Menilik peta politik jelang Pilpres 2019, mantan perwira TNI AD berpangkat mayor purnawirawan ini mengatakan, koalisi yang mulai dibangun saat ini bersifat transaksional.
Sebab, setiap partai politik merasa memiliki kader terbaik untuk bisa diusung, apakah menjadi capres atau cawapres.
“Setiap parpol dan elit punya kepentingan dan harapan masing-masing. Semua merasa punya kader terbaik untuk dimajukan sebagai capres ataupun cawapres. Semua begitu, semua mengunci, mau koalisi asal mendapat kursi cawapres, jadi kesannya sangat transaksional,” ujarnya.
AHY juga menyebut, berdasarkan hasil Pemilu 2014, tidak ada satu pun parpol yang bisa memenuhi syarat minimal 20% untuk bisa mengusung capres-cawapres sendiri.
“PDIP saja hanya 18%, Demokrat 10%. Mencari dukungan parpol yang memiliki 10% lagi tidak mudah, bukan seperti meminjam uang kepada orang lain. Ini permainan tingkat tinggi, nah itu yang membuat semakin bingung,” jelasnya.
Mantan calon Gubernur DKI Jakarta itu pun melihat ada peluang pertarungan 2014 antara kubu Jokowi dan Prabowo kembali terulang.
“Kalau itu terulang, apakah konstelasi politiknya masih sama? Banyak parpol yang sudah mengalihkan dukungan, politik sangat cair, segala sesuatu masih mungkin terjadi,” jelasnya.
Acara turut dihadiri sejumlah pimpinan redaksi media massa di Kota Medan dan para jurnalis.(prn/ala)