26.7 C
Medan
Sunday, April 28, 2024

Pewaris Kesultanan Aceh Tutup Usia

Sulthanah Teungku Putroe Safiatuddin Cahya Nur Alam

JAKARTA, SUMUTPOS.CO -Sulthanah Teungku Putroe Safiatuddin Cahya Nur Alam tutup usia. Pewaris Kesultanan Aceh itu menghembuskan napas terakhir di RS Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), Rabu (6/6) sekitar pukul 06.45 WITA.

Sebelum dipulangkan ke Aceh, jenazah disemayamkan di rumah duka Jalan Kesra Raya, Perumnas Tanjung Karang, Mataram.

Yang Mulia (YM) Sulthanah Teungku Putroe Safiatuddin Cahya Nur Cahya Nur Alam binti Tuanku Raja Ibrahim bin Sultan Muhammad Daodsyah, merupakan Sultan Aceh Darussalam yang terakhir yang memimpin perang melawan Belanda.

Setelah puluhan tahun, dia ditangkap dan ditawan dibuang ke Rawamangun, Jakarta. Makam Sultan Muhammad Daodsyah berada di Rawamangun, Jakarta Timur.

Berdasarkan informasi dari Tuanku Raja Yusuf yang merupakan adik dari Sulthanah Teungku Putroe Safiatuddin Cahya Nur Cahya Nur Alam, jenazah almarhumah akan dikebumikan di Aceh.

“Kemungkinan jenazah Sulthanah Teungku Putroe Safiatuddin Cahya Nur Alam akan dimakamkan di samping ayah beliau, Tuanku Raja Ibrahim di Baperis,” kata Akademisi dan pemerhati sejarah Muhammad Adli Abdullah Bawarith dalam keterangannya di Banda Aceh, Rabu (6/6).

Badan Pembina Rumpun Iskandarmuda (Baperis) merupakan kompleks makam Sultan Iskandar Muda. Di sana ada makam Sultan Besar Sultan Mansur Syah. Lokasinya di samping Museum Aceh, dan di sisi Meuligoe Gubernur Aceh.

Lembaga Kebudayaan Antarbangsa, Pusat Kebudayaan Aceh-Turki (PuKAT) mengucapkan duka mendalam atas wafatnya Sulthanah Teungku Putroe Safiatuddin Cahya Nur Alam. Kepergian Sultanah Cahya Nur Alam adalah kehilangan besar. Tidak hanya bagi Aceh, tapi juga Indonesia.

“Beliau adalah satu-satunya pelaku sejarah yang masih bisa memetakan peristiwa-peristiwa sejarah yang dilalui leluhurnya. Sayangnya, lagi-lagi pemerintah Aceh terlambat untuk mengumpulkan dan menyebarkan pikirannya pada generasi Aceh yang saat ini terbenam dengan teknologi internet,” ucap Owner PuKAT Dr Mehmet Ozay.

Menurutnya, kepergian pewaris Kesultanan Aceh itu telah menutup satu jendela Aceh pada dunia. Mehmet mendoakan agar almarhumah mendapatkan tempat dengan derajat paling tinggi di sisi Allah SWT.

Sementara itu, Kepala Biro Humas Setda Aceh Rahmad mengatakan, informasi awal bahwa jenazah Teungku Putroe Safiatuddin Cahya Nur Alam akan diberangkatkan dari Jakarta ke Aceh pada pukul 18.00 WIB.

“Menurut informasi yang kami dapatkan tadi demikian. Cuma saya belum konfirmasi ke Jakarta apakah sesuai jadwal atau tidak. Saya mengecek terlebih dahulu. Siapa tahu ada perubahan jadwal,” tutur Rahmad.

Pemerintah Provinsi Aceh akan menyambut secara khusus atas kedatangan jenazah almarhumah cucu Sultan Aceh itu. “Kami juga akan melihat kembali soal jadwal Pak Gubernur Aceh. Untuk saat ini belum bisa kami sampaikan, Karena itu bisa disesuaikan,” ujarnya.(mal/jpc/ala)

 

Sulthanah Teungku Putroe Safiatuddin Cahya Nur Alam

JAKARTA, SUMUTPOS.CO -Sulthanah Teungku Putroe Safiatuddin Cahya Nur Alam tutup usia. Pewaris Kesultanan Aceh itu menghembuskan napas terakhir di RS Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), Rabu (6/6) sekitar pukul 06.45 WITA.

Sebelum dipulangkan ke Aceh, jenazah disemayamkan di rumah duka Jalan Kesra Raya, Perumnas Tanjung Karang, Mataram.

Yang Mulia (YM) Sulthanah Teungku Putroe Safiatuddin Cahya Nur Cahya Nur Alam binti Tuanku Raja Ibrahim bin Sultan Muhammad Daodsyah, merupakan Sultan Aceh Darussalam yang terakhir yang memimpin perang melawan Belanda.

Setelah puluhan tahun, dia ditangkap dan ditawan dibuang ke Rawamangun, Jakarta. Makam Sultan Muhammad Daodsyah berada di Rawamangun, Jakarta Timur.

Berdasarkan informasi dari Tuanku Raja Yusuf yang merupakan adik dari Sulthanah Teungku Putroe Safiatuddin Cahya Nur Cahya Nur Alam, jenazah almarhumah akan dikebumikan di Aceh.

“Kemungkinan jenazah Sulthanah Teungku Putroe Safiatuddin Cahya Nur Alam akan dimakamkan di samping ayah beliau, Tuanku Raja Ibrahim di Baperis,” kata Akademisi dan pemerhati sejarah Muhammad Adli Abdullah Bawarith dalam keterangannya di Banda Aceh, Rabu (6/6).

Badan Pembina Rumpun Iskandarmuda (Baperis) merupakan kompleks makam Sultan Iskandar Muda. Di sana ada makam Sultan Besar Sultan Mansur Syah. Lokasinya di samping Museum Aceh, dan di sisi Meuligoe Gubernur Aceh.

Lembaga Kebudayaan Antarbangsa, Pusat Kebudayaan Aceh-Turki (PuKAT) mengucapkan duka mendalam atas wafatnya Sulthanah Teungku Putroe Safiatuddin Cahya Nur Alam. Kepergian Sultanah Cahya Nur Alam adalah kehilangan besar. Tidak hanya bagi Aceh, tapi juga Indonesia.

“Beliau adalah satu-satunya pelaku sejarah yang masih bisa memetakan peristiwa-peristiwa sejarah yang dilalui leluhurnya. Sayangnya, lagi-lagi pemerintah Aceh terlambat untuk mengumpulkan dan menyebarkan pikirannya pada generasi Aceh yang saat ini terbenam dengan teknologi internet,” ucap Owner PuKAT Dr Mehmet Ozay.

Menurutnya, kepergian pewaris Kesultanan Aceh itu telah menutup satu jendela Aceh pada dunia. Mehmet mendoakan agar almarhumah mendapatkan tempat dengan derajat paling tinggi di sisi Allah SWT.

Sementara itu, Kepala Biro Humas Setda Aceh Rahmad mengatakan, informasi awal bahwa jenazah Teungku Putroe Safiatuddin Cahya Nur Alam akan diberangkatkan dari Jakarta ke Aceh pada pukul 18.00 WIB.

“Menurut informasi yang kami dapatkan tadi demikian. Cuma saya belum konfirmasi ke Jakarta apakah sesuai jadwal atau tidak. Saya mengecek terlebih dahulu. Siapa tahu ada perubahan jadwal,” tutur Rahmad.

Pemerintah Provinsi Aceh akan menyambut secara khusus atas kedatangan jenazah almarhumah cucu Sultan Aceh itu. “Kami juga akan melihat kembali soal jadwal Pak Gubernur Aceh. Untuk saat ini belum bisa kami sampaikan, Karena itu bisa disesuaikan,” ujarnya.(mal/jpc/ala)

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/