26.7 C
Medan
Saturday, May 18, 2024

Masih Merebak di Arab Saudi

FOTO: MINOER RASYID/SUMUT POS Ketua Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi/SMF Paru RSUP H Adam Malik Medan Prof Dr Luhur Soeroso memberikan keterangan kepada wartawan terkait seorang pasien suspect MERS, yang meninggal di RSUP H Adam Malik Medan, Selasa (6/5). Pihaknya sempat merawat seorang pasien berinisial KS (54) sebelum meninggal seusai pulang umrah dan mengalami keluhan mirip penderita yang terserang Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-Cov). Namun tim dokter belum bisa memastikan karena swap (sampel cairan tenggorokan) tidak diambil karena tidak diizinkan keluarga.
FOTO: MINOER RASYID/SUMUT POS
Ketua Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi/SMF Paru RSUP H Adam Malik Medan Prof Dr Luhur Soeroso memberikan keterangan kepada wartawan terkait seorang pasien suspect MERS, yang meninggal di RSUP H Adam Malik Medan, Selasa (6/5). Pihaknya sempat merawat seorang pasien berinisial KS (54) sebelum meninggal seusai pulang umrah dan mengalami keluhan mirip penderita yang terserang Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-Cov). Namun tim dokter belum bisa memastikan karena swap (sampel cairan tenggorokan) tidak diambil karena tidak diizinkan keluarga.

SUMUTPOS.CO – Prof Dr Luhur Soeroso, SpP(K), Kepala Departement/SMF Paru RSUP H Adam Malik Medan mengatakan, wabah MERS COV yang disebabkan oleh Corona Virus kini memang sedang merebak di Arab Saudi. Banyak orang di sana yang sudah meninggal. Pasien pertama sekali ditemukan di Jordania, dan sekitar 30 persen pasien yang terinfeksi meninggal dunia.

MERS COV ini, jelas Luhur, sangat berbeda dengan kasus infeksi Corona Virus yang pernah terjadi di Singapura 2003 lalu. Corona Virus yang lalu, virusnya sangat mematikan, dan petugas kesehatan banyak yang meninggal. “Corona virus kali ini adalah Beta Corona Virus. Artinya virus mengenai ke manusia dan dari virus ini dan terjadi gejala yang disebutkan dengan resporato syndrome,” tuturnya.

Dengan resporato syndrome ini, penderita akan mengalami gejala awal flu, demam dan sesak nafas. Dan jika dibiarkan akan menyebabkan kematian.

“Jika ada riwayat diabetes, PDA, COPD serta penyakit kronis seperti gangguan ginjal dan sebagainya, virus ini akan sangat mematikan bagi penderita,” terangnya.

Pada pasien yang dirujuk ke RSUP H Adam Malik Medan, Minggu (4/5) lalu, belum dipastikan positif MEERS COV, karena tidak ada pemeriksaan Swab, soalnya keluarga tidak mau. Untuk pemeriksaan Swab, perlu mendapat persetujuan keluarga.

“Dari gejala klinik yang kita lihat, pasien demam tinggi, sesak sehingga dinyatakan keadaan pasien sudah berat menuju tingkatan ARDS (Acquired Respirative Desease Syndrome). Yaitu gawat paru akibat adanya pneumonia yang luas sekali. Sempat kami foto ternyata ada bilateral pneumonia,” terangnya.

Dijelaskan Luhur, inkubasi virus biasanya terjadi selama 14 hari setelah terinfeksi. “Ini berarti, bagi jemaah yang terinfeksi, baru muncul gejalanya setelah selesai perjalanan umroh, atau setelah tiba di tanah air,” ucap dia.

Ditambahkannya, gejala MERS COV ini, sama seperti flu burung (H5N1). Rata-rata penderita akan mengalami gejala paru bilateral pneumonia. Tetapi SARS atau flu burung ini, sangat mematikan. Sedangkan, MERS COV masih bisa diatasi, walaupun berdasarkan kasus yang terjadi, 30 persen penderita meninggal dunia.

Perbedaan lainnya, banyak kasus flu burung, penularannya dari unggas ke manusia, sedangkan MERS COV, selain dari unta, juga sudah pada tahap manusia ke manusia.

Luhur berharap, pemerintah lebih meningkatkan kewaspadaan terhadap penularan MERS COV ini. Soalnya, tingkat mobilitas orang yang berkunjung ke negara infeksius dari Indonesia cukup tinggi untuk menjalankan umroh.

“Terlebih di musim haji nanti. Pemerintah harus aware agar virus ini tidak merebak di Indonesia,” tuturnya.

Selain satu yang sudah meninggal, kini RSUP H Adam Malik sudah menerima kasus rujukan suspect MERS COV lainnya, dari Lubuk Pakam. Pasien dengan inisial SHN, 50, ini, masuk dengan gejala yang mirip MERS COV dan dia baru pulang dari umroh.

“Mudah-mudahan bukan, karena trombosit dan leokositnya masih tinggi. Begitupun, kita sudah melakukan pemeriksaan Swab, dan sudah kita kirim ke Litbangkes dan dalam waktu dekat akan diketahui hasilnya,” jelas dia.

Pasien saat ini ditangani intensif di Ruang Infeksi (eks Ruang Khusus Flu Burung) RSUP H Adam Malik Medan. Dituturkan Luhur, sekarang ini, rumah sakit daerah banyak yang menghubungi dan berkonsultasi untuk menangani masalah ini. (cr-2/ran/wan/rud/smg)

FOTO: MINOER RASYID/SUMUT POS Ketua Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi/SMF Paru RSUP H Adam Malik Medan Prof Dr Luhur Soeroso memberikan keterangan kepada wartawan terkait seorang pasien suspect MERS, yang meninggal di RSUP H Adam Malik Medan, Selasa (6/5). Pihaknya sempat merawat seorang pasien berinisial KS (54) sebelum meninggal seusai pulang umrah dan mengalami keluhan mirip penderita yang terserang Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-Cov). Namun tim dokter belum bisa memastikan karena swap (sampel cairan tenggorokan) tidak diambil karena tidak diizinkan keluarga.
FOTO: MINOER RASYID/SUMUT POS
Ketua Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi/SMF Paru RSUP H Adam Malik Medan Prof Dr Luhur Soeroso memberikan keterangan kepada wartawan terkait seorang pasien suspect MERS, yang meninggal di RSUP H Adam Malik Medan, Selasa (6/5). Pihaknya sempat merawat seorang pasien berinisial KS (54) sebelum meninggal seusai pulang umrah dan mengalami keluhan mirip penderita yang terserang Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-Cov). Namun tim dokter belum bisa memastikan karena swap (sampel cairan tenggorokan) tidak diambil karena tidak diizinkan keluarga.

SUMUTPOS.CO – Prof Dr Luhur Soeroso, SpP(K), Kepala Departement/SMF Paru RSUP H Adam Malik Medan mengatakan, wabah MERS COV yang disebabkan oleh Corona Virus kini memang sedang merebak di Arab Saudi. Banyak orang di sana yang sudah meninggal. Pasien pertama sekali ditemukan di Jordania, dan sekitar 30 persen pasien yang terinfeksi meninggal dunia.

MERS COV ini, jelas Luhur, sangat berbeda dengan kasus infeksi Corona Virus yang pernah terjadi di Singapura 2003 lalu. Corona Virus yang lalu, virusnya sangat mematikan, dan petugas kesehatan banyak yang meninggal. “Corona virus kali ini adalah Beta Corona Virus. Artinya virus mengenai ke manusia dan dari virus ini dan terjadi gejala yang disebutkan dengan resporato syndrome,” tuturnya.

Dengan resporato syndrome ini, penderita akan mengalami gejala awal flu, demam dan sesak nafas. Dan jika dibiarkan akan menyebabkan kematian.

“Jika ada riwayat diabetes, PDA, COPD serta penyakit kronis seperti gangguan ginjal dan sebagainya, virus ini akan sangat mematikan bagi penderita,” terangnya.

Pada pasien yang dirujuk ke RSUP H Adam Malik Medan, Minggu (4/5) lalu, belum dipastikan positif MEERS COV, karena tidak ada pemeriksaan Swab, soalnya keluarga tidak mau. Untuk pemeriksaan Swab, perlu mendapat persetujuan keluarga.

“Dari gejala klinik yang kita lihat, pasien demam tinggi, sesak sehingga dinyatakan keadaan pasien sudah berat menuju tingkatan ARDS (Acquired Respirative Desease Syndrome). Yaitu gawat paru akibat adanya pneumonia yang luas sekali. Sempat kami foto ternyata ada bilateral pneumonia,” terangnya.

Dijelaskan Luhur, inkubasi virus biasanya terjadi selama 14 hari setelah terinfeksi. “Ini berarti, bagi jemaah yang terinfeksi, baru muncul gejalanya setelah selesai perjalanan umroh, atau setelah tiba di tanah air,” ucap dia.

Ditambahkannya, gejala MERS COV ini, sama seperti flu burung (H5N1). Rata-rata penderita akan mengalami gejala paru bilateral pneumonia. Tetapi SARS atau flu burung ini, sangat mematikan. Sedangkan, MERS COV masih bisa diatasi, walaupun berdasarkan kasus yang terjadi, 30 persen penderita meninggal dunia.

Perbedaan lainnya, banyak kasus flu burung, penularannya dari unggas ke manusia, sedangkan MERS COV, selain dari unta, juga sudah pada tahap manusia ke manusia.

Luhur berharap, pemerintah lebih meningkatkan kewaspadaan terhadap penularan MERS COV ini. Soalnya, tingkat mobilitas orang yang berkunjung ke negara infeksius dari Indonesia cukup tinggi untuk menjalankan umroh.

“Terlebih di musim haji nanti. Pemerintah harus aware agar virus ini tidak merebak di Indonesia,” tuturnya.

Selain satu yang sudah meninggal, kini RSUP H Adam Malik sudah menerima kasus rujukan suspect MERS COV lainnya, dari Lubuk Pakam. Pasien dengan inisial SHN, 50, ini, masuk dengan gejala yang mirip MERS COV dan dia baru pulang dari umroh.

“Mudah-mudahan bukan, karena trombosit dan leokositnya masih tinggi. Begitupun, kita sudah melakukan pemeriksaan Swab, dan sudah kita kirim ke Litbangkes dan dalam waktu dekat akan diketahui hasilnya,” jelas dia.

Pasien saat ini ditangani intensif di Ruang Infeksi (eks Ruang Khusus Flu Burung) RSUP H Adam Malik Medan. Dituturkan Luhur, sekarang ini, rumah sakit daerah banyak yang menghubungi dan berkonsultasi untuk menangani masalah ini. (cr-2/ran/wan/rud/smg)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/