilai, budaya tersebut seharusnya tidak terjadi lagi. Aksi itu bisa dicegah dari kreativitas sekolah. “Ini kembali lagi kepada sekolah dan dituntut kreativitasnya untuk menyalurkan budaya itu. Misalnya, sekolah menyediakan spanduk kosong untuk digunakan corat-coret kepada seluruh siswanya yang telah melaksanakan UN,” ungkap Rizal.
Menurut Rizal, para pelajar yang melakukan aksi itu pada dasarnya mengikuti tradisi seniornya terdahulu. Karena itu, sekolah yang harus berperan menghilangkan budaya tersebut dengan berbagai kegiatan positif lainnya.
“Saya pernah melihat di salah satu sekolah di Medan, dimana setelah ujian para siswanya memberikan seragamnnya untuk disumbangkan. Ini tentunya suatu bentuk kegiatan positif dan patut ditiru,” tukasnya.
Sementara itu, pantauan Sumut Pos di seputaran Lapangan Merdeka Medan, tampak sejumlah pelajar ditilang Polisi. Salah satunya adalah Pelajar SMA Negeri 17 Medan yang mengendarai sepeda motor BK 4506 AAQ, berboncengan 3 tanpa mengenakan helm.
Saat ditilang, ketiga Pelajar itu, mengaku bermaksud pulang ke rumah mereka dan meminta untuk tidak ditilang. “Bawa dulu surat-surat kenderaan ini, baru bisa sepeda motor itu kalian ambil, ” ungkap petugas yang memilang, pada ketiga Pelajar tersebut.
Kasat Lantas Polresta Medan, Kompol T Rizal Moelana menjelaskan sebelum para pelajar itu selesai melaksanakan UN, pihaknya sudah berjaga di sejumlah titik yang diperkirakan akan dilalui. Hasilnya, disebut Rizal jika sebanyak 150 set tilang dikeluarkan pihaknya terhadap para pelajar yang konvoi tampa mentaati peraturan lalu lintas. (ain/ije)