30 C
Medan
Thursday, May 16, 2024

CPO Diolah Dalam Negeri, TKI tak Perlu ke Luar Negeri

Dua Jam Bincang-bincang Bersama Balon Gubsu, Cornel Simbolon (4/Habis)

Masih soal visi membangun Sumut, Cornel menyoroti soal kekayaan Sumut dalam hal minyak sawit. Maklum, Sumut termasuk provinsi penghasil sawit terbesar di Indonesia. Sayang, pemanfaatan industri hilir CPO masih terhitung minim: 70 persen CPO dijual ke luar negeri dan hanya 30 persen yang diolah dalam negeri.

“Padahal, jika diolah, CPO bisa menghasilkan 22 turunan, seperti minyak goreng kelapa sawit, margarine, es krim, mie instan, sabun, deterjen, biodiesel, kopi putih, sampo, kosmetik, dan produk turunan lainnya. Hilirisasi pemanfaatan produk turunan CPO harganya bisa puluhan kali lipat,” katanya.

Seperti minyak goreng harganya bisa 60 kali lipat dari harga produksi CPO, margarin 100 kali, alkohol 480 kali, kosmetik 1.200 kali, dan sebagainya. Saat ini, kebanyakan pengusaha memanfaatkan CPO untuk kepentingan ekspor yang nilainya hanya 9 kali lipat saja. Memang, aku Cirnel, resiko ekspor lebih kecil dibanding mendirikan perusahaan industri hilir CPO.

“Jika Indonesia menjadi pengekspor produk-produk turunan tadi, hasilnya tentu akan lebih maksimal dibanding hanya mengekspor CPO. Jika industri turunan CPO dalam negeri bangkit, tenaga kerja kita tidak perlu cari kerja ke luar negeri. Soalnya industri turunan CPO tadi membutuhkan tenaga kerja lebih banyak,” lanjutnya.

Untuk itu, lanjutnya, pemerintah perlu lebih menggairahkan investasi ke Sumut, dengan memberikan berbagai dukungan dan kemudahan. Misalnya, membangun infrastruktur pengolahan produk hilir CPO di Sumut yang lebih memadai, menjamin pasokan listrik dan gas, memperbaiki sistem pengurusan izin, dan fasilitas lain sebagainya.

Udara Sehat Dataran Tinggi Toba

Di samping membahas visinya dalam membangun Sumut, Cornel berkisah tentang dataran tinggi Toba-Samosir, yang konon kabarnya bagus untuk kesehatan pernafasan. “Menurut sejumlah ahli, Pulau Samosir adalah pulau vulkanik yang masih mengeluarkan sejenis gas bumi, yang saat bercampur dengan udara akan sangat sehat untuk pernafasan. Ini potensi yang bisa dimanfaatkan untuk pariwisata,” katanya.

Kawasan lainnya yang berada di atas kawasan vulkanik dengan ketinggian 1.000 dpl (di atas permukaan laut), juga relatif bagus untuk kesehatan. “Dalam memanfaatkan potensi udara sehat tadi, kita bisa mempertimbangkan tawaran Jepang untuk membangun panti yang menampung warga Jepang berusia lanjut, di dataran tinggi Toba. Mereka menawarkan 1.800 dolar AS per orang per bulan, untuk tinggal di panti di kawasan berudara segar tadi. Ini bisnis yang cukup bagus,” katanya. Yang diperlukan dalam bisnis ini hanya pelayanan  profesional. Berminat? (mea/habis)

Dua Jam Bincang-bincang Bersama Balon Gubsu, Cornel Simbolon (4/Habis)

Masih soal visi membangun Sumut, Cornel menyoroti soal kekayaan Sumut dalam hal minyak sawit. Maklum, Sumut termasuk provinsi penghasil sawit terbesar di Indonesia. Sayang, pemanfaatan industri hilir CPO masih terhitung minim: 70 persen CPO dijual ke luar negeri dan hanya 30 persen yang diolah dalam negeri.

“Padahal, jika diolah, CPO bisa menghasilkan 22 turunan, seperti minyak goreng kelapa sawit, margarine, es krim, mie instan, sabun, deterjen, biodiesel, kopi putih, sampo, kosmetik, dan produk turunan lainnya. Hilirisasi pemanfaatan produk turunan CPO harganya bisa puluhan kali lipat,” katanya.

Seperti minyak goreng harganya bisa 60 kali lipat dari harga produksi CPO, margarin 100 kali, alkohol 480 kali, kosmetik 1.200 kali, dan sebagainya. Saat ini, kebanyakan pengusaha memanfaatkan CPO untuk kepentingan ekspor yang nilainya hanya 9 kali lipat saja. Memang, aku Cirnel, resiko ekspor lebih kecil dibanding mendirikan perusahaan industri hilir CPO.

“Jika Indonesia menjadi pengekspor produk-produk turunan tadi, hasilnya tentu akan lebih maksimal dibanding hanya mengekspor CPO. Jika industri turunan CPO dalam negeri bangkit, tenaga kerja kita tidak perlu cari kerja ke luar negeri. Soalnya industri turunan CPO tadi membutuhkan tenaga kerja lebih banyak,” lanjutnya.

Untuk itu, lanjutnya, pemerintah perlu lebih menggairahkan investasi ke Sumut, dengan memberikan berbagai dukungan dan kemudahan. Misalnya, membangun infrastruktur pengolahan produk hilir CPO di Sumut yang lebih memadai, menjamin pasokan listrik dan gas, memperbaiki sistem pengurusan izin, dan fasilitas lain sebagainya.

Udara Sehat Dataran Tinggi Toba

Di samping membahas visinya dalam membangun Sumut, Cornel berkisah tentang dataran tinggi Toba-Samosir, yang konon kabarnya bagus untuk kesehatan pernafasan. “Menurut sejumlah ahli, Pulau Samosir adalah pulau vulkanik yang masih mengeluarkan sejenis gas bumi, yang saat bercampur dengan udara akan sangat sehat untuk pernafasan. Ini potensi yang bisa dimanfaatkan untuk pariwisata,” katanya.

Kawasan lainnya yang berada di atas kawasan vulkanik dengan ketinggian 1.000 dpl (di atas permukaan laut), juga relatif bagus untuk kesehatan. “Dalam memanfaatkan potensi udara sehat tadi, kita bisa mempertimbangkan tawaran Jepang untuk membangun panti yang menampung warga Jepang berusia lanjut, di dataran tinggi Toba. Mereka menawarkan 1.800 dolar AS per orang per bulan, untuk tinggal di panti di kawasan berudara segar tadi. Ini bisnis yang cukup bagus,” katanya. Yang diperlukan dalam bisnis ini hanya pelayanan  profesional. Berminat? (mea/habis)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/