25.6 C
Medan
Monday, June 17, 2024

Linglung, Kompol Fahrizal Diperiksa Dokter Jiwa

Namun, sejauh ini, MP Nainggolan mengaku, Poldasu masih melakukan penyidikan lebih lanjut terhadap penembakan yang dilakukan oleh Wakapolres Lombok Tengah itu kepada adik iparnya, Jumingan (33), di kediaman orangtuanya di Jalan Tirtosari, Gang Keluarga, No 14, Kelurahan Bantan, Kecamatan Medan Tembung, Rabu (3/4) malam lalu.

“Saksi yang diperiksa masih tiga orang. Yakni ibu dan istri Fahrizal, serta istri korban,” sebutnya. Disinggung soal motif dari pelaku sampai menembak adik iparnya, MP Nainggolan, enggan untuk memberikan tanggapannya. Ia hanya mengatakan, jika untuk motif sejauh ini masih dalam penyelidikan.

“Seperti apa pun informasi yang ada dilapangan, tapi dari Polisi sejauh ini motifnya masih dalam tahap pendalaman,” pungkasnya.

Masih belum jelasnya motif penembakan yang dilakukan Kompol Fahrizal itu membuat kasus ini masih simpang siur. Pengamat hukum Julheri Sinaga pun mendesak kepolisian untuk membuka kasus ini. “Saya minta jangan ada yang ditutup-tutupi, karena ini sudah menjadi konsumsi publik. Semua pada umumnya sama dimata hukum, mau dia polisi, tukang becak sama,” katanya saat dihubungi via ponselnya.

Kasus yang menimpa Kompol Fahrizal ini kata dia, seharusnya menjadi pelajaran bagi institusi kepolisian dalam penggunaan senjata api (senpi) dikalangan anggota. Sebab kata dia, setiap personel yang ingin menggunakan senpi terlebih dahulu harus melakukan tes psikologi. “Setiap anggota kepolisian yang ingin menggunakan senjata api, harus melakukan tes kejiwaan. Pegang senjata itu resikonya kan besar. Bila dalam keadaan tertekan dan terganggu kejiwaannya, bisa-bisa banyak orang jadi korban,” katanya.

Dia pun mengkritisi metode pendidikan di kepolisian, yang menurutnya ada yang salah. “Bisa saja kondisinya selama menjalani kedinasan dalam keadaan tertekan, apalagi dia kan masih bawahan. Setiap hari makan perintah dari atasan. Jadi ada yang salah sebenarnya metode pendidikan di kepolisian,” tukasnya. (mag-1)

Namun, sejauh ini, MP Nainggolan mengaku, Poldasu masih melakukan penyidikan lebih lanjut terhadap penembakan yang dilakukan oleh Wakapolres Lombok Tengah itu kepada adik iparnya, Jumingan (33), di kediaman orangtuanya di Jalan Tirtosari, Gang Keluarga, No 14, Kelurahan Bantan, Kecamatan Medan Tembung, Rabu (3/4) malam lalu.

“Saksi yang diperiksa masih tiga orang. Yakni ibu dan istri Fahrizal, serta istri korban,” sebutnya. Disinggung soal motif dari pelaku sampai menembak adik iparnya, MP Nainggolan, enggan untuk memberikan tanggapannya. Ia hanya mengatakan, jika untuk motif sejauh ini masih dalam penyelidikan.

“Seperti apa pun informasi yang ada dilapangan, tapi dari Polisi sejauh ini motifnya masih dalam tahap pendalaman,” pungkasnya.

Masih belum jelasnya motif penembakan yang dilakukan Kompol Fahrizal itu membuat kasus ini masih simpang siur. Pengamat hukum Julheri Sinaga pun mendesak kepolisian untuk membuka kasus ini. “Saya minta jangan ada yang ditutup-tutupi, karena ini sudah menjadi konsumsi publik. Semua pada umumnya sama dimata hukum, mau dia polisi, tukang becak sama,” katanya saat dihubungi via ponselnya.

Kasus yang menimpa Kompol Fahrizal ini kata dia, seharusnya menjadi pelajaran bagi institusi kepolisian dalam penggunaan senjata api (senpi) dikalangan anggota. Sebab kata dia, setiap personel yang ingin menggunakan senpi terlebih dahulu harus melakukan tes psikologi. “Setiap anggota kepolisian yang ingin menggunakan senjata api, harus melakukan tes kejiwaan. Pegang senjata itu resikonya kan besar. Bila dalam keadaan tertekan dan terganggu kejiwaannya, bisa-bisa banyak orang jadi korban,” katanya.

Dia pun mengkritisi metode pendidikan di kepolisian, yang menurutnya ada yang salah. “Bisa saja kondisinya selama menjalani kedinasan dalam keadaan tertekan, apalagi dia kan masih bawahan. Setiap hari makan perintah dari atasan. Jadi ada yang salah sebenarnya metode pendidikan di kepolisian,” tukasnya. (mag-1)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/